Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya dengan Kim Mingyu-idol papan atas yang tengah berada di puncak kesuksesan bersama grupnya, SEVENTEEN. Siyeon juga sama sekali tidak menduga bahw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mingyu's POV
Rencanaku yang akan mengejutkan Siyeon dengan datang tiba-tiba lalu mengatakan aku rindu padanya tepat ketika ia membuka pintu —seperti yang kulakukan ketika kembali dari Jepang waktu itu—harus gagal total karena nyatanya gadis itu tidak ada di rumah. Dikarenakan sudah menempuh perjalanan jauh ke sini dan karena aku sungguh merindukannya, tak ada pilihan lain, aku harus menunggunya hingga pulang.
Setelah penantian cukup panjang yang menyebabkan kakiku agak pegal karena terus berdiri, akhirnya sosok yang kutunggu-tunggu datang. Meski lelah, pada akhirnya senyumku terulas begitu saja menandakan rasa lelah yang kurasakan tidak ada apa-apanya setelah bertemu dengannya.
Bukannya memeluk atau semacamnya untuk menyemangati seperti yang kuekspektasikan, Siyeon justru terdengar mengomel ketika aku mengeluh lelah karena menunggunya. Ia nampak agak kesal ketika kukatakan alasanku datang ke sini tanpa menghubunginya. Dia pasti teringat kejadian di mana aku mengerjainya, padahal demi Tuhan waktu itu aku tidak bermaksud—mulutku keceplosan dan aku tidak tahu harus bagaimana. Mungkin aku sungguhan rindu makanya keceplosan, namun logikaku mengelaknya karena waktu itu aku belum sadar akan perasaanku padanya.
Kali ini dengan sungguh-sungguh dan dengan kesadaran penuh, aku mengutarakan kerinduanku padanya dengan satu kata. Dan aku tak menyangka ia akan membalas pernyataan rinduku, tanpa keraguan sedikit pun.
Hanya kata 'aku juga', namun itu berhasil membuat diriku tenggelam dalam luapan rasa bahagia. Ia juga merindukanku, artinya kami impas.
Selanjutnya hening merajai. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari kedua mata Siyeon yang juga tengah menatapku. Pandangan kami seakan terkunci satu sama lain, sampai sebuah suara yang tiba-tiba terdengar dari arah tangga harus memutus chemistry di antara kami.
Betapa terkejutnya aku melihat sosok yang baru saja menjejakkan kakinya di lantai dua itu. Aku yakin tidak salah lihat, tapi bagaimana bisa ... dia ada di sini?
Ternyata benar, dunia ini sempit.
Aku meneguk ludah, sadar ia juga terkejut saat melihatku. Rasanya lidahku kelu, namun mulutku justru terbuka dan refleks mengucapkan satu kata.