Lembar 134 : Nasi Kotak

1.4K 52 1
                                    

PADA Malam harinya, aku mempersiapkan berkas-berkas surat lamaran pekerjaan seperti Daftar Riwayat Hidup, Fotokopi Ijazah terakhir, Fotokopi KTP dan berkas penunjang yang lain. Dan ketika aku lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan itu semua, tiba-tiba pintu kamarku terketuk dari luar.

Tok ... Tok ... Tok!

''Monggo!'' sahutku.

Dan tak lama kemudian muncullah Mas Sofiano dari balik pintu dengan membawakan sekotak nasi lengkap berserta lauk-pauknya.

''Eh ... Mas Sofiano ...'' Aku memasang wajah sumringah menyambut kehadiran laki-laki yang tumben mengenakan kaos gantung. Biasanya dia cukup bertelanjang dada dan hanya memakai celana kolor yang pendek dan ketat.

''Lagi ngapain, Her?'' tanya Mas Sofiano heran.

''Ini lagi bikin surat lamaran pekerjaan, Mas ...'' jawabku.

''Lho ... emang sampeyan tidak bekerja lagi?'' Mas Sofiano mengeryitkan dahinya.

''Masih, Mas ... tapi aku tadi siang dapat panggilan interview di sebuah perusahaan dan besok aku harus datang ke tempat perusahaan itu ...'' jelasku.

''Oh, gitu toh ...'' Mas Sofiano mantuk-mantuk.

''Injih, Mas Sofiano ...'' timpalku.

''Eh ... sampeyan udah makan belum, Her? Nih aku bawain makanan nasi kotak!'' Mas Sofiano meletakan bungkusan kotak nasi ke hadapanku.

''Waw ... tahu aja Mas Sofiano kalau aku sedang lapar. Emang Mas Sofiano dapat dari mana nasi kotak ini?'' Aku membuka kotak nasi ini dan memeriksa isinya. Ada ayam goreng bumbu serundeng, krupuk udang, sambal goreng kentang, bihun, dan telor balado. Plus buah pisang.

__Mmmm ... kelihatannya sangat yummy.

''Tadi di kantorku ada acara ... dan aku bawa pulang dua kotak nasi. Satu buat istriku dan satu buat sampeyan ...'' jawab Mas Sofiano menerangkan.

''Wah ... perhatian banget sih, Mas sama aku ... BTW ... thanks ya, Mas ...''

''Udah tak usah banyak comment. .. kayak di FB aja ... mendingan sampeyan segera makan, Her ... keburu basi, karena udah dari siang itu makanannya.''

''Oke deh, Mas ...'' Aku menyingkirkan berkas-berkas surat lamaran pekerjaanku, lalu aku mencuci tangan sebelum menyentuh makanan yang diberikan oleh Mas Sofiano ini.

''Aku makan ya, Mas ... nasi kotaknya!'' kataku, ''Bismillahirahmanirahim!'' aku mulai menyantap hidangannya.

''Iya, monggo, Her ... makan yang banyak biar gemukan dikit!''

''Hehehe ... '' Aku cuma menyunggingkan gigiku.

''Sampeyan dibilangin malah cengegesan sih, Her!''

''Aku ini susah gemuknya, Mas ... walaupun sudah banyak makannya tapi tetap saja tidak bisa gemuk-gemuk ... aku sendiri juga heran. Entah mengapa?''

''Mungkin sampeyan terlalu banyak pikiran, Her ...''

''Ah ... gak juga kok, Mas ...''

''Atau bisa jadi sampeyan sudah kebanyakan tuh, Her!''

''Kebanyakan apa, Mas?''

''Kebanyakan coli ... ngocok peli! Hahaha ....''

''Ah sue kamu, Mas ....''

''Hahaha ...''

Mas Sofiano ngakak tak terkontrol. Entahlah, sepertinya dia girang banget kalau sudah ngeledekku. Aku tak mempedulikan tertawanya yang kelewat konyol itu. Aku terus melanjutkan menyantap makanannya hingga hampir habis dan menyisahkan tulang dan beberapa rempah bumbu, seperti laos dan cabe-cabean.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang