Akhirnya aku tiba di kantorku.
Aku langsung masuk ke ruangan kerja, namun belum sempat duduk di bangku kerjaku, aku dipanggil oleh leader-ku (namanya Mbak Dyah, betul ... dia seorang perempuan, berhijab dan agak gendut badannya).
''Herio Purnama ...'' ujarnya menyapaku dengan suara tegas, datar dan nada yang misterius.
''Ya, Mbak Dyah ...'' sahutku sembari menghampiri ke meja kerjanya. Wanita yang konon masih single di usianya yang sudah matang ini menatapku dengan pandangan mata yang tajam. Setajam pisau belati.
''Kamu dipanggil oleh Ibu Nisa di meja kerjanya di lantai 3!''
''Ibu Nisa?''
''Iya, kamu tahu, 'kan? Beliau adalah manager kita!''
''Iya, aku tahu, Mbak ...''
''Ya sudah ... sekarang kamu pergi temui beliau di mejanya ... sekarang!''
''Hah ... sekarang?''
''Iya, sekarang ... buruan gih! Beliau sudah menunggumu!'' Mata Mbak Dyah melotot dengan nada suara yang ketus.
''Baik, Mbak ...''
Aku pun bergegas menemui Ibu Nisa di lantai 3. Langkahku mendadak terasa berat melewati tangga, dengan langkah yang pelan dan ragu aku menaiki satu per satu anak tangga, entahlah ... pikiranku tiba-tiba menjadi bingung dan bertanya-tanya. Ada apakah gerangan, hingga Ibu Manager memanggilku? Jantungku jadi berdebar-debar lebih kencang serta berbagai spekulasi menghantui benakku. Aku merasa ada firasat buruk yang bakal terjadi.
''Tok ... Tok ... Tok!!!''
Aku mengetuk pintu ruang manager.
''Masuk!'' Terdengar jawaban dari dalam, aku pun segera membuka gagang pintu dan mulai memasuki ruangan yang ber-AC, namun masih terasa gerah di badanku, mungkin ini efek dari gugup dan grogiku.
''Ibu Nisa memanggilku?'' ujarku tepat di depan meja perempuan yang sudah berumur di atas 40-an tahun ini, namun dia masih nampak fresh dan energik.
''Kamu, Herio Purnama?'' Ibu Nisa memandangku dengan seksama dari ujung rambut hingga ujung sepatu.
''I-iya ... saya, Herio Purnama!''
''Oke ... silahkan duduk!''
Masih dengan perasaan ragu dan deg-degan aku duduk di hadapan Ibu Nisa.
''Kamu tahu ... mengapa saya memanggil kamu datang kemari?'' ucap Ibu Nisa memulai percakapan yang lebih serius.
Aku menggeleng.
''Kamu tahu ... bergerak di bidang apa perusahaan ini?''
''Jasa, Bu ...''
''Bagus ... dan apa yang di unggulkan dari perusahaan jasa?''
Aku terdiam dengan pandangan yang merunduk. Aku benar-benar gugup sehingga terasa gagap buat berkat-kata.
''Herio ... bisnis perusahaan ini berjalan berdasarkan rasa KEPERCAYAAN, dan kepercayaan itu mengedepankan INTEGRITAS ... kamu tahu apa itu Integritas?''
''I-iya, Bu ... saya tahu!''
''Apa?''
''Kejujuran ...''
''Betul ... tapi apakah kamu sudah menjalankan sikap demikian?''
Aku hanya terbengong, karena tak tahu maksud dari pembicaraan ini.
''Herio ... tugas pekerjaan kamu adalah mendapatkan data customer dengan valid sesuai dengan hasil verifikasi yang kamu lakukan, tapi ada beberapa data yang tidak sesuai dengan fakta ... dan itu apa artinya Herio? Itu adalah manipulasi data, dan manipulasi data adalah bentuk dari KEBOHONGAN ... kami menemukan data-data tidak valid itu dari username kamu, Herio Purnama!'' suara Bu Nisa semakin meninggi.
''A-aku ... aku ... tidak melakukan hal seperti itu, Bu!''
''Kamu tak bisa mengelak ... karena bukti record-nya ada Herio ...''
Aku jadi tertegun, aku mengingat-ingat semua pekerjaan yang pernah aku lakukan, mungkin itu benar bahwa aku pernah melakukan tindakan ceroboh dan khilaf. Aku memang sengaja memanipulasi data untuk mengejar target. Tapi dari tindakan TIDAK JUJUR itu kini aku mendapatkan akibatnya. Aku jadi dihantui rasa bersalah.
''Maafkan saya, Bu ... saya memang bersalah ... saya ceroboh.'' Aku merunduk lesu.
''Iya sudah ... ini teguran sekaligus SP 1 buat kamu ... jika kamu mengulanginya lagi, Ibu akan melakukan tindakan yang lebih tegas!''
''Terima kasih, Bu ...''
''Iya. .. saya rasa hanya itu saja ... silahkan bekerja kembali!''
''Ba-baik, Bu ... Permisi!''
Aku keluar dari ruangan manager dengan perasaan yang lesu. Aku merasa menyesal karena telah melakukan sesuatu yang sebenarnya jauh dari sifat asliku. Kejujuran memang seharusnya kita pegang teguh kapan pun dan dimana pun juga. Dari peristiwa ini aku hanya bisa mengambil hikmahnya saja. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi yang selalu mengedepankan prinsip integritas. Dan apabila kita sekali membuat kebohongan maka kita akan melahirkan kebohongan-kebongan baru untuk menutupi kebohongan-kebohongan lama. Jadi stop berbohong dan utamakan KEJUJURAN karena JUJUR itu MUJUR.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Historia CortaUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.