Lembar Ke-81 : Pacaran

1.6K 63 2
                                    


''Mas Her ... Mas Her udah pernah pacaran, belum?'' ujar Rangga sambil meletakan cangkir kopinya di tepi bangku yang terdapat di tempat ini. Kemudian remaja laki-laki ini mendekatiku dengan mimik muka yang penasaran.

''Udah ...'' jawabku seraya menyeruput kopiku pelan-pelan dan menikmati rasa pahit yang bercampur manis dan gurih cream-nya.

''Ceritain dong gimana pengalaman Mas Herio waktu berpacaran!''

''Hehehe ... kamu sungguh ingin mengetahuinya?''

''Iya, Mas Her ... ayolah ceritakan kepada Rangga!''

''Tidak mau ...''

''Ah, Mas Her ... gak asik ah ... ayo dong berbagi ... biar Rangga tahu seperti gimana orang yang lagi berpacaran itu ...''

''Rangga, kamu sungguh-sungguh ingin tahu gaya pacaranku?''

''Iya ...'' Rangga bersemangat menganggukan kepala.

''Baiklah ... aku akan tunjukan kepada kamu gimana aku berpacaran ... tapi sebelumnya kamu harus berjanji dulu, Rangga ...''

''Janji apa, Mas?'' Rangga mengernyit.

''Kamu tidak boleh berkomentar apapun setelah melihatnya dan kamu juga tidak boleh bereaksi apapun selama aku meragakan gaya berpacaranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Kamu tidak boleh berkomentar apapun setelah melihatnya dan kamu juga tidak boleh bereaksi apapun selama aku meragakan gaya berpacaranku .... kamu cukup diam dan perhatikan aku!''

''Oke ... Rangga berjanji!'' Rangga mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

''Siiip ... aku pegang janjimu dan aku percaya sama kamu!''

Rangga mengangkat satu alisnya dan manggut-mnggut seolah mengerti dengan apa yang aku maksudkan.

''Baiklah ... aku akan mulai ... dan kamu yang jadi pasanganku, Rangga ... kamu tidak keberatan, bukan?''

''Tentu saja, tidak ...'' Rangga mulai memeperhatikan aku.

''Well ... saat berduaan, kita fokus pada pembicaraan, kemudian kita saling menyentuh tangan ... seperti ini ...'' Aku meraih telapak tangan Rangga lalu mengusapnya perlahan, saat itu Rangga nampak tersentak dan sedikit bingung, namun akhirnya dia sadar kalau sentuhanku ini hanya peragaan semata.

''Terus?'' guman Rangga.

''Aku meremas jari-jemarinya dan mencium punggung tangannya dengan lembut, seperti ini. ..'' Aku meremas jari-jari Rangga, kemudian menciuminya perlahan, tentu reaksi Rangga sangat kaget ... tapi dia tahu apa yang aku lakukan ini cuma berpura-pura.

''Lalu ...'' kembali Rangga berguman.

''Aku pandangi kedua matanya,'' Aku dan Rangga jadi beradu pandang saat ini aku merasa benar-benar seperti beradegan sungguhan dan bukan berakting saja.

''Terus ...'' Rangga masih penasaran.

''Aku mendekati wajahnya ... hingga sedekat ini,'' kataku sambil menarik tengkuk Rangga dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Saat itu Rangga jadi terbelalak dengan mimik yang aneh seperti orang yang bodoh. ''Wajah kita jadi sangat dekat ... bahkan kita bisa mencium aroma nafasnya,'' lanjutku.

''Lalu, Mas ...''

''Aku mengusap pipinya dan berkata. .. aku menyayangimu ... dan aku mencintaimu ...'' terangku dengan membelai kedua pipi Rangga. Dan saat ini aku seperti benar-benar mengutarakan isi hatiku terhadap Rangga.

''Wow ... so sweet!'' gerutu Rangga pelan.

''Terus ... apalagi, Mas?'' lanjut Rangga masih dengan nada penasaran.

''Selanjutnya kita berciuman ...'' kataku seraya melepaskan tanganku dari pipi Rangga.

''Ciuman? Ciuman bibirkah?'' Rangga nampak terkesiap.

Aku tersenyum dan mengangguk.

''Gimana ciumanannya, Mas?'' sepertinya Rangga sangat antusias dan super kepo.

''Hahaha ... apa perlu aku memperagakannya juga, Rangga?'' timpalku sembari memalingkan wajahku dari hadapan Rangga.

''Iya dong, Mas ... Rangga penasaran ... seperti apa rasanya berciuman!''

''Tidak, Rangga ... aku tidak mungkin memperagakannya bersamamu!''

''Tidak apa-apa, Mas Her ... coba aja!''

''Jangan, Rangga ... bagian ini kita skip saja!''

''Mas Her ... Rangga benar-benar ingin tahu semuanya ... jadi... Rangga tidak ingin satu pun hal yang terlewatkan ...''

''Rangga ... kamu jangan nekat ... nanti kamu menyesal!''

''Ayolah, Mas Her ... ajari aku berciuman!'' Rangga merengek-rengek.

''Rangga ... kamu jangan memaksaku!''

''Tidak ... Rangga tidak memaksa ... Rangga cuma__.''

Belum selesai Rangga ngomong, aku langsung membalikan tubuhku, lalu aku meraih kepala Rangga dan menarik wajahnya dengan cepat, kemudian aku mengecup bibirnya dan melumatnya perlahan-lahan.

Belum selesai Rangga ngomong, aku langsung membalikan tubuhku, lalu aku meraih kepala Rangga dan menarik wajahnya dengan cepat, kemudian aku mengecup bibirnya dan melumatnya perlahan-lahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rangga jadi terdiam dan tubuhnya seolah tertotok hingga tak mampu bergerak. Sekujur tubuhnya mendadak gemetar dan kaku. Namun, aku bisa merasakan kalau Rangga cukup menikmati ciuman refleksku ini. Diam-diam bibir Rangga juga menyentuh bibirku dan membalas lumatanku. Sepertinya Rangga bisa mencerna dengan cepat teknik ciuman yang aku ajarkan kepadanya.

Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, bibirku dan bibir Rangga terus bergumul saling menggigit dan saling meyalurkan sensasi lumatan yang manja. Lalu tanpa ragu aku mengusap-usap lehernya kemudian dadanya dan tak luput memainkan putingnya yang mulai meruncing. Aku meremas-remas dada Rangga hingga tubuh brondong manis ini bergidik dan meringai seperti seekor kuda. Dan ketika menyadari hal itu, aku langsung melepaskan ciumanku dan menjauhkan tubuhku dari tubuh Rangga. Aku tidak mau kami berdua larut dalam jebakan kenikmatan yang membuat kami jadi kebablasan.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang