Kedua tanganku berpegangan pada dua sisi paha Aa' Iyan, kepalaku bergerak maju-mundur bersamaan hantaman perkakas senggama Aa' Iyan yang menyodok-nyodok rahangku. Sesekali aku hisap ujung kepala angry bird-nya kemudian ku kulum dengan usapan lidah yang meliuk-liuk pada bekas jahitan khitanannya. Sekujur tubuh Aa' bergidik, keringatnya bercucuran, ritme nafasnya pendek dan gairahnya memuncak. Bagai kesetanan Aa' menjambak rambutku dengan kasar, dia tarik kepalaku dengan kuat dan dia menarik-ulurkan batang kelelakian-nya dengan dinamika yang cepat di himpitan mulutku.
Ough ... ah ... ah ... ah ... desahan Aa' Iyan terdengar kembang kempis di tengah heningnya malam yang kian mencekam.
Di malam yang penuh bertaburan bintang itu Aa' Iyan menuntaskan hasrat syahwatnya dengan mengoyang pinggulnya dengan penuh nafsu sejalan dengan alat kelaminnya yang bergerilya mengoyak-ngoyak liang kerongkonganku. Laki-laki ini mengeksplorasi sensasi bercinta dengan teknik sensual yang menggebu-gebu hingga dia merasakan nikmat yang bertubi-tubi dan berada di puncak asmara yang liar, nakal, dan brutal.
Ah ... ah ... ah ... Aa' Iyan mengerang seperti srigala yang mengaung ketika Pisang Goreng Gosong-nya mengembang keras seperti balon yang hendak meletus, otot-ototnya menegang dahsyat lalu sejurus kemudian ... croot ... crooot ... crooottt ... bagai saus putih, sperma Aa' menyemprot dan membanjiri mulutku. Sebagian cairan kental yang baunya sangat khas serta berasa asin-asin gurih itu tertelan dan sebagian lagi aku tumpahkan hingga belepotan di pinggiran bibirku.
Aa' Iyan mengangkat tubuhku, lalu dia mencium keningku, pipiku dan kemudian melumat bibirku untuk merasakan sisa-sisa air mani yang berlumuran di mulutku. Untuk terakhir kalinya sebagai puncak aksi nakalnya ini, Aa' memelukku dengan sangat erat dan menempelkan senjata tempurnya yang masih setengah ngaceng itu di perutku, lalu dia menggesek-gesekan benda bulat panjang itu hingga kepala plontosnya memuntahkan kembali magma putih kental nan hangat ... croottt ... crooot ... crooottt!
''Herio ... Aa' sayang sama kamu ...'' Kembali Aa' mencium bibirku dengan penuh rasa kasih dan sayang.
Aku tak bersuara, aku hanya mengangguk perlahan, aku tak bisa mengontrol emosiku karena rasa haru yang kelewat dalam, hingga tanpa sadar aku meneteskan air mataku.
Entah, apa yang ada dalam benakku, aku merasa aku ini makhluk yang hina, aku hanya objek pelampiasan nafsu bejat dari orang yang sejatinya aku kagumi. Malam ini aku menyaksikan sisi lain Aa' Iyan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Malam yang Horny bagi Aa' ini seperti malam perbudakan bagi diriku. Tapi anehnya, aku tidak bisa membencinya, bahkan aku merasa aku lebih menyayanginya dan lebih jatuh cinta kepadanya. Miris dan ironis, namun itulah kenyataan yang sedang aku hadapi.
Setelah puas dan berkemas merapikan diri, Aa' mengajakku pulang ke rumahnya. Sampai di dalam rumah, Aa' menggelar kasur lipat di ruang tengah depan televisi dia menyuruhku berbaring dan tidur di tempat itu.
''Herio ... maafkan Aa', ya ... kamu harus tidur di tempat ini ....''
''Iya, Aa' ... tidak apa-apa, aku sudah biasa tidur seperti ini ... di kost-anku, aku juga tidur di atas kasur lipat yang digelar di lantai, 'kan?"
''Maafkan Aa' juga karena tidak bisa menemani kamu tidur disini ....''
''Ya ... tidak apa-apa, A' ... Herio mengerti kok.''
''Oke ... kamu sekarang tidur ya!'' Aa' mengusap-usap kepalaku, lalu dia menyelimuti tubuhku dengan kain sarung, "selamat malam ... semoga mimpi yang indah!'' imbuhnya.
''Selamat malam juga, Aa ...'' balasku.
Aa' Iyan nampak tersenyum, lalu dia menghembuskan nafas dalam dan berdiri tegak, sekali lagi dia menatapku dengan pandangan mata yang sayu sebelum dia beranjak pergi menuju kamarnya untuk tidur bersama Istri dan anak bungsunya, Nadine.
Aku berusaha memejamkan mataku, aku mengosongkan pikiranku dan berharap aku bisa lekas tertidur dengan pulas. Kejadian hari ini cukup membekas dalam ingatanku. Apa yang dilakukan Aa' terhadapku di rumah kosong itu sungguh diluar dugaanku. Aku ingin melupakannya tapi aku tidak bisa ... sepanjang malam aku menangis, entah berapa mililiter air mata yang aku keluarkan, hingga mata ini lelah dan tertidur dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.