03. Return

2.9K 347 37
                                    

Pagi ini aku bangun ketika cahaya matahari sudah menerobos masuk ke kamar, biasanya aku bangun saat langit masih agak gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini aku bangun ketika cahaya matahari sudah menerobos masuk ke kamar, biasanya aku bangun saat langit masih agak gelap.

Hal yang pertama kali kurasakan adalah tubuhku yang sakit ketika digerakkan, terutama bagian kaki. Ini pasti efek dari perjuanganku berlari dalam waktu yang lama demi mengejar pencuri kemarin. Aku menghembuskan napas kasar, mengurungkan niatku yang ingin mengumpat pagi ini gara-gara teringat pencuri itu.

Kulangkahkan kakiku gontai keluar kamar menuju kamar mandi, bisa kudengar suara alat masak yang beradu dari arah dapur. Aroma khas sup menguar memasuki indra penciumanku, membuatku jadi tidak sabar untuk segera menyantap sarapan.

"Kau pulang jam berapa tadi malam, Eonnie?"

Sekitar lima belas menit kemudian aku selesai mandi dan langsung menuju dapur dengan handuk yang terlilit di kepalaku. Aku menarik salah satu kursi dan duduk sambil memperhatikan Jungri yang sibuk meletakkan menu makanan di atas meja.

"Jam 11, mungkin." Jungri selesai dengan aktivitasnya, kini ia sudah duduk berseberangan denganku, "Aku minta maaf padamu soal kemarin." Ia memasang ekspresi menyesal ditengah-tengah menyendokkan kuah sup ke dalam mangkuknya.

Aku mengerti, Jungri pasti masih merasa bersalah karena tidak menjemputku kemarin, "Gwaenchana." (Tidak apa-apa)

Aku memasukkan satu centong nasi ke dalam mangkukku lalu menyiramnya dengan kuah sup. Masih dengan asap mengepul, aku menyuap sesendok penuh nasi ke mulutku. Jungri memang pandai memasak, bagiku masakannya terbaik kedua setelah masakan eomma.

"Eonnie, sasireun ... kemarin aku sama sekali tidak menunggumu di kafe." Setelah menelan, aku memutuskan akan bercerita pada Jungri soal kejadian kemarin. Jungri hanya merespon ucapanku dengan ekspresi tak mengerti. Aku pun melanjutkan, "Dalam perjalanan menuju kafe, seseorang menjambret tasku dan—" (Sebenarnya)

"Mwo?! Kenapa kau tidak bilang padaku?!" Jungri setengah berteriak memotong ucapanku. Ia begitu terkejut dengan sendok yang teracung ke arahku. "Kau baik-baik saja, kan?"

Aku mengangguk, "Maaf, aku hanya tidak ingin kau khawatir."

Selanjutnya, dengan detail aku menceritakan mengenai perjuanganku mengejar pencuri itu, bertemu dengan segerombolan remaja, sampai dengan bagian dimana aku dibawa berlari dan memasuki lorong. Selama itu pula Jungri mendengarkanku dengan antusias dan juga wajah tegangnya.

"Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya, Eonnie?" tanyaku sengaja menjeda cerita sebelum memasuki tahap klimaks. Setelah ini adalah tahap yang begitu penting.

"Mwo? Mwo? Bagaimana bisa aku tahu? Jadi lelaki itu mengembalikan tasmu? Dia tidak menyakitimu, kan?" Jungri begitu penasaran. Ia mengoceh cepat ditengah kunyahan nasinya, sampai-sampai kulihat ada percikan air yang keluar dari mulutnya. Ia mungkin akan mengeluarkan makanan dari mulutnya setelah mendengar apa yang terjadi selanjutnya.

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang