Lembar Ke-57 : Minum

1.8K 70 3
                                    


Habis karaokean kami berempat mampir ke sebuah minimart dan belanja beberapa botol beer dan makanan ringan. Kami akan melanjutkan pesta kecil-kecilan di kost-anku. Karena sudah cukup malam, kami memutuskan untuk naik Grab Car. Aku membuka aplikasi on line-nya dan membuat orderan. Tak lama kemudian orderan kami diterima oleh salah satu driver. Kami pun tinggal menunggu driver untuk menjemput kami. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mobil sewa online ini pun muncul dan langsung mengangkut kami semua dan mengantarkan kami ke Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Tak lebih dari waktu 15 menit, kami pun tiba di depan kost-anku, aku membayar biaya sewanya sesuai dengan rupiah yang tertera di aplikasinya dan tak lupa aku melebihkan sedikit sebagai uang tips. Aku, Andre, Andy, dan Dimoz segera turun dari mobil produk japan ini lalu bergerak menuju kamar kost.

''Ini kamar kost-ku ... tidak terlalu luas, tapi cukuplah buat istirahat kita berempat. Aku harap kalian tidak menciptakan kegaduhan disini, karena sebagian penghuni di kost-an ini sudah tertidur,'' terangku saat memasuki kamar kost.

''Iya, Herio ... kita mengerti kok!'' sahut Andy, dan yang lainnya hanya manggut-manggut saja.

''Kamar mandi ada di luar, jika kalian mau buang air, atau mau membersihkan tubuh. Kalian bisa menggunakan kamar mandi tersebut ...'' lanjutku sambil menunjukan letak kamar mandinya kepada mereka bertiga.

''Oke deh, Her!'' timpal Andre dan Dimoz serempak.

''Oh ya ... letakan barang-barang kalian di pojok sana! Biar ada tempat yang luas untuk kita beristirahat!'' Kembali aku memberi komando.

''Siap, Bro!'' sambut mereka kompak dan segera mematuhi perintahku.

Beberapa jurus kemudian,

Andy dan Dimoz pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka. Di kamar kost-ku hanya ada aku dan Andre yang sedang mempersiapkan makanan dan minuman yang menjadi teman ngobrol nanti, ada sebotol beer dan beberapa kantong snack keripik singkong dan kacang-kacangan.

''Herio ... ada yang ingin aku tanyakan kepadamu ...'' ujar Andre sambil membuka tutup botol beer.

''Kamu mau tanya apa, Ndre?'' balasku.

''Apa kamu suka pada Andy?'' tanya Andre yang membuatku jadi agak terkejut.

''Aku tidak tahu ... apakah aku suka atau tidak!'' jawabku.

''Aku harap kamu tidak sungguh-sungguh menyukai Andy ....''

''Kok, kamu bilang begitu?''

''Karena aku sebenarnya suka sama kamu, Herio ....''

''Andre ... bukankah kamu sama Dimoz sudah seperti orang berpacaran, kamu bilang kamu nyaman dengan dia.''

''Iya ... aku melakukan itu semua karena aku menghargai Dimoz ... dia datang jauh-jauh dari Semarang, aku hanya ingin membuatnya senang dan agar dia tidak merasa kecewa ...''

''Kamu justru akan membuatnya kecewa bila dia tahu kalau kamu hanya PHP (pemberi harapan palsu)-in dia, Andre!''

''Herio ... aku sungguh-sungguh menyukaimu, aku ingin jadi pasanganmu ...'' Andre menatapku lekat-lekat, sorot matanya memancarkan gelombang kesungguhan yang membuatku jadi terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa.

''Katakan apa kamu menyukai aku juga atau kamu lebih memilih orang China itu?'' kata Andre lagi.

''Maaf, Andre ... aku tidak bisa menjawab sekarang, bagiku kalian hanya teman semua, aku menyukai kalian semua hanya sebatas teman ... tidak lebih!''

''Oke, i know!''

Aku dan Andre jadi terdiam ketika Dimoz tiba-tiba masuk ke dalam kamar, tanpa segan Dimoz mendekati Andre dan menciumnya, lalu dia mengambil sebuah gelas dan meminta untuk dituangkannya air beer ke dalam gelasnya kepada Andre. Andre pun menuangkannya beer tersebut ke gelas Dimoz dengan sangat romantis. Kemudian keduanya meminum beer itu bergantian dengan menggunakan gelas yang sama. Aku hanya bisa berguman dalam hati, betapa sempurnanya akting Andre di depan Dimoz, aku tidak percaya kalau dia bisa memerankan keintiman semacam itu sementara hati dan perasaannya tertuang untukku. Aneh, dan membuatku bingung.

''Wah ... pestanya sudah dimulai, ya ...'' celetuk Andy yang muncul dari balik pintu kost-an.

''Ayo, Koko ganteng ... sini-sini ... kita nikmati malam ini dengan hati gembira!'' sambut Dimoz seraya merangkul Andy dan mendudukannya di sebelahku, lalu dia memberikan gelas kosong ke tangan Andy dan menuangkan beer-nya ke gelas itu.

''Thank you, Moz ...'' ujar Andy sambil tersenyum manja, lalu dia menenggak minuman beralkohol tersebut dengan cepat.

''Kalian pada suka ya, minuman itu?'' tanyaku.

''Ya ... ini minuman enak tahu. Segar, coba aja Herio!'' jawab Andre sembari menyodorkan botol beer ke hadapanku.

''Tidak ... aku tidak pernah meminum minuman seperti itu,'' tukasku.

''Ya, kalau belum pernah sebaiknya jangan mencobanya ...'' ungkap Andy sambil merebut botol beer dari tangan Andre dan menuangkan isinya ke dalam gelasnya sendiri.

''Ya, tidak apa-apa kalau tidak mau mencoba ... aku tidak akan memaksanya,'' ujar Andre sedikit ketus terdengar di telinga, matanya melirik tajam ke arahku.

''Hai ... baru minum sedikit saja kamu sudah bicara ngelantur sih, Sayang ...'' ucap Dimoz sambil menarik muka Andre lalu dia mengecup bibirnya.

''Aku belum mabuk, Dimoz ... berhentilah untuk memanjakanku!''

''Oke, Sayang ... sebaiknya kamu makan camilan kacangnya!''

''Terima kasih, Dimoz ... aku lebih suka minum beer-nya tanpa tambahan kacang.''

''Well ... well ... well ...'' kepala Dimoz manggut-manggut sembari menatap Andre dengan tatapan yang sedikit membingungkan.

Andre, Andy, dan Dimoz terus menghabiskan botol-botol beer itu hingga mereka teler dan tertidur. Aku hanya melihat mereka dan menemaninya tanpa setetes pun menenggak minuman itu. Saat mereka terlelap aku mematikan lampu kamarku, kemudian aku beranjak ke tempat tidur dan mulai memejamkan mataku.

Tinta Putih Di Lembar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang