Lembar Ke-39 : Barang

1.9K 78 5
                                    

Aku baru tiba di kost tercintaku. Aku merasa sangat kebelet pipis, karena sudah menahan sejak berada di Monas. Setelah aku melepas sepatu dan menaruh tasku, aku bergegas menuju kamar mandi. Kebetulan kamar mandi pintunya terbuka, itu berarti tidak ada orang sedang menggunakannya. Aku pun langsung memasuki kamar mandi tersebut. Namun, alangkah terkejutnya aku saat berada di dalam kamar mandi, aku melihat Rangga si anak ibu kost sedang kencing. Mau tidak mau aku melihat bentuk dan ukuran alat kelamin Rangga yang termasuk jumbo untuk ukuran organ vital cowok seusianya. Dengan refleks Rangga juga sangat kaget melihat kemunculanku, tapi dia tak bisa berbuat banyak. Karena dia lagi enak-enaknya mengeluarkan air seninya, mau menutupi burung pelatuknya juga percuma karena aku sudah terlanjur melihat perkakas pribadinya itu.

 Karena dia lagi enak-enaknya mengeluarkan air seninya, mau menutupi burung pelatuknya juga percuma karena aku sudah terlanjur melihat perkakas pribadinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rangga

''Sorry, Rangga ... aku tidak tahu kalau ada kamu di kamar mandi'' ucapku buru-buru, si Rangga hanya melirik dan mengaum. Aku membalikkan tubuhku, lalu aku keluar dengan cepat dari kamar mandi itu dan berjalan ke kamar mandi di sebelahnya. Disini aku menuntaskan hajat kecilku. Uughh, lega! Setelah selesai kencing, aku membersihkan alat vitalku dan memasukannya kembali ke dalam celana.

Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku terkesiap melihat Rangga menghadang dengan memasang wajah manyunnya.

''Eh, Rangga ... ada apa?'' tanyaku.

''Gak ada apa-apa sih, Mas ... Cuma, Rangga mau tanya aja!''

''Kamu mau tanya apa, Rangga?''

Rangga menggaruk-garuk kepalanya, pemuda tanggung ini seolah sedang berpikir keras, dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia masih ragu.

''Mmm ... tadi, Mas Herio lihat ya, barang Rangga?'' ujarnya malu-malu.

''Barang? Barang yang mana ya?'' tanggapku pura-pura tidak tahu.

''Barangnya, Rangga ....''

''Iya, barang apa?''

''Aduh ... tadi 'kan Rangga lagi pipis ... nah saat pipis ... terus, Mas Herio tiba-tiba masuk ... saat Mas Herio masuk tadi, Mas Herio lihat barang Rangga, gak?''

''Barang?'' Aku mengernyit.

''Huft ... Maksud Rangga ... Mas Herio, tadi sempat lihat burung Rangga, gak?''

''Burung?'' Aku mengernyit lagi.

''Hadewwwhhh!'' Rangga menepok jidatnya, ''kontol, Mas ... kontol!'' lanjutnya sedikit geram.

''Oh ... kontol kamu, toh ....'' Aku mengangguk.

''Iya, Mas ... tadi lihat, ya?''

''Iya ... aku melihatnya!'' Aku melirik muka Rangga yang mulai memerah.

''Haduhhh!'' Rangga menepok jidatnya lagi, ''iiihhh ... aku jadi malu,'' imbuhnya sambil menutupi mukanya.

''Kenapa malu, Rangga ... kita 'kan sama-sama cowok santai aja, keles!''

''Ah ... kenapa sih, Mas Herio lihatin?"' Rangga memasang wajah cemberut.

''Salah kamu sendiri, Rangga ... kenapa pipis pintunya tidak ditutup ....''

''Ah ... pokoknya aku tidak rela 'burung'-ku dilihat orang!''

''Ya, sudah sih ... Rangga, ngapain disesali sesuatu yang sudah terjadi ....''

''Ya juga sih ya, Mas ... ah, untung di Mas Herio, rugi di Rangga neeh ....''

''Hahahaha ... kamu ngomong apaan sih, Rangga sampai dihitung untung ruginya segala ... kayak pedagang aja ... udah ah, minggir! Aku mau bo-bo-sor (bobo-bobo sore) dulu!''

Aku ngeloyor dan hendak masuk ke kamar tidurku.

''Tunggu, Mas Herio!'' cegah Rangga menahan langkahku.

''Ada apa lagi?'' Aku menatap bola mata Rangga yang bulat dan bening.

''Ngomong-ngomong ... menurut Mas ... 'Burung' ... eh, maksudku ... kontol Rangga gede gak?''

''Rangga, aku cuma melihat sekilas, jadi tidak memperhatikannya ... aku tidak tahu gede atau kecil ukurannya ...''

''Ah ... masa seeh, Mas Herio tidak tahu!''

''Enggak! ... Rangga, udah ya! Aku capek ... Aku ngantuk ... Aku mau sleeping handsome dulu.''

''Huffttt ... Mas Herio, tidak asik, ah!"

''Rangga ... aku baru bisa menilainya kalau lihat langsung dan dalam waktu yang cukup lama ....''

''Oke ... Rangga akan tunjukan pada Mas Herio!"

''Heiii ... tadi bilangnya malu! Ini malah sengaja mau nunjukin, karepmu opo toh, Le?"

''Udah, Mas Herio lihat aja!'' ujar Rangga datar dan nyelonong masuk ke dalam kamarku. Dia menarik tanganku dan menutup pintunya. Di depanku dia nekat melorotkan celananya dan memamerkan alat vitalnya yang masih setengah ereksi.

 Di depanku dia nekat melorotkan celananya dan memamerkan alat vitalnya yang masih setengah ereksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Ayo, lihatin Mas! Ini kontolku!'' kata Rangga semangat.

Aku tidak percaya kalau Rangga akan bertindak sesembrono ini. Dia mengelus-elus senjata keperkasaannya sendiri hingga batang kejantanannya itu mengembang dan mengeras. Aku perhatikan bentuk organ vital Rangga yang sudah tersunat ketat itu. Kepalanya masih merah merona, batangnya mulus tanpa urat-urat saraf, kedua biji skrotumya menggantung seperti sepasang buah salak berwarna hitam kecoklatan. Bulu-bulunya masih halus dan belum terlalu banyak.

''Gimana, Mas ... gede gak?''

''Wow ... Lumayan! Untuk cowok seumuran kamu ... angry bird-mu tergolong berukuran di atas rata-rata.''

''Hehehe ...'' Rangga hanya nyengir sambil memakai celananya sendiri dan memasukan benda kelelakiannya ke dalam sangkarnya kembali. Cowok yang masih duduk di bangku SMP ini menatapku dengan gaya penuh kebanggaan.

''Kelak ... istrimu pasti beruntung mendapatkan laki-laki sepertimu, Rangga ...''

''Oh iya, dunk ... Rangga!'' ujarnya setengah congkak, lalu dia membuka pintu kamarku dan hendak melangkah pergi, "udah ah ... Rangga tidak mau berlama-lama di kamar Mas Herio!'' lanjutnya.

''Emang kenapa?''

''Takut ... ntar dikira HOMO! Hahaha ....'' Rangga tertawa ngakak sambil ngeloyor pergi menjauhi kamarku.

"Dasar ... Bocah gemblung!" gerutuku dalam hati. __Huh!

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang