SEMENJAK bertemu dengan Ibu Manager, pikiranku menjadi agak kacau, aku juga kurang bersemangat dalam bekerja. Perasaan bersalah dan tidak enak hati terus berkecamuk dalam hatiku. Meskipun aku berusaha bersikap seperti biasanya, namun rasa gelisah dan pikiran negatif masih saja membayangi setiap gerak langkahku. Suasana kantor seolah berubah dan tidak nyaman lagi, rasanya aku ingin segera resign saja dari tempat ini. Tapi aku belum tahu apa yang akan aku lakukan setelah tidak bekerja di sini. Aku belum punya cadangan pekerjaan lain, aku tidak mau menganggur ... aku harus bertahan sebelum aku mendapatkan pekerjaan yang baru.
''Akhir-akhir ini kamu nampak murung, Bro ... ada apa?'' tegur sapa salah satu partner kerjaku saat kami berdua sedang beristirahat makan siang.
''Tidak apa-apa, Bro ... aku cuma sedang kurang enak badan saja,'' jawabku.
''Yakin ... kamu tidak sedang dalam masalah?'' selidik teman kerja yang menurutku paling baik terhadapku, dia seorang cowok yang bernama Baim, usianya lebih muda dariku, wajahnya lumayan tampan dan memiliki kulit yang bersih walau tidak putih. Dan dia adalah cowok straight.
''Ya, beneran, Bro ... I am fine!''
''Herio ... kalau kamu ada apa-apa ... ceritakan saja padaku ... siapa tahu aku bisa membantu ... minimal aku bisa meringankan beban di pikiran kamu!''
''Terima kasih, Baim ... kamu memang sahabatku yang baik ... tapi tenang saja ... aku hanya kurang enak body ... mungkin dengan beristirahat aku akan menjadi lebih baik lagi ...''
''Hmmm ... okelah kalau kamu tidak mau menceritakan masalahmu ... aku juga tidak akan memaksa ... tapi percayalah ... aku akan siap membantu jika kamu membutuhkan aku ...'' Tangan Baim menepuk-nepuk bahuku, rasa persahabatan yang dia pancarkan cukup membuatku tenang dan senang. Aku sadar bahwa ternyata masih ada teman yang mau peduli sama aku, selama ini aku berpikir mereka hanya partner kerja yang tidak memiliki rasa empati sedikit pun terhadap rekan sejawatnya, tapi kenyataannya anggapanku itu salah ... walaupun hanya satu atau dua orang saja, sih.
''Baim ... thanks!'' ujarku sambil melepaskan senyuman terbaikku. Dan cowok kurus tinggi ini hanya mengangguk perlahan seolah memahami isi dari pikiranku.
Well ... waktu istirahat makan siang sudah berakhir, kami kembali ke tempat kerja dan melanjutkan pekerjaan kami masing-masing. Meskipun tidak semangat, aku tetap saja harus menyelesaikan pekerjaanku sesuai dengan target yang telah ditentukan. Mau tidak mau, aku harus fokus dan menghadapi serangkaian tugas yang memang menjadi prioritas pekerjaanku. Jadi, sejenak aku melupakan semua masalahku demi meningkatkan kinerjaku. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Aku tidak ingin jatuh dalam kubangan yang sama. Aku tidak boleh lemah, aku harus berani hadapi setiap resiko yang telah aku perbuat.
Teng ... teng ...teng!
Pukul 5 sore, saatnya kami pulang.
Entah, aku merasa ingin segera balik ke peraduan mimipiku. Ya ... di kamar kost-anku yang aku cintai. Aku ingin membenamkan tubuhku di atas kasur dan memeluk boneka-boneka doraemon pemberian sahabat-sahabatku waktu aku berulang tahun. Terdengar sangat girly sekali, tapi memang begitulah adanya. Aku merasa nyaman dan tenang bila memeluk boneka-boneka itu. Bagiku seperti memeluk seorang kekasih walaupun pelukannya tak sehangat pelukan kekasih sungguhan.
Ah ... jadi kepikiran ingin punya kekasih lagi ... agar bisa bermesraan dan bermanja-manjaan seperti dulu saat aku bersama Aa' Iyan. Iihh ... kenapa aku mengingat laki-laki yang sudah punya anak bini itu, orang yang sudah mengkhianati kepercayaan dan cinta tulusku. Tidak! ... aku harus melupakan dia selamanya, lebih baik aku mengingat saat-saat indah bersama Rangga ... tapi apakah pantas Rangga ku sebut sebagai kekasih mengingat dia masih kecil dan pikirannya masih sangat labil, meskipun ada cinta di antara kami, tapi aku merasa Rangga hanya cocok untuk dijadikan adikku saja ... lantas adik yang bagaimana? Seorang adik tak semestinya diicip-icip, bukan? Kenyataannnya aku sudah menyeret Rangga ke dalam duniaku ... dunia pelangi, dunia penuh warna-warni ... dunia yang kenyataannya tak seindah ekspektasi.
__Terus aku kudu piye ? Jalani? Nikmati? Sampai kapan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.