Malam yang horny itu kami lalui dengan penuh kesan, meskipun lelah namun memberikan pengalaman yang akan selalu kami kenang. Kehadiran Rangga dalam kehidupanku seperti bumbu penyedap yang mampu menambah citarasa dalam masakan percintaan dunia maho. Walaupun aku belum bisa sepenuhnya menarik diri Rangga untuk jatuh ke dalam pelukanku, aku tetap menikmati kebersamaan ini.
Hoaaammmm!!!
Aku terbangun dari lelapnya tidurku. Ku buka mata dan aku melihat ruangan kost-ku sudah terang benderang. Aku tahu malam sudah berganti pagi bahkan mungkin sudah beranjak siang. Ya ... hari ini aku kesiangan, karena saat aku mengintip jam digital di layar handphone-ku sudah menampilkan angka 08.30 WIB. Tentu saja aku jadi sangat terkejut dan panik. Buru-buru aku menyibakan selimutku dan segera bangkit dari kasurku sampai aku lupa kalau aku masih telanjang bulat.
Ackhhh ... tidak mungkin aku keluar dari kamar dengan keadaan bugil, aku langsung menyambar handuk dan membelitkannya ke pinggang untuk menutupi auratku. Tunggu ... sebelum aku keluar dari kamarku, aku jadi mengingat sesuatu. Betul! ... si Rangga ... sejak aku bangun aku tidak melihat sosoknya, kemana bocah itu? Bukankah semalam dia tidur bareng aku? Apakah dia sudah bangun lebih dulu ... terus kenapa dia tidak membangunkan aku? Aaachhh ... sudahlah ... tidak perlu dipikirkan, lebih baik aku segera mandi dan langsung bersiap-siap berangkat bekerja.
Beberapa saat kemudian.
Aku mandi (gebyar-gebyur!).
Aku berpakaian (rapi dengan kemeja batikku).
Aku dandan alakadarnya (semprot parfum dan menata rambut dengan pomade).
Lalu aku bergegas pergi ke tempat kerja dan melewatkan sarapanku. Padahal perutku terasa lapar tapi aku tidak punya banyak waktu lagi. Hmmm... untuk mengurangi waktu keterlambatanku, aku pun meng-order ojek online. Cukup praktis dan cepat ... sekali klik order langsung di-pick up. Namun, sayangnya gerakan driver tak secepat saat terima orderan-nya. Sehingga aku harus menunggu lama ... laaamaaaaa ... pakai banget, sampai aku kesel dan ingin meng-cancel. Namun, aku tidak melakukan itu, karena aku masih menggunakan kesabaranku. Aku juga tidak ingin bernasib sama dengan penumpang beberapa waktu yang lalu, yang digebukin para driver ojek daring karena membatalkan orderan-nya. Aku tidak mau dong ... wajah mulusku jadi bopeng-bopeng kena tonjokan tukang ojek. Jadi, walaupun dongkol, terpaksa aku tetap bercokol di tempat dan menunggu sang driver mengangkutku.
Sekian lama menunggu ... akhirnya sang driver ini pun nongol. Awalnya aku memasang wajah masam melihat kehadiran orang ini, namun ketika melihat parasnya yang hensem kemasaman sikapku berubah manis seketika. Aku benar-benar terpana dengan ketampanan dan penampilannya yang sangat good looking.
''Mas Herio Purnama, ya?'' ujar driver laki-laki ini pas di depanku.
''I-iya ...'' sahutku.
''Maaf ya, Mas ... agak lama ... soalnya jalanan macet. ..'' terang laki-laki berkulit sawo matang ini memberikan alasan. Sebuah alasan yang terlalu klise, tapi aku sudah memaafkannya sebelum dia mengucapkan kata maaf itu.
''Oh ya ... gak papa, kok ...'' timpalku sambil memperhatikan keringat yang mengucur di pelipisnya. Duh ... jadi terkesan seksi banget. Aku suka tipe cowok semacam ini. Jujur aku jadi pengen kenal lebih dekat dengan laki-laki driver ojek daring ini.
''Ayo, langsung saja, Mas Herio ... naik ke motornya!'' celetuk si driver ganteng ini sambil menyerahkan sebuah helm bermotif perusahaan ojek di mana driver ini bernaung dan juga memberikan aku selembar masker.
''Oke, Bang ...'' Aku memakai helm dan masker tersebut lalu dengan gesit aku meyilangkan kakiku di jok motornya.
Sejurus kemudian, motor matic-nya ini meluncur dengan kecepatan yang cukup kencang membawa tubuh ini ke tempat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.