Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya dengan Kim Mingyu-idol papan atas yang tengah berada di puncak kesuksesan bersama grupnya, SEVENTEEN. Siyeon juga sama sekali tidak menduga bahw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siyeon's POV
Konser Seventeen di Seoul yang dilaksanakan dua hari berturut-turut berakhir hari ini.
Meski lampu sorot dari segala arah sudah padam dan hanya menyisakan kerlap-kerlip cahaya dari lightstick, sorakan dan teriakan heboh masih terdengar di sekelilingku—yang mana aku juga termasuk bagian dari mereka. Butuh waktu sekitar satu menit hingga suara-suara kami perlahan mereda. Pencahayaan di seluruh sudut venue pun kembali dinyalakan. Kali ini pencahayaan yang normal, bukan yang berkedip-kedip layaknya lampu disko seperti beberapa saat lalu. Tak lama kemudian pihak keamanan bermunculan dari beberapa sisi, mulai memberi arahan kepada para fans di bagian tribun untuk keluar dari venue secara tertib dan bergantian.
Aku menarik napas panjang. Mataku mengedar memandang stage kosong di hadapanku. Meski setelah ini masih ada sesi hi-touch yang artinya aku masih bisa bertemu dengan member Seventeen lagi sebelum benar-benar meninggalkan tempat ini, tetap saja rasanya ada bagian dari diriku yang tak terima hari ini akan berakhir sebentar lagi.
Kudengar ada sekitar 200-an fans yang mengikuti sesi hi-touch. Aku nomor urut ke-57, sepertinya tidak lama bagiku untuk mendapat giliran naik ke atas stage.
Setelah seluruh fans berbaris rapi sesuai dengan nomor urut masing-masing dan staff penyelenggara menginformasikan bahwa sesi hi-touch akan segera dimulai, saat itulah sorakan riuh kembali terdengar karena para member tertangkap pandangan kami mulai memasuki stage dan berdiri berderet secara acak—tidak sesuai urutan tanggal lahir atau semacamnya. Ternyata mereka berganti kostum dengan pakaian yang lebih casual.
Woah. Mereka terlihat lebih segar, apalagi dengan senyuman ramah yang tak henti mereka tunjukkan.
Sembari menanti giliran, aku memegang bagian dadaku yang berdegup cepat. Ini bukan kali pertama aku berhadapan secara langsung dengan mereka, tapi tetap saja kegugupan melandaku.
Entah berapa lama berada di dalam antrian, akhirnya tiba giliranku. Satu persatu member kuhampiri. Perasaanku membuncah karena mereka menyapa namaku dengan riang. Sebenarnya sejak kemarin aku sudah mempersiapkan satu kalimat yang berbeda untuk kusampaikan kepada setiap member, namun sayang saat berhadapan dengan mereka otakku tiba-tiba kosong. Aku melupakan semuanya. Alhasil, saat tangan kami bersentuhan melakukan high five, aku hanya bisa menampilkan senyum dan mengatakan hal yang sama kepada mereka bahwa konser yang dilaksanakan dua hari ini begitu menyenangkan, bahwa mereka sudah bekerja keras dan aku sangat berterima kasih untuk itu.