59. Chance

1.5K 162 8
                                        

Siyeon's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siyeon's POV

Pagi ini aku berangkat ke kampus sendirian, berjalan kaki menuju halte karena Jungri tak bisa mengantarku dengan mobilnya seperti biasa. Semalam kakak sepupuku itu tidak pulang ke rumah. Ia bilang akan menginap di rumah temannya karena hari ini harus tiba di rumah sakit pagi-pagi sekali, yang mana tempat tinggal temannya tersebut memang dekat dengan lokasi rumah sakit.

Butuh waktu cukup lama untuk tiba di halte yang letaknya di tepi jalan raya. Aku menyusuri blok demi blok dengan langkah ringan. Suasana di kawasan ini benar-benar tenang, bahkan bisa dibilang terkesan sunyi senyap. Wajar saja mengingat sekarang jam menunjukkan pukul 9 pagi, para penghuni di kawasan blok ini pasti sudah menjalani aktivitasnya masing-masing mengingat jam sekolah dan jam kantor sudah dimulai beberapa jam lalu.

Aku refleks memperlambat langkah disusul kepalaku yang perlahan menoleh ke belakang ketika kurasa ada yang aneh. Seperti ada yang mengikutiku. Tak cukup hanya menoleh, kali ini aku benar-benar berhenti melangkah lalu memutar tubuhku hanya untuk memastikan bahwa tidak ada siapapun di belakang sana. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari keberadaan seseorang atau sesuatu yang mungkin berada di sekitarku tanpa kusadari.

Mungkin hanya perasaanku?

Memicingkan mata, aku memfokuskan pandanganku pada pohon beberapa meter di depan sana lalu beralih pada bak sampah yang terletak di belokan blok.

Tidak ada yang mencurigakan.

Aku lantas kembali melangkah, meyakinkan diriku bahwa sebentar lagi aku akan tiba di halte dan semuanya baik-baik saja. Berusaha cuek dan bersikap tenang, nyatanya kini aku justru melangkah dengan tempo yang lebih cepat. Masalahnya, aku benar-benar sendirian di kawasan ini dan karena itu aku jadi merasa was-was. Aku ingin menoleh untuk memastikan sekali lagi bahwa tak ada yang mengikutiku sama sekali, tapi aku merasa takut. Entahlah, firasatku mengatakan ada yang tidak beres.

Tiba di halte lebih cepat, aku menarik napas lega melihat lalu lalang kendaraan di jalan raya. Cukup banyak orang yang menanti bus. Di tempat ramai seperti ini setidaknya aku merasa terbebas dari keadaan mencekam seperti di film zombie beberapa saat lalu.

Ponselku berdering ketika aku baru saja mendudukkan diri di kursi halte. Merogoh tas dan mengambilnya, aku lantas mengecek—menemukan satu pesan masuk.

KangMina : Siyeon-ah, neo jibe isseo? (Kau di rumah?)

Sempat mengernyit, namun jemariku mulai mengetikkan balasan.

JeonSiyeon : Tidak, aku di halte. Wae? (Kenapa?)

KangMina : Ah, baiklah. Tunggu aku, kita berangkat bersama!><

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang