Dia

5.9K 293 0
                                    

"Ayok pak" kataku saat sudah berada dimobil Aideen.
"Lama banget sih" ujar Aideen kesal.
"Iya, maaf soalnya tadi nggak sengaja ketemu teman" jelasku.
"Yaudah pak, kok belum jalan?" tanyakulagi menoleh padanya.
Ia pun melirikku dengan tatapan kesal " Itu seatbeltnya dipasang dulu" katanya sambil menunjuk seatbelt disampingku.
"Oh iya" kataku nyengir sambil meraih seatbelt, entah kenapa seatbelt itu seperti tersangkut saat aku menariknya.
Tiba tiba saja tubuh Aideen mendekat padaku lagi saat itu sontak membuatku menahan nafas untuk kesekian kalinya. Aku tidak tahu kenapa ia mendekatkan tubuhnya padaku sampai akhirnya ia berbicara " Pasang seatbelt aja gabisa, gimana si kamu" jelasnya lagi sambil menyalakan mobil setelah ia jauhkan tubuhnya dariku membuatku bernafas kembali.
"Nyangkut soalnya pak" jelasku lagi.
Dia tidak menjawab lagi, hanya fokus menyetir. Keheningan terjadi lagi disini dimobil berduaan tanpa suara apapun kecuali suara klakson mobil/motor dari luar.
Sesekali aku meliriknya yang tampak fokus menyetir.
Aku ingin mengajaknya bicara tapi bagaimana dia saja tampak ogah berduaan denganku dimobil. Lagipula kalo tidak terpaksa aku juga tidak mau pulang bareng dia. Lebih baik pulang bareng Arya gumamku dalam hati.
Arya? Aku ingin bertemu dengannya lagi.
Keheningan terpecah saat tiba tiba notif whatsapp masuk ke hapeku.
Aideen pun langsung menoleh padaku, tapi tak kuhiraukan aku langsung membuka whatsapp yang masuk tadi. Kulihat ada nomer baru.
"Aileen?" begitu isi whatsappnya.
Siapa yaa pikirku. Saat kulihat kontaknya dan kubuka fotonya ternyata dia Arya. Aku langsung tersenyum dan segera kubalas.
"Arya ya?" tanyaku dipesan itu.
Tak butuh waktu lama ia membalas lagi. " Iya kamu udah sampe rumah?" katanya lagi. "Belum, masih dijalan" kataku lagi membalas pesannya.
"Udah makan?" tanyanya lagi dalam pesan itu. Kamipun berbalas pesan secara cepat.
"Hape kamu bisa disilent nggak? berisik!" kata Aideen mengagetkanku.
"Eh, maaf pak" jawabku langsung berhenti berbalas pesan pada Arya.
Hmm malah posisi pesan Arya sudah dalam keadaan "read". yasudah nanti saja aku balas pikirku.
"Rumah kamu masih jauh?" tanya Aideen lagi. "Masih sekitar 20menit lah pak" jawabku sambil memperhatikan jalan.
"Tiap hari kamu pulang pergi naik angkot?" tanyanya lagi.
Kenapa dia jadi banyak tanya pikirku.
"Iya pak" jawabku singkat.
"Bapak tinggal dimana?" tanyaku memberanikan diri agar tidak hening lagi.
"Saya tinggal diapartemen dekat mall" jawabnya lagi.
"Oh gitu, tinggal sendiri?" tanyaku lagi. "Iya sendiri" jawabnya cepat.
"Kita makan dulu ya" katanya lagi sambil menyalakan reting mobil kesamping kiri jalan menuju warung nasi goreng.
"Oh iya pak" jawabku cepat.
Kamipun keluar dari mobil.
"Kamu mau apa?" tanyanya lagi.
"Saya nasi goreng udang aja, minumnya air mineral" kataku cepat kepada penjualnya.
"Yaudah samain aja" katanya lagi.
Kami makan tanpa ada suara, hening sekali lagi. Sampai akhirnya kami mehabiskan makanan kami.
Aideen membayar, dan kami kembali kemobil untuk meneruskan perjalanan.
"Kamu tinggal sama keluarga apa ngekost?" tanya Aideen lagi padaku.
"Sama orang tua pak" jawabku lagi.
"Bapak, orang tuanya dimana?" tanyaku lagi.
"Di Jakarta, saya disini cuman kerja aja aslinya tinggal di Jakarta" jawabnya lagi.
Ditengah percakapan kami tak lama ada bunyi suara telpon serta nama yang muncul dilayar mobil.
"Maureen" tapi tak diangkat oleh Aideen. ia menyentuh tulisana decline pada layar.
Aku hanya diam. Apa Maureen itu yang dimaksud Nisa waktu itu. Mantan pacar Aideen.
Selang beberapa menit nama itu muncul lagi tapi kali ini tidak diabaikan. Aideen mengangkatnya.
"Aku lagi dijalan, nanti aku telpon lagi" jelasnya langsung mematikan telpon itu.
Aku diam saja, memangnya apa yang harus kulakukan.
"Umur kamu berapa Aileen?" tanya Aideen mengagetkan aku yang sedang melihat kearah jendela.
"22th pak" jawabku lagi.
"Masih muda" katanya lagi.
"Kalo bapak? udah tua ya?" tanyaku dengan nada bercanda tapi aku tidak yakin dia tertawa atau malah marah lagi.

"Kalo bapak? udah tua ya?" tanyaku dengan nada bercanda tapi aku tidak yakin dia tertawa atau malah marah lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia tersenyum, tapi seperti ingin tertawa namun ia tahan mendengar pertanyaanku.
Manisnya gumamku.
Astaga.
"Saya belum tua" katanya menjawabku sambil senyum.
Aku berpikir orang ini sangat aneh, kadang ia sedingin es tapi bisa punya senyum semanis itu.
"Kalo didrama korea bapak itu sepertinya sudah Ahjussi" kataku lagi sambil tertawa.
"Apa itu?" tanyanya cepat.
"Om-om dalam bahasa korea" kataku langsung ceplos.
Ia pun hanya tertawa mendengarkanku, mungkin moodnya sedang baik pikirku sambil ikut tersenyum padanya.
"Umur saya sudah 29th ya cukup tua kalo dibandingkan dengan kamu" jelasnya lagi.
"Tapi bapak masih terlihat seperti 28th" kataku lagi tertawa.
Ia segera menoleh padaku sambil menahan tawa " beda setahun apa bedanya, hahahaha" katanya lagi.
Dia tertawa lagi dan lagi dengan leluconku yang agak garing.
Aku memang sebenarnya mudah untuk bergaul dengan orang. Tapi dia bukan orang, dia boss!
Apa aku dan Aideen bisa terus tertawa seperti ini, apa bisa rumahku lebih jauh lagi? karna sebentar lagi kami sampai.
Aku menyukai caranya tertawa.

My Annoying Boss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang