KEMBALI ke kost-an.
Di depan pintu gerbang, aku melihat Mas Sofiano sedang duduk selonjoran sambil mengelap body motornya. Seperti biasa, cowok yang sudah menjadi papa muda ini dengan PD-nya bertelanjang dada memamerkan bentukan otot bisep dan trisep hasil dari latihan nge-gym-nya. Keringatnya nampak gobyos membasahi sekujur tubuh sexy-nya, dan sedikit agak berbeda dari dia, aku melihat ada beberapa bekas luka baru yang tergores di lengan dan lutut Mas Sofiano.
''Mas Sofiano ... sudah pulang?'' sapaku sembari memperhatkan goresan luka-luka di tubuhnya.
''Iya, Her ...'' sahut Mas Sofiano enteng.
''Itu lengan dan lututnya kenapa, Mas?'' tanyaku sedikit menyelidik karena tadi pagi aku belum melihat ada lecet-lecet di tubuh Mas Sofiano.
''O, ini ... aku jatuh dari motor tadi ...'' terang Mas Sofiano datar.
''Astaqfiruallahaladzim ... kok bisa, Mas?'' Aku mendekati Mas Sofiano untuk mengecek luka-lukanya lebih detail.
''Panjang ceritanya, Her ...'' jawab Mas Sofiano.
''Disunat dong, Mas biar jadi pendek!''
''Emang sampeyan pikir otong disunat segala.''
''Hahaha ...''
Aku dan Mas Sofiano jadi ngakak.
''Hmmm ... barusan aku juga melihat ada anak laki-laki yang jatuh dari motor di dekat Pasar Gembrong, Mas ...''
''Oh, ya?''
''Iya, Mas ... dia masih belum lancar mengendalikan kendaraannya ... motornya nyungsep ke dalam got ... tapi kalau Mas Sofiano 'kan udah mahir bawa motornya, masa' jatuh juga, sih?''
''Ya, namanya juga kecelakaan, Her ... dan mungkin, ini lagi apesnya aku saja!''
''Iya, seeh ... tapi luka Mas Sofiano tidak apa-apa, 'kan? Udah dikasih obat merah belum, Mas?'' Tiba-tiba aku merasa perhatian dan cemas kepada Mas Sofiano.
''Gak kok ... Rapopo ... cuma nyeri-nyeri dikit!'' timpal Mas Sofiano menyembunyikan rasa sakitnya padahal aku tahu dia lagi menahan rasa nyeri, buktinya dia masih nyengir-nyengir.
''Oh, syukurlah kalau begitu, Mas ...''
Mas Sofiano hanya tersenyum, senyumannya terlihat kaku seperti senyuman yang dipaksakan.
''Oh ya, Mas ... barusan aku dari pasar, aku membeli sebuah nanas ...''
''Benarkah?''
''Iya ...'' Aku menunjukan bungkusan plastik yang berisi buah nanas ke hadapan Mas Sofiano.
''Dan konon buah nanas ini mengandung vitamin C yang cukup tinggi, jadi bagus buat pertahanan tubuh. Kandungan mineralnya juga lumayan banyak dan dipercaya mampu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan. Jadi ... aku rasa buah nanas ini sangat baik dikonsumsi oleh Mas Sofiano yang notabene punya luka-luka karena habis kecelakaan ...'' imbuhku.
''Ah, omongan sampeyan sudah kayak pakar gizi aja, Her!'' tukas Mas Sofiano.
''Serius, Mas ... aku dikasih tahu oleh Mbah Google, kalau tidak percaya Mas Sofiano browsing aja!''
Mas Sofiano hanya tersenyum.
''Gimana, kamu mau nanasnya? Kalau Mas Sofiano mau, ayo kita makan bareng di kamar kost-ku!'' ajakku.
''Boleh juga, tuh ... kayaknya segar juga dimakan siang-siang begini!''
''Ya, sudah ... yuk, kita makan bareng!''
''Hayuk!''
Aku dan mas Sofiano berjingkat menuju kamarku. Lalu tanpa banyak tingkah, aku langsung memotong-motong buah nanas tersebut dan selanjutnya aku menaruhnya di sebuah piring sebelum aku suguhkan ke hadapan Mas Sofiano.
''Wah ... terima kasih ya, Her ... aku jadi merepotkan sampeyan, nih ...'' ujar Laki-laki macho ini sambil menusuk potongan buah nanas dengan menggunakan garpu, lalu perlahan memakannya.
''Santai aja kali, Mas ...'' sergahku.
''Sampeyan pancen tetanggaku yang paling oye, Her ...'' puji Mas Sofiano polos.
''Hehehe ... ''
Kami berdua tersenyum bareng sambil menikmati buah nanas.
''Oh ya, Mas ... boleh gak aku bantu mengobati luka-luka Mas Sofiano dengan betadine?'' kataku ketika melihat luka-luka Mas Sofiano yang belum tersentuh obat-obatan.
''Boleh aja, yen sampeyan ora keberatan ...'' balas Mas Sofiano.
''Tentu saja aku tidak keberatan, Mas ... justru dengan sangat senang hati aku akan melakukannya!'' Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menuju lemari dimana aku menyimpan kotak P3K. Aku mengambil botol kecil kemasan betadine dan selembar kapas, lalu membawanya ke hadapan Mas Sofiano.
''Herio ... sampeyan benar-benar orang yang berhati mulia ...''
''Tak usah berlebihan memujiku, Mas ... aku tak sebaik yang Mas Sofiano pikirkan!'' Aku menarik lengan tangan Mas Sofiano yang terluka, kemudian aku membentangkannya perlahan. Selanjutnya aku membersihkan luka-luka itu dengan kain bersih sebelum aku mengolesi betadine dengan menggunakan kapas.
Mas Sofiano jadi terdiam dia hanya terpaku menatapku yang telaten mengobati luka-lukanya. Sesekali laki-laki ini meringai menahan nyeri ketika cairan betadine yang aku oleskan menyentuh bagian lukanya yang menganga.
Pada saat aku sedang sibuk mengobati luka-luka di tubuh Mas Sofiano, tiba-tiba ...
Kreeettttt!
Pintu kamarku terbuka lebar, dan dari balik pintu tersebut muncul sesosok makhluk yang sudah sangat familiar di indra penglihatanku. Laki-laki muda itu memandangi aku dan Mas Sofiano bergantian dengan tatapan mata yang tajam penuh dengan keterkejutan dan kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.