Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya dengan Kim Mingyu-idol papan atas yang tengah berada di puncak kesuksesan bersama grupnya, SEVENTEEN. Siyeon juga sama sekali tidak menduga bahw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bogosipda...." (Aku merindukanmu)
Aku membelalak. Detik berikutnya tersedak ludahku sendiri, membuatku terbatuk-batuk selama beberapa saat. Kepalaku terus menunduk selama aku mencoba meredakan batukku, sekaligus upayaku yang sengaja mengalihkan pandangan untuk tidak bertatapan lagi dengan Mingyu.
Anyone please tell me. Aku tadi tidak salah dengar, kan? Mingyu bilang dia ... merindukanku???
Aku mengusap-usap leherku, tenggorokanku terasa sakit. Setelah menghirup napas dan menghembuskannya perlahan-menormalkan jantungku yang entah sejak kapan berdetak tidak karuan, aku lantas mengangkat wajahku.
Umpatan nyaris keluar dari mulutku ketika melihat ekspresi Mingyu. Dia mengulum bibir, namun dapat kulihat dia tengah mencoba agar tidak tertawa.
Sial.
Apa dia sengaja mengerjaiku?? Sengaja mengatakan 'bogosipda' agar melihat reaksi bodohku tadi???!!!
"Ya! Kau mengerjaiku?!" tanyaku dengan nada tinggi, kesal setengah mati. Dia tahu kelemahan fangirl adalah ketika mendengar kata-kata manis dari mulut idolanya, dan dia tahu aku adalah Carat—fangirl dari grup bernamakan Seventeen yang mana dia adalah salah satu membernya. Dia pasti sengaja melakukannya. Cih.
Mingyu masih mencoba menahan tawa, namun beberapa detik kemudian kudengar tawa geli penuh kemenangan itu keluar dari mulutnya. Ia bahkan memegangi perutnya, benar-benar puas menertawakanku yang seperti orang bodoh beberapa saat lalu. Aku mendengus kesal, lantas memundurkan diri dan menutup pintu begitu saja. Aku mengumpat berkali-kali di dalam hati, melampiaskan kekesalanku.
Aku mencibir, bersandar pada pintu dengan tangan terlipat di depan dada. Pura-pura tak mendengar Mingyu di luar sana yang tengah memohon-mohon sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar apartemenku.
Karena dia idol jadi dia bisa seenaknya datang malam-malam begini dan membuat keributan, begitu?
Ah, baru kali ini aku merasa Kim Mingyu itu menyebalkan!
"Siyeon, aku ke sini mau memberikanmu oleh-oleh dari Jepang. Kau masih tidak mau membukakan pintu? Baiklah, kalau begitu aku pulang saja. Maaf sudah mengganggumu."
Aku mengerjap-ngerjap, mendengar sayup-sayup suara Mingyu. Oleh-oleh dari Jepang? Ekspresiku seketika berubah ceria dengan mata berbinar dan aku refleks membuka pintu dengan cepat.
Mingyu baru saja memutar tubuh ke kiri dan hendak melangkah pergi ketika suara pintu terbuka menghentikan pergerakannya. Aku menjulurkan tanganku ke arahnya, "Mana?" Tanpa basa-basi dan tanpa tahu malu aku menagih oleh-oleh dari Jepang yang ia katakan tadi.
Mingyu menghembuskan napas seakan frustasi. Ia lantas merunduk, mengambil sesuatu yang entah sejak kapan bersandar di dinding tepat di samping pintu apartemenku. Mingyu menyodorkan paperbag besar berwarna coklat muda itu ke arahku. Aku baru saja hendak mengambilnya ketika ia dengan cepat menyembunyikannya dibalik punggung.