Di tengah lampu temaram ruang kamar berukuran 3x2 m ini, aku dan Aa' Iyan berbicara tentang banyak hal, kami berdua mengobrol hingga larut malam sambil menyeruput teh manis hangat buatanku dan mengemil setoples keripik pisang sarang tawon (keripik pisang yang dipotong bolong-bolong menyerupai sarang tawon).
Aa' menceritakan kehidupan pribadinya mulai dari pekerjaannya hingga keluarganya. Dari mulut manisnya ini aku jadi mengetahui bahwa dia ternyata berusia 34 tahun, sudah pernah menikah dua kali dan telah memiliki tiga orang anak.
Pada pernikahan pertamanya, Aa' menikah dengan seorang gadis pilihan hati yang sudah dipacarinya sejak di bangku SMA, mereka menikah saat usianya baru beranjak 20 tahun. Di tahun ketiga usia pernikahannya, mereka bercerai karena ada orang ketiga, bukan pelakor tapi pebinor (perebut bini orang). Istrinya selingkuh dengan pria idaman lain (PIL) yang memiliki kehidupan yang jauh lebih mapan.
Saat mengarungi bahtera rumah tangga bersama istri pertama, Aa' dikarunia seorang anak laki-laki yang bernama Vickry, dan hak asuh Vickry jatuh ke tangan Aa' padahal waktu itu Vickry baru berumur 7 bulan.
Setelah dua tahun menduda Aa' dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang gadis tetangga yang baru berumur 17 tahun. Meski tanpa cinta Aa' menjalankan rumah tangganya dengan hati yang lapang karena semua itu dia lakukan demi anak semata wayangnya; Vikry yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu.
Dan kebetulan istri Aa' yang kedua sangat menyayangi Vickry dan menganggap Vickry sebagai anak kandungnya sendiri.Bersama istri Aa' yang kedua, Aa' mendapatkan dua anak yang menurutnya lucu-lucu, satu anak laki-laki yang sekaligus jadi anak kedua Aa' yang diberi nama Ari dan si bungsu anak perempuan yang diberi nama Nadine. Perbedaan usia mereka terpaut 3 tahun.
''Wow ... seru dan mengharukan juga ya, kisah hidup Aa'!"
''Iya Rio ... begitulah kisah hidup Aa' ....''
''Pasti anak-anak Aa' sudah pada sekolah ya, sekarang?"
''Iya ... Vickry sudah kelas 4, kalau Ari kelas 2 sedangkan Nadine baru masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)!''
''Hmmm ... Jadi penasaran ... Pasti mereka lucu-lucu dan imut-imut!''
''Iya ... lucu dan imut seperti bapaknya. Hehehe ....''
''Hehehe ... kalau bapaknya mah ... tidak imut-imut tapi amit-amit!''
"Hahaha ...."
Aku dan Aa' Iyan jadi tertawa ngakak.
''Oh ya, Rio ... Aa' mau tanya sama kamu, boleh atau tidak?''
''Mau tanya apa, A'?"
''Tapi, kamu jangan marah, ya!"
''Iya ... aku tidak akan marah!"
''Janji, ya!"
''Iya, aku janji. Emang apa sih yang hendak Aa' tanyakan?"
''Sejak kapan kamu jadi 'gay' dan terjerumus ke dunia belok seperti ini?''
Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Aa' yang sebenarnya simple namun sulit untuk menjawabnya dengan jujur. Aku memandang mata Aa' yang mulai memerah namun sorotannya tetap tajam dan penuh teka-teki.
''Pertanyaan yang aneh ... Aa' sendiri kenapa menjadi gay?"
''Aa' bukan gay, Rio ... tapi biseks!"
''Hmm ... biseks ... Biseks itu lebih parah dari gay, karena biseks itu tergolong orang yang serakah, mereka mau sama perempuan tapi doyan juga sama batangan ... Makhluk hermaprodit!"
''Hehehe ....'' Aa' Iyan hanya terkekeh. Aku cuma bersungut.
''Kamu belum jawab pertanyaan Aa', Herio ....''
''Apakah aku harus menjawabnya?
''Wajib ... jika kamu tidak keberatan, hehehe ...."
Aku menghela nafas sebelum membuka mulutku untuk bersuara.
''Entahlah ... aku tidak tahu!"
Aa' Iyan mengkerutkan jidatnya.
''Sejak kecil, aku sudah suka melihat alat kelamin pria-pria yang sudah dewasa."
''Oh ya?"
''Iya ... dulu, aku suka mengintip pria-pria itu saat mereka mandi bugil di sungai. Aku tidak tahu mengapa, aku merasa senang dan jantungku menjadi berdebar-debar saat melihat benda bergelantungan tersebut. Aku sadar ini tidak normal ... tapi aku tidak bisa menghilangkan tingkah nyeleneh seperti ini dan menjadi habits yang buruk buatku."
''Kamu suka melihat ... maaf 'Kontol'?''
''I-iya ....'' Aku mengangguk pelan.
Aa' Iyan melempar satu senyuman genit, lalu dia berdiri tepat di hadapanku, lensa matanya menatapku dengan sudut mata yang binal seperti seekor kucing yang sedang mengincar seekor cicak di dinding, sejurus kemudian dia membuka pakaiannya sendiri dengan cepat.
''Aa' ... Aa' mau ngapain?''
Aa' Iyan tidak menggubrisku, dia terus melakukan aksi nakalnya, dia tersenyum cabul sembari perlahan melorotkan celana panjang beserta sempaknya.
''Aa' ... Aa' jangan memancingku!'' Aku segera memalingkan mukaku ketika melihat Aa' Iyan yang sudah bertelanjang bulat.
''Aa' hanya ingin membuatmu senang, Herio ....''
''Tidak ... Aa' jangan bertindak bodoh seperti ini!"
''Lihatlah ... kontol Aa', Herio!"
Aa' Iyan menarik tanganku dan menuntunnya untuk menyentuh perkakas pribadinya.
''Peganglah ... ini buat kamu, Herio ... Aa' rela kontol Aa' ini menjadi mainan kamu!''
Perlahan telapak tanganku menyentuh alat kelamin Aa' Iyan yang terasa hangat dan berdenyut-denyut. Aku meremas batangnya yang terasa berurat dan keras seperti kayu. Aku sangat tersentak dan gemetaran karena baru pertama kali memegang benda keperkasaan milik laki-laki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Putih Di Lembar Hitam
Short StoryUntuk 17++ Dia Ranggaku, brondong tampan yang membuatku jatuh cinta. Memberi warna baru dalam hidupku untuk menjelajahi dunia cinta semu.