Lembar Ke-91 : Eksibisionis

2K 54 3
                                    


Tiba di Mall Atrium Senen Jakarta pusat.

Aku masuk melalui sebuah lobby yang dijaga oleh seorang satpam yang lumayan kece tampangnya. Satpam berseragam hitam ini memeriksa barang bawaanku dengan tongkat detektor sebelum laki-laki berotot ini mengijinkan aku untuk ke dalam Mall.

Aku sempat melirik ke wajah garangnya yang masih menampakan sisi manisnya dengan senyuman yang sangat ramah. Walau kulitnya agak gelap, namun dia memiliki daya pikat yang sungguh menawan. Namun aku tidak ada niat untuk berkenalan dengan pria yang ku perkirakan berumur 30 tahunan itu, jadi aku skip saja. Aku melenggangkan kakiku menuju ke area pertokoan di mana banyak berbagai macam brand fashion dan gadget dipanjang menghiasi etalase-etalase toko-toko tersebut. Aku hanya melihat-lihat saja karena memang itu tujuanku datang ke tempat ini. He ... He ... He ...

Well ...

Puas mondar-mandir dari toko satu ke toko yang lainnya, tiba-tiba aku merasa kebelet pipis, entahlah ... setiap berkunjung ke Mall pasti tak luput untuk menengok toilet. Rasanya belum lengkap kalau pergi ke Mall tanpa mampir ke toiletnya. Kedengarannya aneh sih, tapi ini jadi semacam habit atau kebiasaan yang sedikit nyeleneh dan mungkin sebagian cowok-cowok gay memiliki sifat semacam ini.

__Hayooo ngaku aja! Atau cuma aku doang, ya?

Saat di toilet aku melihat sudah ada beberapa pria yang berada di ruangan ini, sebagian dari mereka sedang membuang air seni di urinoir dan sebagiannya lagi masuk ke dalam bilik toilet. Aku yang sudah merasa kebelet langsung menuju ke salah satu urinoir yang masih kosong dan menuntaskan hajat kecilku di situ. Karena asiknya menikmati kenikmatan saat kencing, aku tidak begitu memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarku, aku fokus pada kegiatan buang urine saja.

Setelah selesai menuntaskan buang air kecil, aku baru menyadari kalau ada seorang pria yang berdiri di sebelahku yang sedang memperhatikan aku. Dia sedang kencing di urinoir juga, tapi matanya jelalatan kemana-mana. Gay radarku seketika bekerja dengan sangat cepat, instingku mengatakan kalau pria ini adalah salah satu pria HOMO. Yess ... tak salah lagi, ketika aku melirik ke arahnya, pria yang memiliki wajah oriental ini malah tersenyum dan memberikan kode etik yang hanya diketahui oleh para maho saja. Dia mengerlingkan matanya dengan genit seolah mengajak untuk berbuat mesum. Dasar otak ngeres ... aku langsung memalingkan mukaku ketika dia memamerkan alat kelaminnya yang sedang ngaceng dan menggoyang-goyangkannya di hadapanku.

 aku langsung memalingkan mukaku ketika dia memamerkan alat kelaminnya yang sedang ngaceng dan menggoyang-goyangkannya di hadapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tahu apa yang ada dalam pikirannya, dia menginginkan aku untuk menjadi objek pelampiasan nafsunya. Dengan perlahan-lahan aku mundur dan meninggalkan dia, aku harus menghindari orang-orang semacam ini yang tak bisa mengontrol dirinya sendiri seperti orang gila. Aku berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tanganku dengan sabun.

Alamak ... pria itu ternyata mengikutiku, dia berjalan ke arah wastafel dengan membiarkan organ vitalnya bergelayutan gondal-gandul seperti gantungan kunci. Kemudian tepat di depan kaca wastafel, pria yang tak tahu malu ini malah meringis dan melakukan aksi yang tak pernah aku sangka-sangka. Dia mengocok-ngocok organ kelaminnya dengan santai tanpa mempedulikan pria-pria lain yang berada di dalam toilet ini. Pria aneh ini benar-benar bersikap cuek dan masa bodo. Dia terus ber-masturbasi dan asik dengan dunia imajinasinya yang sudah terlalu frontal.

Pria yang memiliki kulit putih ini menyibakan kaosnya, lalu dia mengusap-usap putingnya sendiri sambil mengurut perkakas pribadinya hingga semakin terangsang dan tegang. Anjriiittt ... dia juga mendesah keenakan merasakan kenikmatan yang dia ciptakan sendiri. Sungguh ... dia tak memiliki sedikit pun rasa malu mempertontonkan aksi gokil-nya dengan memainkan organ genitalnya di depan orang lain. Hmmm ... pemandangan ini sangat membuatku jengah walaupun aku suka dengan ukuran kontolnya yang tergolong jumbo. Kepala otong-nya juga membengkak seperti jamur sitoki, batangnya berurat dengan hiasan rumput laut yang lebat tak terawat dan bakso telornya yang bergelantungan seperti dua buah salak yang dempet. Tapi entah mengapa, aku jadi merasa muak dengan pola laki-laki yang mungkin mengidap kelainan Eksibisionis ini. Ya ... aku yakin dia adalah salah satu pelaku Eksibisionisme karena gemar memamerkan atau memperlihatkan organ genitalnya kepada orang lain, bahkan dia juga tanpa segan melakukan masturbasi di depan khalayak ramai hingga mencapai klimaks sesuai dengan kepuasan yang dia inginkan.

Dan sebelum senjata rahasianya meledak dan lahar putihnya berceceran di lantai, sebaiknya aku kabur dari toilet ini ... aku takut dan trauma dengan orang-orang semacam itu. 

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang