Lembar Ke-60 : Petugas Busway

1.9K 61 1
                                    

Setelah mandi, aku langsung berdandan alakadarnya, tak lupa pakai hand & body lotion, semprot parfum sana-sini, dan gel rambut untuk menata rambutku. Setelah merasa wangi dan tampil kece, aku jadi semakin percaya diri dan siap berjalan-jalan bersama Andre, Dimoz, dan Andy. Sesuai dengan kesepakatan bersama, kami berempat pergi ke Ragunan Zoo yang letaknya di daerah Jakarta Selatan. Kami mengakses ke sana dengan menggunakan moda transportasi massal Bus Transjakarta. Kami berangkat dari halte Pasar Cempaka Putih, kemudian transit di halte Central Senen untuk melanjutkan perjalanan yang ke arah Kampung Melayu. Di halte Matraman kami turun untuk transit lagi dan naik bus yang bisa membawa kami semua ke halte Dukuh Atas. Dan dari Dukuh Atas barulah kami naik yang ke arah Ragunan. Capek juga, ya? Naik-turun bus dan beberapa kali transit. Lelah, tapi mengasikan karena kami pergi dengan hati yang riang.

Di bus yang ke arah Ragunan, penumpangnya membludak sehingga tak satu pun dari kami berempat yang mendapatkan tempat duduk. Jadi, terpaksa deh kami bergelayutan seperti monyet-monyet Ragunan di dalam bus tije ini. Untuk menghilangkan rasa 'bete', kami megobrol selama perjalanan, apa aja kami obrolin sampai mulut-mulut kami pada dower. Capek ngobrol, aku iseng mengarahkan pandanganku ke arah kernet bus ini, aku memperhatikan wajah petugas pria itu yang seolah tidak asing di mataku. Aku sepertinya mengenalinya, tapi aku lupa-lupa ingat. Siapa, ya? Aku terus memperhatikannya hingga aku paham betul siapa sosok pria itu sebenarnya.

Oh iya, aku tahu ... dia adalah Achmad, teman FB-ku yang bekerja menjadi awak bus transjakarta, dia juga bertugas di koridor 6 jurusan Dukuh Atas – Ragunan, tak salah lagi, aku yakin itu pasti dia.

Di tengah penumpang yang berdesak-desakan, aku mencoba mendekati Achmad, aku mencolek pundaknya hingga dia menoreh ke arahku, namun dia belum ngeh kalau aku ini teman FB-nya.

Di tengah penumpang yang berdesak-desakan, aku mencoba mendekati Achmad, aku mencolek pundaknya hingga dia menoreh ke arahku, namun dia belum ngeh kalau aku ini teman FB-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Achmad

''Hai ... Achmad, bukan?'' sapaku.

''Maaf ... siapa, ya?'' Achmad mengkerutkan keningnya seolah berpikir dan mengingat-ingat sesuatu.

''Aku, Herio ... teman kamu!''

''Herio yang mana, ya?'' Achmad masih menunjukan wajah bingungnya.

''Herio Purnama ... teman eF-Bi ... dulu kita pernah ketemuan di PGC (Pusat Grosir Cililitan), kalau gak salah, sih ...'' terangku.

''O, Herio ... Herio Purnama!'' Achmad manggut-manggut sembari menatapku lekat-lekat, ''ya, ya, ya ... aku ingat sekarang!'' imbuhnya.

__Hmmm ... akhirnya dia mengenali aku, aku sudah deg-degan aja kalau dia akan pura-pura tidak mengenali aku, 'kan aku jadi tengsin. Mau taruh dimana mukaku?

''Kamu ... apa kabar, Herio?'' Achmad menepuk-nepuk bahuku, ''gila ... makin cakep aja, kamu!'' imbuhnya memujiku, aku jadi GR deh.

''Alhamdulillah luar biasa baik, gimana dengan kamu sendiri?'' balasku.

''Ya ... seperti yang kamu lihat, i am fine. Hehehe ... oh ya, kamu mau kemana naik busway-ku?''

''Mau jenguk Uwak'' jawabku singkat.

''Hahahaha ...'' Achmad langsung ngakak, ''jadi kamu mau ke kebun binatang Ragunan, ya?'' lanjutnya.

''Yups ...''

''Bareng siapa, Her?''

''Tuh sama pasukan!'' Aku melirik ke arah Andre, Andy, dan Dimoz yang masih bergelantungan bagai Tarzan-tarzan kece.

''Pasukan apa? Pasukan bodrex, ya. Hahaha ...'' Achmad ngakak lagi. Heran, dia doyan benget ketawa.

''Hahaha ... ya, begitulah!"

Aduh ... jadi ketawa-ketiwi deh, ketemu Achmad, tapi sayangnya dia lagi bertugas, jadi kami berdua tidak terlalu bebas. Di setiap halte dia harus memberitahukan kepada penumpang yang mau turun untuk bersiap-siap dan tak lupa untuk membuka dan menutup pintu bus transjakarta-nya. Karena aku tidak mau mengganggu dia yang lagi bekerja, akhirnya aku balik lagi ke tempat asal dan kembali bergabung dengan teman-temanku. Andre, Dimoz, dan Andy-pun jadi kepo dan ingin tahu siapa itu Achmad, demi menjaga privasi Achmad, terpaksa aku berdusta kepada mereka dan bilang kalau Achmad hanya teman SMA-ku saja, hehehe .... __Sorry ya, guys aku berbohong!

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang