Lembar Ke-50 : Cari Makan

1.7K 68 8
                                    

Malam kian larut, aku masih berhadapan dengan layar laptop, keasikan On Line, aku jadi lupa kalau aku belum makan malam, padahal perutku sudah berteriak-teriak minta diisi makanan. Akhirnya aku mematikan laptop dan bergegas keluar dari kamarku untuk mencari santapan malam.

Ketika aku berada di jalan, aku melihat Rangga sedang berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Mereka nampak asik mengobrol sambil menikmati sebatang rokok. Mereka tertawa cekikak-cekikik dengan banyolan khas anak-anak jaman now seusia mereka.

''Mas Herio!'' seru Rangga memanggilku, padahal aku sudah ngumpet-ngumpet agar tidak terlihat, tapi malah ternyata ketahuan juga sama dia.

''Mas Her ... mau kemana?'' lanjut Rangga sembari berlari menghampiri aku.

 mau kemana?'' lanjut Rangga sembari berlari menghampiri aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__Duh...nih brondong ngapain juga sih nyamperin aku segala! (gerutuku dalam hati).

''Eh ... Rangga, aku mau cari makanan buat makan malam,'' ujarku pas Rangga di depanku.

''Cari makanan di mana, Mas? Percaya deh! Kagak ada orang yang buang makanan, Mas ...'' timpal Rangga.

''Hehehe ...'' Aku jadi tertawa, ''maksud aku ... aku mau beli, Rang ...'' jelasku.

''Oh ... mau beli ... nah gitu dong baru bener! Mau beli makanan dimana, Mas? Rangga anterin deh ...''

''Gak tau nih ... bingung, mau beli makanan apa?''

''Yah udah ... Rangga anterin aja ya! Nanti, Rangga tunjukin deh tempat makan yang paling enak di sini.''

''Gak usah, Rangga!'' tukasku, ''kamu 'kan lagi nongkrong dengan teman-temanmu'' imbuhku.

''Gak papa ... cuek aja!'' timpal Rangga, ''mereka mah ... udah pasti mengerti, kok ...'' tambahnya.

Hmmm .... Aku menatap bola mata Rangga, disana aku melihat keseriusan.

''Aku tidak mau ngerepotin kamu, Rangga!''

''Ah, siapa yang repot? Rangga gak Repot, kok!''

''Beneran, nih?''

''Iya ... pokoknya tenang aja, Mas!''

''Oke deh ... aku mau dianter sama kamu!''

"Siippp ... tapi nanti dulu ya, aku mau ambil motornya!''

Rangga bergerak cepat ke tempat tongkrongannya, lalu dia ijin sama teman-temannya untuk mengantarkan aku. Setelah itu dia mendekati aku kembali dengan membawa sepeda motornya.

 Setelah itu dia mendekati aku kembali dengan membawa sepeda motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Ayo, Mas ... monggo naik!'' ujar Rangga sumringah menyuruhku untuk nangkring di jok motornya.

''Oke ...'' Aku segera menduduki jok motor Rangga, lalu beberapa detik kemudian Rangga menarik gas motornya dan motor matic-nya ini pun melaju dengan kencang.

Aku dan Rangga mutar-muter mencari hidangan yang cocok dan menggugah seleraku. Setelah sekian lamanya menyusuri jalan Pangkalan Asem, Rawa Selatan Jakarta Pusat, akhirnya aku dan Rangga berhenti di depan sebuah warung italian food. Aku turun dari kendaraan Rangga dan langsung memesan menu khas yang terdapat di warung ini. Ada spaghetti bolognese, kedengarannya enak dan lezat. Aku pesan dua porsi kepada pemilik warung ini. Dan setelah menunggu sekitar 15 menit-an, makanan yang aku pesan jadi juga. Aku membayar tagihannya dan segera menemui Rangga yang masih betah duduk di atas motornya.

Bocah laki-laki tampan itu masih setia menungguku. Aku jadi makin terharu dengan perhatian Rangga. Kehadirannya dalam hidupku seperti angin segar yang mampu merubah jalan pemikiranku.

Dia seperti pena baru yang bisa menggoresan catatan bermakna di lembar-lembar buku kehidupanku. Sosoknya yang polos justru memberikan warna tersendiri dalam lukisan kebahagian yang paling hakiki. Tak hanya untuk diriku, tapi juga untuk remaja tanggung itu.

Rangga itu seperti obat yang mampu menawarkan luka. Tentu, luka batin akibat pengkhianatan cinta. Walaupun aku belum jatuh cinta pada brondong yang satu itu.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang