43. Obsession

1.4K 170 37
                                    

Entah kenapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah kenapa ... aku seakan melihat samar-samar ada luka yang terpancar dari kedua bola matanya.

Tapi tidak mungkin, kan? Kenapa juga Jeonghan harus terluka? Tidak ada alasan yang membuatnya harus begitu, bukan? Sepertinya itu hanya perasaanku saja.

Benar. Itu hanya perasaanku saja, karena tak lama kemudian Jeonghan kembali seperti biasa—kembali dengan sikap normalnya dan sorot mata ramah yang seringkali ia tunjukkan.

Setelah situasi aneh yang sempat menyebabkan kecanggungan beberapa saat lalu, akhirnya kami tiba di ruangan tujuan kami—seperti yang kuduga, practice room. Berdasarkan informasi dari Mingyu, tiga orang kurir tadi datang ke gedung ini untuk mengantarkan sound system baru. Benar saja, bisa kulihat tiga tumpukan kardus ada di sudut ruangan ketika aku memasuki practice room.

"Annyeonghaseyo," sapaku sambil sedikit menundukkan kepala, masuk lebih dalam ke tengah ruangan. Para member yang sepertinya memiliki free time—berkumpul mengerumuni laptop di tengah-tengah mereka—seketika mengalihkan perhatian padaku. Detik itu juga aku merasa napasku tercekat. Meskipun ini juga bukan kali pertamaku melihat mereka secara langsung seperti ini, tetap saja membuatku merasa syok dan gugup.

"Noona!" Dino dan Seungkwan kompak menyapaku sambil melambaikan tangan. Mereka benar-benar ceria. Seandainya aku bukan anak tunggal dan punya adik laki-laki seperti mereka.

"Hey, Mingyu yeojachingu!" Manusia mirip hamster bernama Kwon Soonyoung alias Hoshi itu tersenyum ceria dengan mata sipitnya yang semakin menyipit. Sementara itu, member lainnya tersenyum hangat kepadaku.

"Siyeon, kau tahu, tadi Mingyu pergi sangat buru-buru ketika tahu kau terjebak hujan di luar," ucap Dokyeom ketika aku sudah duduk di antara mereka.

Aku lantas menoleh ke arah Mingyu—meminta kepastian, namun lelaki yang duduk di sebelah ku ini hanya memasang ekspresi datarnya. "Benarkah?" tanyaku kembali menoleh ke arah Dokyeom yang posisinya membentuk diagonal denganku. Dokyeom mengangguk, begitu juga member lainnya—seakan meyakinkanku.

"Dia sangat mengkhawatirkanmu," timpal Woozi dengan wajah serius.

Aku tidak tahu harus merespon bagaimana, tapi aku jadi penasaran. Benarkah begitu? Apakah Mingyu mengkhawatirkanku sebegitunya? Kenapa?

Seakan mengalihkan topik pembicaraan, Mingyu berucap pelan di samping telingaku, "Keluarkan majalahmu, kau bilang ingin minta tanda tangan kami."

Ucapannya menyadarkanku akan eksistensi majalah di dalam tasku—yang hampir saja kulupakan. Aku pun buru-buru membuka tas dan mengeluarkan benda yang kucari dari sana.

WHY YOU? || KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang