Lembar Ke-29 : Cek Cok

2.1K 90 1
                                    

Ketika kami sedang asik bercengkrama, tiba-tiba Lisa, si anak Tante Mona datang dari arah depan rumah dan berjalan menghampiri Aa' Iyan.

''Om Iyan ...'' ujarnya di depan Aa' Iyan.

''Ada apa, Sayang?'' sahut Aa' dengan senyuman lembut.

''Di depan ada Vikri dan Ari, Om ...'' terang Lisa.

''Oh ya ...'' Aa' Iyan merubah mimiknya jadi ekspresi yang kurang menyenangkan. Kemudian dia bangkit dari tempat duduknya dan segera bergerak ke arah pelataran rumah ini yang sangat luas. Melihat Aa' bersikap demikian aku turut berdiri dan berjalan mengikutinya dari belakang.

Memang benar, di depan rumah ini ada sosok Vikri dan Ari dengan sepedanya. Mereka berbicara kepada Aa' Iyan dengan bahasa sunda yang tak ku ketahui maksudnya.

''Pun Bapak dipiwarang mulih saur Mama *(1)'' ujar vikri.

''Nya entos anjeun mulih ti heula we kin apa nyusul *(2)'' jawab Aa'.

Lalu kedua bocah laki-laki itu memutar-balikan sepedanya dan mengayuhnya perlahan meninggalkan rumah ini.

''Ada apa, Aa'?'' tanyaku jadi sangat kepo.

''Biasa ... kalau Aa' main di rumah Om Gani, pasti istri Aa' menyuruh anak-anak nyusul ke sini ... istri Aa' tidak suka kalau Aa' lama-lama di sini."

''Oh gitu ....''

''Iya ... yuk, kita pamitan dulu pada Teteh Mona, terus kita pulang!''

''Óke, Aa'!''

Aku dan Aa' Iyan masuk kembali ke dalam rumah, kemudian kami berdua pamitan pada Tante Mona dan orang-orang yang masih ada di ruangan tersebut. Sejurus kemudian kami pergi meninggalkan rumah yang sudah memberikan banyak cerita buatku. Rumah mewah berarsitektur perpaduan gaya eropa dan rumah adat Jawa itu menyimpan banyak kisah menarik dan penuh lika-liku kehidupan manusia dalam mengarungi rumah tangga beserta tetek bengeknya.

Beberapa menit kemudian,

Aku dan Aa' Iyan tiba di kediaman Aa', di depan pintu kami disambut Istri Aa' dengan muka yang masam. Nampak jelas ketidaksukaan Istri Aa' terhadap apa yang dilakukan Aa', semua tergambar dari raut wajah Kak Winarti yang menekuk wajahnya seperti kain kumal. Aa' Iyan menyuruhku bergabung dengan anak-anaknya, sementara Aa' Iyan dan istrinya masuk ke dalam kamar, mereka terdengar cekcok dengan bahasa roaming yang tak ku pahami.

''Bla .. bla ... bla ....''

''....''

''....''

Aku tidak ambil pusing, aku lebih baik bermain-main dengan anak-anak Aa'. Mereka nampak bergembira dan senang bermain dengan aku. Vikri, Ari, dan Nadine adalah anak-anak yang manis dan penurut. Mereka sangat menghiburku dengan sikap dan perilaku mereka yang kadang sangat konyol dan kocak sehingga membuatku tertawa terbahak-bahak.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang