23. Hope

1.9K 215 21
                                    

Mingyu's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingyu's POV

Aku baru tahu ternyata Siyeon itu pandai mengekspresikan diri. Saat sumpitan pertama pajeon masuk ke dalam mulutnya, wajahnya benar-benar bagus dalam mengekspresikan betapa lezatnya pancake daun bawang tersebut—seakan ia baru pertama kali menemukan makanan selezat ini di dunia. Tapi memang benar, pajeon di restoran ini merupakan pancake daun bawang paling enak—menurutku. Sepertinya Siyeon juga sependapat denganku.

"Kau tahu, ekspresimu bagus sekali," ucapku diiringi kekehan. Aku mengacungkan dua jempolku ke arahnya.

Siyeon tersenyum lebar, lalu kembali melanjutkan menyumpitkan potongan pajeon ke dalam mulutnya dengan lahap.

Aku memakan pajeonku dengan santai. Sesekali menahan senyum geli ketika melihat Siyeon bergumam 'woah' tanpa suara setiap kali ia mengunyah potongan pajeon dalam mulutnya. Memandanginya yang sedang makan dengan penuh semangat seperti ini, menjadi hiburan tersendiri bagiku.

Pandanganku lantas tertuju pada sudut kanan bibirnya tatkala mataku melihat ada noda kecap di sana. Sementara Siyeon, ia terus mengunyah tanpa sadar area bibirnya celemotan seperti itu. Aku meletakkan sumpitku di tepi piring, tanganku beralih menarik tisu dari kotaknya di tengah meja.

"Siyeon."

Niatnya aku ingin menyodorkan selembar tisu ini padanya agar ia membersihkan sendiri mulutnya yang celemotan itu, namun inisiatif lain mendadak muncul tepat ketika Siyeon mengangkat wajahnya menanggapiku yang memanggil namanya tadi. Ia melihat ke arahku dengan tatapan yang mirip seperti anak kecil.

Tanganku pun refleks bergerak ke depan—ke arah sudut bibirnya lalu mengusap noda kecap yang ada di sana. "Kau makan seperti anak kecil," ucapku. Dan selama aku membersihkan sudut bibirnya itu, Siyeon hanya diam tanpa protes, namun bisa kulihat keterkejutan di wajahnya.

"Sudah." Setelah membersihkan noda kecap itu, kuletakkan tisu yang baru saja digunakan di samping mangkuk kalguksu. Siyeon masih diam. Ia mengalihkan pandangan dan mengerjap-ngerjap beberapa saat, sampai suaranya yang terdengar gugup itu menyapa telingaku.

"K-kau harusnya bilang padaku, a-aku 'kan bisa melakukannya sendiri."

Aku mengulum bibir, berusaha menahan diri agar tidak tersenyum geli melihat gelagat salah tingkah gadis di hadapanku ini. Kuangkat bahuku sekilas, "Bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku?" tanyaku dengan alis terangkat.

Siyeon menghela napas lalu mengucapkan satu kata yang membuatku tersenyum puas.

"Gomawo."

"Good girl," candaku, masih sambil tersenyum ke arahnya.

Setelahnya, hanya hening dan kecanggungan yang terjadi sampai kami memutuskan pulang setelah makanan dan minuman yang kami pesan habis tak bersisa. Aku melangkah menuju meja kasir untuk membayar bill, dengan Siyeon yang mengekor di belakangku.

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang