Lembar Ke-68 : Monday

1.6K 60 4
                                    

I don't like Monday

Yah ... hari ini, hari Senin. Seperti biasa, kita kembali kepada aktivitas kita masing-masing. Hari Senin seolah momok yang menakutkan bagi sebagian orang, menurut mereka Senin itu seperti monster yang harus dilawan setelah kita bersantai di hari libur. Tak terkecuali aku, terkadang aku juga sangat malas bila berhadapan dengan hari yang satu ini, bukan karena hari Senin-nya, tapi karena tumpukan pekerjaan yang sudah menanti untuk diselesaikan.

Seperti biasa sebelum ngantor aku membuat simple breakfast untuk mengisi perutku. Secangkir kopi mocca dan dua lembar roti sandwich yang cuma diisi mentega dan olesan selai rasa kacang. Alhamdulillah, yah ... sesuatu pokoknya. Habis sarapan aku pun segera berjingkat ke kantor yang letaknya di Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat. Tidak terlalu jauh dari tempat kost-ku, tapi aku harus menggunakan jasa angkot atau jasa ojek, baik ojek daring maupun ojek pangkalan yang bisa mengantarkan aku pergi kesana. Dan hari ini, aku memilih angkot saja, karena aku masih punya cukup banyak waktu untuk berjibaku dengan jalanan ibu kota yang sering kena macet meskipun jalanan yang aku lewati itu bukan termasuk jalanan besar tapi tetap selalu ramai sehingga kerap terjadi kemacetan yang dapat memangkas waktuku.

Well ... aku pun tiba di depan gedung bertingkat yang di dalamnya terdapat ruangan yang menjadi wadahku untuk menjalani aktivitas untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Aku tidak terlambat namun ngepas dengan jam masuk kantorku. Aku sengaja melakukan hal itu karena aku paling males harus menunggu jam kerja yang hanya diisi dengan kegiatan nongkrong dan ngerumpi yang tidak penting, dan biasanya dilakukan oleh rekan-rekan kerjaku yang memiliki jenis kelamin perempuan. Memang sih, dengan ikut nimbrung membuat hubungan pertemanan dengan mereka jadi bertambah akrab. Namun, aku kadang lebih memilih menghindari kebiasaan itu, bukan karena aku antisosial, tapi aku yang kurang pandai bergaul dan sedikit pemalu ini masih kurang percaya diri bila berada di antara orang-orang itu. Mereka yang seakan menganggap remeh dan kurang welcome dengan pegawai baru seperti aku.

Pukul 8.30 pagi, aku sudah duduk manis di depan layar komputer dan siap berperang dengan tumpukan tugas yang menggunung. Aku fokus mengerjakan file-file-nya hingga aku dapat menyelesaikan tugasku sebelum waktu istirahat tiba, nanti. Oh ya ... saat ini aku bekerja di perusahaan jasa yang bergerak di bidang perbankan. Dan kebetulan aku bertindak sebagai telepon verifikasi data costumer. Tugasku setiap hari menelpon para customer tersebut dan merekap ulang keabsahan data yang aku peroleh dan aku simpan menjadi data-data baru yang lebih valid. Aku baru beberapa bulan bekerja di sini setelah sebelumnya memutuskan risign dari Restoran Kampung Bebek, tempat kerjaku terdahulu. Aku keluar dari restoran tersebut karena sedikit ada ketidakselarasan dengan atasanku di sana yang membuatku merasa sangat tidak nyaman. Padahal, aku sangat menyukai pekerjaanku sebagai seorang server di restoran itu.

Pukul 12.00 siang, kini waktunya aku beristirahat untuk makan siang bersama teman-teman seprofesiku di kantin yang letaknya dekat dengan kantorku. Usai menyantap hidangan siangku, aku menjalankan ibadah Sholat Dzuhur bersama karyawan yang lain di mushola yang terdapat di lantai dasar gedung perkantoran ini. Selesai sholat bila masih ada waktu biasanya aku gunakan mengobrol dengan rekan kerja atau aku manfaatkan tidur hingga jam istirahat habis. Aku kembali bekerja dari pukul 01.00 siang-pukul 5.30 sore atau bisa lebih bila ada lemburan yang diperlukan.

Itulah rutinitas keseharian seorang laki-laki bernama, Herio Purnama dari hari Senin sampai dengan hari Jum'at. Kadang sangat membosankan dan membuatku jenuh. Tapi, aku tetap enjoy menjalani ini semua dan selalu bersyukur dengan apapun yang Tuhan gariskan kepadaku. Karena aku yakin, apa yang diberikan Tuhan adalah sesuatu yang terbaik buat umat-Nya.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang