Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya dengan Kim Mingyu-idol papan atas yang tengah berada di puncak kesuksesan bersama grupnya, SEVENTEEN. Siyeon juga sama sekali tidak menduga bahw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mingyu's POV
Senyum tak henti menghiasi bibirku meski sudah berkali-kali aku mencoba menahannya.
Ini masih pukul 06.00 PM, masih sekitar satu jam lagi dari waktu yang kujanjikan namun aku sudah memacu mobilku menuju rumah Siyeon. Aku hanya tidak sabar ingin bertemu dengannya setelah sekian lama kami hanya saling berkomunikasi melalui chat atau video call. Jadwal sibukku bolak-balik ke luar negeri sudah usai dua hari lalu, aku merasa lega tidak harus meninggalkan Seoul dan pergi jauh dari Siyeon lagi.
Belakangan Seventeen jarang tampil di depan layar. Penggemar hanya tahu kami akan beristirahat untuk sementara waktu usai menyelesaikan world tour, padahal yang sebenarnya adalah kami tengah mempersiapkan comeback dengan mini album baru. Maka dari itulah aku ingin menemui Siyeon secepatnya selagi ada waktu, sebelum jadwal mendatang semakin padat.
Aku sudah merencanakan apa saja yang akan kami lakukan malam ini—makan malam bersama di restoran favoritku, berkeliling kota Seoul sambil bercengkerama hangat di dalam mobil, dan terakhir menikmati pemandangan langit malam di tepi sungai Han sambil berpegangan tangan. Sederhana, namun membayangkannya saja sudah membuat dadaku membuncah bahagia.
Setelah semua itu terlaksana, aku akan berbicara serius dengan Siyeon dan memberitahunya perihal Han Daepyo yang akan memutuskan kontrak di antara kami dalam waktu dekat. Besok atau lusa aku berencana mengajaknya ke gedung Pledis untuk menemui Han Daepyo, mengatakan yang sejujurnya kepada pimpinan agensi yang menaungiku itu bahwa kami sungguhan berpacaran.
Kupikir akan lebih mudah membicarakannya dan mendapatkan persetujuan beliau jika aku membawa Siyeon bersamaku. Katakanlah aku terlalu pecundang karena hingga kini tak berani mengungkapkan yang sebenarnya secara pribadi dan justru menarik Siyeon untuk menemaniku, aku memang terlalu takut dan belum siap. Aku butuh Siyeon di sisiku untuk menyemangatiku bahwa semua pasti baik-baik saja. Aku butuh dirinya yang meyakinkanku dengan senyum hangatnya bahwa semua akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang kuharapkan.
Semogasemuanyalancar.
Laju mobilku memelan dan berhenti tepat di depan gerbang apartemen yang sudah berminggu-minggu lamanya tak kukunjungi. Aku memperbaiki letak kacamata hitamku, menepuk-nepuk permukaan jaket jeans yang kukenakan meski aku tahu tidak ada debu atau kotoran yang menempel. Setelah melihat wajah tampanku dengan tatanan rambut yang menampilkan dahi melalui spion tengah, aku mencabut kunci dan keluar dari mobil.