Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya dengan Kim Mingyu-idol papan atas yang tengah berada di puncak kesuksesan bersama grupnya, SEVENTEEN. Siyeon juga sama sekali tidak menduga bahw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeonghan's POV
Aku menegakkan tubuh dari punggung sofa dan mengecek jam tangan yang menunjukkan hampir pukul setengah satu siang. Wah, sudah sekitar satu setengah jam kami berada di ruangan ini.
Sekedar informasi, kami yang kumaksud adalah aku, Woozi, S.Coups, Wonwoo, Dokyeom, dan Dino. Kami terkurung di sini—di studio rekaman—karena Manajer Hyung melarang kami berkeliaran sampai konferensi pers yang sedang diadakan di lantai atas selesai. Sedangkan member lainnya: Joshua, Jun, The8, Seungkwan, Vernon, dan Hoshi berada di practice room.
Sungguh, aku merasa bosan. Beberapa saat lalu kami membunuh waktu dengan latihan vokal, membicarakan hal random, dan juga bermain game. Tapi aku sudah tidak memiliki mood untuk melakukan tiga hal itu lagi, berakhir dengan aku yang hanya duduk malas di sofa memperhatikan aktivitas member lain. Sekarang aku ingin mencari udara segar.
"Hyung, eodiga?" (Mau ke mana?)
Woozi yang sejak tadi berputar-putar dengan kursi beroda yang didudukinya di depan komputer, menghentikan aktivitasnya dan bertanya ketika melihatku beranjak dari sofa. Member lain—Wonwoo, S.Coups, Dokyeom, dan Dino yang asyik bermain game di ponsel milik Wonwoo serempak menoleh ke arahku. Kulihat Wonwoo sempat mempausegamenya.
"Memang konferensi persnya sudah selesai?" tanya S.Coups.
Aku mengangkat bahu atas jawaban tidak tahu. "Mau ikut?" Mataku memandang satu persatu member yang ada di ruangan ini, mungkin saja diantara mereka ada yang ingin ikut denganku menyudahi kejenuhan yang ada.
"Aku di sini saja." Wonwoo menanggapi. Matanya kini tidak mengarah padaku melainkan pada layar ponsel di tangannya, begitu juga dengan jemarinya yang cekatan menekan-nekan layar. Alunan lagu Clap dengan volume nyaring memenuhi ruangan. Mereka masih tetap betah saja bermain SuperstarPledis, bertanding demi memperoleh skor tertinggi.
"Hyung, kau tak boleh melampaui skorku!" Dino menepuk-nepuk punggung Wonwoo, mungkin bermaksud memecah konsentrasi lelaki itu. Sedangkan Dokyeom sudah bernyanyi dengan highnotenya—mengubah lagu Clap yang tengah terputar itu menjadi versi seriosa—diiringi dengan tepukan tangan serta tawa heboh S.Coups.
Mataku beralih pada Woozi. Lelaki yang beberapa saat lalu kulihat asyik berputar dengan kursi kebesarannya itu kini tengah bersandar tenang dengan mata yang terpejam. Sepertinya dia tertidur.
Aku menghembuskan napas, melangkah menuju pintu dan keluar dari studio karena satu pun dari mereka tidak ada yang berniat ikut. Rasanya lega, bisa menghirup udara segar setelah berada di koridor.
Aku mulai berjalan di koridor yang sepi. Satu pun tak ada staff yang berpapasan denganku. Pasti mereka semua terpusat di lantai atas, memantau jalannya konferensi pers. Mataku menyipit tatkala melihat dua orang yang baru saja keluar dari lift di ujung sana. Mingyu bersama Manajer Hyung. Itu artinya konferensi pers sudah berakhir. Mingyu dan Manajer Hyung berbelok ke kanan, sepertinya mereka akan menuju ke ruangan Han Daepyo.