Lembar Ke-53 : Ngumpul

2.2K 62 3
                                    

Lupakan soal Rangga sejenak, karena aku lagi senang berkawan dengan teman-teman dunia mayaku. Di hari sabtu pagi, aku mendapat telepon dari Dimoz. Dia mengatakan akan main ke Jakarta hari ini dan sedang dalam perjalanan dengan mengunakan kereta Bromo jurusan Jakarta-Semarang. Jadi kemungkinan pada sore hari nanti Dimoz akan sampai di Jakarta. Aku menyuruh dia turun di Stasiun Senen, ini untuk mempermudah aku menjemputnya sekaligus menghemat waktuku, karena pada malam harinya aku akan bertemu dengan Andre dan Andy.

Well ... pada sore harinya.

Aku sudah stanby di area Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Aku melongok jam di pergelangan tanganku, waktu sudah menujukan pukul 6 petang, namun aku belum melihat tanda-tanda kedatangan kereta dari Semarang. Aku jadi gelisah soalnya aku sudah membuat perjanjian dengan Andre dan Andy pada pukul 18.30 WIB di Mall Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Karena waktu sudah sangat mepet, terpksa aku meninggalkan area Stasiun Senen dan bergerak cepat menuju Mall Atrium.

Orang pertama yang aku temui di Mall ini adalah Andy, cowok chinnese ini sudah menungguku di sebuah lobby. Dia datang on time karena jarak Mangga Besar dan Senen, memang tidak terlalu jauh. Saat bertemu dengan Andy, aku jadi sangat terpukau karena wajah asli Andy lebih tampan daripada yang ada di fotonya. Aku bersalaman dengan dia dengan melempar satu senyuman yang ku buat semanis mungkin untuk memberikan kesan baik dan ramah. Setelah bersalaman aku dan Andy mengobrol singkat dan mencari tempat duduk yang nyaman buat berkomunikasi. Dalam obrolan itu, aku bilang sama Andy bahwa aku juga sedang menunggu temanku yang lain yaitu Andre dan Dimoz, ternyata Andy tidak keberatan dan justru merasa senang karena aku bisa memperkenalkan teman-temanku pada dirinya. Tak ku sangka ternyata cowok keturunan China sekeren Andy ternyata punya rasa tenggang rasa yang tinggi. Aku jadi makin kesemsem sama dia.

 Aku jadi makin kesemsem sama dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andy

Tak lama setelah kami berdua berbincang-bincang, muncullah di antara kami sosok Andre dengan gaya fashionable-nya. Andre berdandan sangat keren dan menunjukan pria metroseksualnya yang sejati.

Aku memperkenalkan Andre kepada Andy. Mereka pun bersalaman seperti layaknya orang yang baru berkenalan, meskipun mereka agak canggung tapi aku tahu mereka berusaha bersikap baik sesuai dengan pembawaan dan karakter mereka masing-masing. Andy yang notabene pria keturunan, lebih bersifat terbuka dan welcome. Senyum ramahnya yang khas dengan hiasan lesung pipitnya menunjukan betapa friendly-nya, Andy. Sementara Andre walau terkadang terlihat jaim dan malu-malu tapi dia juga kerap mengumbar senyuman manis di bibirnya, kesan egois maupun sombong tak nampak dari kedua pria-pria manly tersebut. Aku jadi bingung jika seandainya aku harus memilih dengan siapa aku nge-date. Kedua-duanya punya kharisma dan kelebihannya sendiri-sendiri. Tak ada yang lebih menonjol, di mataku mereka sama dan selevel.

Cukup lama kami bertiga mengobrol sambil menunggu kedatangan Dimoz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama kami bertiga mengobrol sambil menunggu kedatangan Dimoz. Mungkin hampir setengah jam kami menunggu lelaki dari Semarang itu. Dan setelah agak jemu menunggu kehadiran dia, akhirnya sosok hitam manis itu pun nongol juga di hadapan kami bertiga. Dengan gayanya yang cuek dan sederhana Dimoz menyapa kami dengan suara yang terdengar sangat kental logat Jawa-nya. Betul sekali, ucapan yang dikeluarkan dari mulut Dimoz, terlalu medhok alias ngapak sehingga terdengar lucu dan mengundang tawa di antara kami semua. Karakter Dimoz mengingatkan aku pada seseorang yang bernama Mas Dirno temannya, Aa' Iyan. Dimoz dan Mas Dirno kalau di compare jadi sebelas dua belas-lah, pokoknya unik, kocak dan menyenangkan.

 Dimoz dan Mas Dirno kalau di compare jadi sebelas dua belas-lah, pokoknya unik, kocak dan menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Well ... kita semua sudah pada ngumpul, dan kita juga sudah saling kenal satu sama lain, jadi aku anggap kalian semua sudah menjadi satu genk dengan aku ...'' kataku di hadapan mereka bertiga.

''Oke ... kita semua berteman!" sahut Andy.

''Ya .. siip-lah'' timpal Andre.

''Yo, iyo ... aku setuju wae ... terus kita mau ngapain, nih? Jangan buat aku kecewa lho, yo ... aku jauh-jauh lho, soko Semarang ...'' sambung Dimoz ikut andil.

''Ada yang punya ide, gak? Sebaiknya kita kemana?'' tanyaku.

''Aku ngikut aja sih, terserah kalian mau kemana,'' jawab Andy.

''Aku sih, pengen ke Kotu (Kota Tua) ... tapi kayaknya kasihan sama Dimoz, dia baru datang dari Semarang, aku rasa dia masih lelah ...'' ungkap Andre.

''Weh ... tenang wae cah ... aku punya otot kawat balung wesi ... anti lelah ... iso dibawa kemana aja.'' tukas Dimoz memamerkan ketahanan tubuhnya, dia memang nampak letih, tapi rasa letih itu seolah sirna dengan keceriaan di wajahnya.

''Oke ... aku juga mempertimbangkan hal ini, Dimoz ... aku tahu sampeyan rekoso tapi aku tidak mau nanti sampeyan terlalu kelelahan ... jadi sebaiknya kita cari tempat hiburan dekat sini-sini aja!'' ungkapku sambil berpikir tempat-tempat yang enak buat dijadikan tempat nongkrong.

''Andy ... apakah kamu tahu tempat yang asik di sekitar sini?'' lanjutku.

Andy hanya menggeleng.

''Andre ... kamu ada ide lagi, gak?'' tanyaku pada Andre.

''Hmmm ... aku juga kurang tahu, sih ...'' jawab Andre.

Huffttt ... aku membuang nafas dalam, aku memutar otak dan mengingat-ingat tempat tongkrongan yang cukup menghibur di area Senen.

 aku membuang nafas dalam, aku memutar otak dan mengingat-ingat tempat tongkrongan yang cukup menghibur di area Senen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin ada pembaca yang tahu?

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang