Lembar 137 : ITC Cemas

1.3K 47 5
                                    

HABIS interview aku mampir ke ITC Cempaka Mas, karena aku masih malas untuk segera pulang ke kost-an. Lagipula aku masih punya banyak waktu santai, jadi aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berjalan-jalan di pusat perbelanjaan yang konon menjadi tempat wisata belanja terbesar se-Asia Tenggara ini.

Oke ... tempat pertama yang akan aku singgahi adalah toilet, karena kebetulan aku sudah menahan kencing dari saat aku sedang menghadapi sesi Interview dengan HRD tadi. Aku langsung bergerak ke toilet yang berada di pintu selatan ITC Cempaka Mas. Ketika aku hendak masuk ke ruang toilet, tanpa sengaja aku berpapasan dengan seorang laki-laki muda, tampan, berkulit putih, bermata sipit dan keturunan Tionghoa. Laki-laki itu baru saja keluar dari dalam toilet. Entah, mengapa tetiba aku dan dia jadi saling melirik, lalu saling beradu pandangan walaupun hanya sepintas saja, bila dihitung mungkin hanya beberapa detik.

Karena aku sudah kebelet pipis, aku pun segera memasuki ruang toilet, dimana banyak deretan urinoir dan bilik tertutup. Aku menuju ke urinoir,  karena lebih simple dan praktis. Tinggal plorotin celana, keluarin alat kelamin dan currr ... pipis deh!

Usai mengeluarkan hajat kecil, aku mencuci tangan di wastafel dan mengaca sebentar sambil merapikan penampilanku. Setelah merasa oke, aku pun selanjutnya bergegas keluar dari ruang rest room khusus laki-laki itu. Ketika aku berada pada jarak 5 langkah dari pintu ruang toilet aku dikejutkan dengan penampakan laki-laki ber-etnis China yang tadi berpapasan dengan aku. Laki-laki itu berdiri menghadap Lift yang masih tertutup rapat. Sambil menunggu lift-nya terbuka cowok yang berpostur tinggi itu melengos ke arahku, lalu dengan PeDe-nya dia melemparkan satu senyuman simpul yang terbilang kaku tapi cukup membuatku jadi ke-Ge-eR-an. Karena senyumannya itu menambah nilai plus pada dirinya dan mampu membuyarkan konsentrasiku.

__Jujur ... aku jadi salting dan diam-diam mencuri pandang ke arahnya.

Pintu lift terbuka dan saat itu pula cowok berhidung mancung ini melirikku. Lalu, tanpa segan dia mengerlingkan sudut matanya dengan genit seperti memberikan isyarat agar aku mem-follow dirinya. Karena aku penasaran dan cukup tertarik dengan perawakan dan gestur tubuhnya yang lumayan macho, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengikutinya.

Dia memasuki lift tersebut dan aku menyusulnya. Di dalam lift ini ada beberapa penumpang yang lain, mereka sibuk dengan alam pikirannya masing-masing sambil berdiri tegap tanpa mengeluarkan kata-kata. Mereka tenang dan membiarkan lift membawa tubuhnya ke lantai tujuan mereka. Saat lift ini bergerak, aku mencoba melirik ke arah pria China tadi yang sudah berhasil membuatku mengekorinya. Aku memperhatikan dengan seksama cetakan wajahnya yang super ganteng. Kulit mukanya mulus seperti porselen, alis tebal bagai koloni semut hitam, hidung yang bangir seperti moncong elang, bola mata bulat, bening seperti kristal, kumis tipis kinyis-kinyis dan bibir yang gempal berwarna pink kemerahan dan agak klimis.

__Ummm ... dia nyaris sempurna seperti pangeran dari negeri tirai bambu yang biasa diperlihatkan dalam film-film mandarin.

Ting ... Tong!

Lift terbuka di lantai 5.

Dan ketika itu si cowok berwajah oriental ini memandangku dan mengerlingkan matanya kembali seperti memberikan kode singkat, agar aku turut turun bersamanya di lantai 5 ini. Dia keluar dari dalam lift begitu juga dengan aku. Meskipun tak bersuara laki-laki yang ku perkirakan berumur 27 tahunan itu selalu memberikan kode mata genit agar aku terus membuntutinya kemana pun dia melangkah. Dan anehnya seperti terhipnotis aku selalu dan manut apa pun yang dia isyaratkan.

Laki-laki itu terus melangkah dan berjalan menuju ke sebuah ruangan. Dan aku tahu ruangan itu adalah toilet laki-laki yang berada di lantai 5.

__Aku sempat heran dan berpikir, mengapa dia masuk ke dalam toilet lagi, padahal dia baru saja dari toilet yang berada di lantai dasar. Ada maksud apa dia membawaku ke tempat ini? Walaupun aku sempat curiga tapi aku tetap kepo dan ingin tahu apa sebenarnya yang dia inginkan.

Dengan langkah yang ragu-ragu aku pun berjalan dan masuk ke dalam toilet tersebut.

Tiba di dalam toilet, aku disambut dengan senyuman hangat yang terlepas dari bibir pria China itu. Dia memainkan mata genitnya dan menarik tanganku dengan sangat lembut lalu menciumnya perlahan-lahan.

''Kenapa kamu mengajakku kemari?'' ucapku dengan suara yang sedikit keluh.

Laki-laki ini hanya tersungging, memamerkan gigi-giginya yang putih dan bersih seperti gigi habis di-veneer.

''Apa yang kamu inginkan dariku?'' Aku melepaskan gengaman tangannya.

''Kamu manis sekali ... aku suka kamu!'' kata lelaki berbadan kece ini dengan entengnya. Mata sipitnya menatapku dengan pandangan yang nakal.

''Terima kasih ... kamu juga ganteng dan keren!'' kataku membalas memuji.

''Gimana kalau kita have fun di sini!''

''Hah!'' Aku langsung melototkan mata.

''Kenapa? Kamu tidak mau have fun dengan aku?'' Pria yang tidak ku ketahui namanya ini diam-diam dan perlahan-lahan melorotkan celananya. ''Aku lagi Horny ... kamu mau gak ngocokin kontolku'' imbuhnya dengan nada yang merayu sambil mengeluarkan kontol kulupnya yang sudah setengah terangsang.

Aku tidak bersuara, aku hanya ternganga karena melihat aksinya yang termasuk nekat. Sungguh ... sulit dipercaya orang segagah dan setampan dia sampai bertindak liar dan secabul ini terhadap orang yang baru dikenalnya.

''Ayolah ... isepin kontolku ... sebentar saja!'' rengeknya seolah tak mampu menahan syawatnya, mukanya memerah seperti berada dalam ruang sauna.

Aku masih berdiam diri, sedikit shock, rasanya aku ingin berlari dan pergi meninggalkan dia, tapi saat melihat wajahnya yang terlalu cute dan innocent rasanya aku tidak tega. Apalagi kalau memperhatikan bentuk organ vitalnya yang panjang menjuntai seperti belalai gajah. Batangnya lurus berurat dan belum disunat. Kepala dedek imutnya nampak merona dan menjumbul di balik kulupnya yang ketat sehingga memperlihatkan lubang kontolnya yang sudah penuh dengan cairan percum. Aackh ... aku jadi menelan ludah manakala melihat biji-biji zakarnya yang bergelantungan seperti buah salak berwarna hitam pekat dan ditumbuhi bulu-bulu halus dan liar. Dan rambut kemaluannya juga sangat lebat seperti hutan rimba, sangat menggoda dan menggiurkan.

Melihat pemandangan yang mempesona itu, tubuhku mendadak jadi lemas, jantungku berdebar-debar sangat hebat hingga aku jatuh berlutut di hadapannya. Lalu saat aku tak berdaya seperti ini, Pria Tionghoa itu mengarahkan alat seksualnya yang sudah ngaceng ke arah mulutku, kemudian dengan sedikit memaksa dia hujamkan dalam-dalam perkakas pribadinya itu di rongga mulutku.

_Huh ... Sruuppp!

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang