Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya dengan Kim Mingyu-idol papan atas yang tengah berada di puncak kesuksesan bersama grupnya, SEVENTEEN. Siyeon juga sama sekali tidak menduga bahw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kami mengobrol di sepanjang perjalanan tanpa kehabisan topik. Mina menggunakan kesempatan ini untuk mewawancaraiku, mengenai bagaimana bisa aku menjadi kekasih Mingyu—yang tentu saja kujawab dengan mengarang bebas dan dibumbui kebohongan, meskipun aku sangat merasa bersalah padanya. Mina juga bercerita banyak hal, mengenai alasan-alasan ia semakin jatuh cinta pada Wonwoo belakangan ini.
Dalam waktu kurang dari satu jam, aku dan Mina sudah kembali akrab seperti sedia kala—seperti tak pernah ada perselisihan di antara kami. Di dalam mobil kami menggila bersama, bernyanyi dan sesekali menggerakkan tubuh dengan heboh mengiringi lagu-lagu Seventeen yang sengaja Mina putar di playlist mobilnya. Seperti inilah jika dua fangirl satu fandom disatukan, kami sampai lupa waktu dan tak terasa mobil berwarna merah ini pun sudah berhenti tepat di depan gerbang apartemenku.
"Kau tidak berniat mampir?" tanyaku sambil melepas seatbelt yang melingkari tubuhku.
"Lain kali saja, sudah sore." Mina menjawab setelah tadi sempat melirik jam digital pada dashboard.
Aku mengangguk, "Kalau begitu aku pulang, terima kasih banyak atas tumpangannya!" ucapku ceria dibalas kata 'baiklah' dan acungan jemari Mina yang membentuk 'ok'. Namun niatku yang ingin membuka pintu mobil kuurungkan, kini aku menoleh sepenuhnya ke arah Mina. "Mina, kita ... masih berteman, kan?" tanyaku memastikan.
Mina menatapku datar, "Kenapa kau menanyakannya? Tentu saja!" jawabnya kemudian dengan yakin, ditambah ekspresi gemasnya padaku.
Aku terkekeh lalu memeluk erat tubuh Mina dari samping, "Gomawooo. Geurigo, saranghae...." (Terima kasih. Dan, aku mencintaimu)
"Ck. Kenapa kau jadi lebay begini?" protes Mina namun ia membiarkan saja aku yang masih memeluknya. Setelah dirasa cukup aku pun melepas pelukan lalu kembali duduk tegak, merapikan sejenak rambutku. "Aku pulang, sampai jumpa besok!" Setelah mengatakan itu, aku benar-benar melangkah turun dari mobil. Kulambaikan tanganku ke arah mobil Mina yang sudah melaju.
Aku berbalik, memasuki halaman apartemen dengan seulas senyum tipis di bibirku. Perasaanku benar-benar ringan karena sudah mendengar dari mulut Mina bahwa ia tidak membenciku, bahwa kami masih tetap berteman, terlepas dari fakta aku sudah mengkhianatinya karena menjalin hubungan dengan Mingyu yang merupakan bias kesayangannya—dulu. Sekarang tidak lagi, karena Mina sudah mendeklarasikan bahwa biasnya adalah Wonwoo. Ya, kupikir itu lebih baik.
Seandainya Mina tetap bertahan untuk mengidolakan Mingyu, kurasa aku akan terus-terusan berada dalam perasaan bersalah dan tak nyaman padanya. Dengan mengganti biasnya, setidaknya Mina tidak perlu merasa sakit hati karena aku yang berpacaran dengan Mingyu.
Dan juga, semoga keputusanku merahasiakan dari Mina mengenai hubungan kontrak antara aku dan Mingyu adalah keputusan yang tepat.
Aku berjalan menaiki satu per satu anak tangga. Langkahku terhenti ketika suara notifikasi terdengar dari ponsel yang kusimpan di dalam tas. Dengan segera, aku merogoh ponselku dan mengecek notifikasi di sana. Kalau-kalau itu hal penting.