Lembar Ke-48 : Berpisah

2K 75 8
                                    

Apa kabar dengan Aa' Iyan? Kok, dia hilang tanpa berita? Bagai ditelan bumi laki-laki itu, seakan lenyap dari peredarannya. Tidak, dia cuma hilang dari lembar catatan harianku. Tinta putihnya tak lagi menggores di lembar hitamku.

Lama aku tidak berjumpa dengan Aa' Iyan. Mungkin, dua atau tiga bulanan, rasanya aku kangen juga. Banyak kenangan bersamanya yang cukup memberikan kesan yang mendalam dalam kehidupanku, dia adalah laki-laki yang pernah singgah di hatiku sekaligus menjadi BF pertamaku. Walaupun dia pernah menyakiti dan mengkhianati aku, aku tetap tidak bisa membencinya, aku selalu mengingat kebaikan-kebaikannya dan melupakan kesalahannya. Tapi tentu saja kertas yang diremas tak akan pernah jadi kembali seperti semula. Begitu juga perasaanku kepada Aa' Iyan, meskipun berangsur-angsur membaik tapi tak bisa sedekat seperti dulu lagi. Oh ya, beberapa waktu yang lalu kami berdua memutuskan untuk mengakhiri hubungan di antara kami. Yups ... kami putus dengan baik-baik!

Walaupun kami sudah putus tapi komunikasi dan silaturahmi tetap jalan terus. Seperti hari itu, tanpa sengaja aku bertemu dengan Aa' Iyan. Dia nampak lebih gemuk dari terakhir kali aku melihatnya. Wajah dewasanya masih seperti dahulu, penuh kharisma dan bijaksana. Namun, pertemuan ini adalah pertemuan yang paling dingin dari pertemuan yang sebelum-sebelumnya, Aa' lebih banyak diam dari biasanya, dia hanya bersuara seperlunya saja.

 Namun, pertemuan ini adalah pertemuan yang paling dingin dari pertemuan yang sebelum-sebelumnya, Aa' lebih banyak diam dari biasanya, dia hanya bersuara seperlunya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aa' Iyan

''Bagaimana kabarmu, Herio?'' tanya Aa' Iyan di selah-selah pertemuan kaku ini di sebuah warung tenda.

''Aku baik-baik saja, Aa' ... gimana dengan Aa' sendiri?'' jawabku.

''Ya ... Aa' juga baik, seperti yang kamu lihat, lalu ... bagaimana dengan pekerjaan kamu, Rio?''

''Kurang begitu lancar, A' ... aku keluar-masuk di beberapa perusahaan,'' terangku.

''Terus, sekarang kamu kerja dimana?''

''Aku bekerja di salah satu perusahaan outsourching, pelayanan jasa perbankan, baru dua bulan ...''

''Apa kamu menyukai pekerjaan itu?''

''Aku tidak tahu, aku hanya berusaha menjalankan tugasku dengan sebaik-baiknya.''

''Herio ...  Cintai pekerjaanmu seperti kamu mencintai hobby-mu, dengan begitu kamu tidak akan merasakan orang yang sedang bekerja karena kamu enjoy mengerjakannya.''

''Ya ... aku selalu mencoba enjoy dengan pekerjaanku, tapi kadang lingkungan yang kurang mendukungku ....''

''Herio ... Dalam dunia kerja, jangan kamu memaksakan orang lain untuk memahami dirimu, tapi cobalah kamu yang mengerti dan memahami mereka.''

''Iya, Aa' ... harusnya aku bisa bersikap demikian .... ''

''Jangan menyerah ... tetaplah bersemangat ... kamu pasti bisa!'' Aa' Iyan menepuk-nepuk bahuku dengan lembut.

''Terima kasih, Aa' ...'' ucapku dengan melepas senyuman simpul yang mengembang di bibirku.

Untuk beberapa saat kami terdiam, kami hanyut dalam pikiran kami masing-masing, tak ada percakapan yang bisa aku utarakan lagi, hingga telepon genggam Aa' Iyan berbunyi, ada seorang teman yang melakukan panggilan telepon terhadapnya. Aa' menerima panggilan suara itu dan terlibat perbincangan intim yang tak bisa aku dengarkan. Aa' Iyan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan agak menjauh dari tempatku duduk.

Selesai menelpon Aa' kembali ke tempat duduknya dan mengatakan sesuatu untuk mengakhiri pertemuan tanpa sengaja ini. Aa' bilang dia harus pergi bersama temannya itu. Entahlah, teman yang mana, aku tidak tahu. Yang jelas beberapa menit kemudian ada seseorang yang menjemputnya, mereka pergi bersama dengan menggunakan sepeda motor milik temannya itu. Dan Sejak saat itu, aku nyaris tidak pernah ketemu Aa' Iyan kembali. Aa' Iyan seolah menemukan dunianya sendiri, dan telah melupakan aku. Oke, aku tidak mau ambil pusing, aku harus menemukan duniaku sendiri juga, aku bisa bersenang-senang dengan Rangga, Aldi atau teman-teman dunia mayaku yang lainnya. Aku tidak akan membiarkan diriku dalam kedukaan. Aku harus segera Move On dan selalu berpikir Don't Worry Be Happy!

Jadi ingat lirik lagu Citra Scholastika, salah satu jebolan Indonesian Idol yang lantang mengatakan, "Aku pasti bisa!'' Semoga!

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang