Lembar Ke-46 : Teringat

2.2K 77 4
                                    


Aku terjaga dari tidur, aku merasa badanku lebih enakan, aku membuka mataku dan mengecek jam di layar ponsel. Waktu menunjukan pukul 2 dini hari. Aku bangkit dari pembaringanku, lalu memperhatikan seluruh ruang kamarku dan aku terperanjat ketika aku mendapati tubuh Rangga berada di atas kasurku.

Bocah ini rupanya menjagaku hingga dia terlelap di sini. Body Rangga tergolek dengan mata terpejam, sesekali dia mengeluarkan suara dengkuran yang cukup keras. Aku memandangi wajah Rangga yang benar-benar masih terlihat alami, guratan wajah tampannya terpampang nyata.

Alisnya, hidungnya, bibirnya, dan sedikit jerawat di pipinya sungguh nampak mempesona. Remaja ini bertelanjang dada, sehingga menunjukan bentuk dadanya yang terlihat gempal dan berwarna putih bersih, putingnya melancip karena efek udara malam yang dingin.

Aku cukup tertegun saat mata ini menyaksikan kalau laki-laki yang baru berumur 15 tahun ini hanya mengenakan celana boxer yang longgar dan tipis tanpa dirangkapi celana dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku cukup tertegun saat mata ini menyaksikan kalau laki-laki yang baru berumur 15 tahun ini hanya mengenakan celana boxer yang longgar dan tipis tanpa dirangkapi celana dalam. Bola mataku makin terbelalak ketika merekam sebuah tonjolan di area selangkangannya yang membentuk sebuah tenda. Dedek imut Rangga dalam keadaan ereksi sehingga siluet bentuk kepala dedek imutnya nampak tercetak jelas di balik celana boxernya. Aku jadi menelan ludah, pikiran jorok dan jiwa homoku seketika tergugah dan terintruksi untuk melakukan tindakan nekat di luar nalar. Namun, aku berusaha mengontrol diriku, aku tidak mau menuruti hawa nafsuku yang mungkin dapat merusak citra baikku. Buru-buru aku memalingkan mukaku, aku mengambil sebuah kain tebal lalu aku menyelimutkannya ke sekujur tubuh Rangga. Mendadak tubuh Rangga menggeliat, namun matanya masih tetap terpejam, dia membalikan badannya dengan posisi menyamping, lalu dalam sekejap dia nampak tenang kembali.

 Mendadak tubuh Rangga menggeliat, namun matanya masih tetap terpejam, dia membalikan badannya dengan posisi menyamping, lalu dalam sekejap dia nampak tenang kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huh! ... aku membuang nafas dalam-dalam, aku hempaskan segala pikiran negatifku, kemudian aku membaringkan tubuhku kembali di sebelah Rangga. Aku pejamkan kedua mata ini, dan berharap aku bisa tertidur lagi dengan cepat. Namun, sayangnya aku tidak mudah untuk bisa kembali ke alam mimpi.

Aku gelisah, pikiranku menerawang jauh ke sebuah masa di mana aku berada di suatu ruangan yang gelap dan bau. Masa itu ketika aku berumur 8 tahun. Tubuh kecilku disekap lalu ditelanjangi oleh seseorang yang aku kenal baik sebagai tetanggaku, usia dia memang sudah remaja kala itu, dia mengencingi tubuhku, lalu memaksaku untuk meminum air seninya, tak hanya itu, dia juga menjambakku dan memaksa mulut mungilku untuk mengulum serta menghisap alat kelaminnya. Tak puas dengan tindakannya, laki-laki yang bertubuh besar itu mendorong tubuhku hingga aku terlentang di lantai yang kotor, lalu dia menindihi aku, dia mengesek-gesekan perkakas pribadinya di atas perutku. Gerakan pantatnya naik-turun seperti sepasang bebek yang sedang kawin, tentu waktu itu aku belum kenal istilah senggama.

Entah, aku tidak mengerti apa yang dia lakukan padaku, dia terus menghujamkan alat kelaminnya di pusarku hingga dari lubang organ kemaluannya keluar cairan putih yang kental dan lengket, saat itu aku juga tidak tahu kalau cairan itu adalah cairan yang bernama sperma. Aaccckkkhhh ... aku menjerit dan menangis, namun dia tidak peduli dia malah memukuli aku dan mengancamku agar aku tidak menceritakan kejadian ini kepada siapa pun juga. Dia menyeret tubuhku dan melemparku keluar dari ruangan itu, lalu menyuruhku pergi. Dengan tergopoh-gopoh aku berlarian kecil menyusuri jalanan gelap yang sunyi. Sepanjang jalan aku menangis, sekujur tubuhku terasa sakit, di tengah jalan badanku terasa lemas sekali, aku tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan hingga aku roboh dan tidak sadarkan diri.

Saat aku terbangun, rupanya hari sudah pagi, aku mendapati tubuhku berada di atas kasur. Oh Tuhan ... ternyata aku bermimpi. Mimpi buruk tentang masa lalu yang kejadiannya sudah berpuluhan tahun silam yang notabene sudah aku delete dari memori otakku. Tapi mengapa kejadian itu muncul kembali dalam mimpiku. Padahal aku ingin melupakannya.

Aaaaakkkhh ... mungkinkah peristiwa itu yang menyebabkan aku jadi seorang HOMO? __Hmmm ... bisa jadi!

Aduh ... aku lupa, kalau ada Rangga di kasurku. Tubuh Rangga mengingatkan aku pada teman remaja yang menyiksaku pada masa lalu, tubuh yang membuatku sangat dendam dan membencinya. Namun, Rangga bukan remaja itu, dia memiliki sifat yang jauh berbeda dan bertolak belakang dengan laki-laki yang telah merusak masa kecilku.

''Rangga ... Rangga!'' Aku mengoyang-goyangkan tubuh Rangga yang masih terlelap tidur, ''bangun gih, udah siang!'' imbuhku. Namun, si Rangga hanya menggeliatkan tubuhnya saja. Bikin kesal!

Huh!

Dengan cara apa, aku bisa membangunkan remaja laki-laki ini?

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang