Semua sisi

3.8K 183 9
                                    

"Nikah yuk!"
.
.
.
.
Aku terdiam mendengar ucapan Aideen, tanganku masih tetap memegang pakaian dan oleh-oleh yang sedari tadi aku susun dikoper.
"Ayo nikah! N.I.K.A.H!!" ucap Aideen sekali lagi.

Aku langsung menatapnya dan dibalas dengan tatapannya yang tajam, wajahnya serius sekali seperti saat dia meeting bersama karyawan dikantor.
"Apaan sih" kataku sok cuek.
"Kok apaan! Aku serius" katanya lagi.
"Aileen.." panggilnya pasti.
"Apa?" kataku cuek tetap sibuk menyimpun koperku.

Tak lama Aideen beranjak dari tempat duduknya dan mendekat padaku ia menjauhkan koper yang sedang aku susun dari tadi.
"Aku serius!" ujarnya menatapku.

Ia menatapku dalam sekali..
Seperti mengisyaratkan ucapannya itu serius.

Aku tak juga bersuara, aku kaget dengan pernyataan Aideen.
Anehnya aku tak begitu senang dengan ucapannya kali ini.
"Kok diam?" tanyanya lagi.
.
.
"Saya nggak bisa nikah sekarang" kataku langsung menjauhkan diri dari Aideen.

Karna sampai detik ini setiap kali aku berdekatan dengannya jantungku berdetak tak karuan.

"Kapan kamu siap nikah?" tanyanya.
"Kapan? Kita baru kenal Pak Aideen!!" ucapku tegas.
"Terus? Kamu mau pacaran dulu? Saya nggak mau!" ujarnya.
"Dih siapa yang mau pacaran!" ceplosku.

Sekarang posisi Aideen berdiri didepanku yang duduk diatas meja rias.

"Terus?" tanyanya bingung.
"Pak jadi gini... Oke selama diJakarta ini bapak tahu perasaan saya karna makin kesini kita makin dekat. Tapi soal nikah, itu masih terlalu jauh dari pikiran saya. Oke saya emang suka sama bapak! Dan bapak suka juga kan sama saya?" kataku lebih tegas menatapnya.

Aideen tak menjawab dengan mulutnya melainkan hanya menaikan alisnya.
"Ngajak nikah, bilang suka aja nggak mau" ucapku sinis.
"Iyaiyaa.. Udah sih kamu udah tau juga" kata Aideen sewot.
"Tapi saya nggak bisa nikah sekarang!" ujarku.
"Alasannya? Arya?" tanya Aideen.
"Bukan.. Bukan itu" kataku cepat.
"Terus?" tanya Aideen penasaran.
"Saya masih muda, saya mau punya karir yang bagus, saya mau lanjut kuliah, saya juga baru mulai posisi baru, saya belum mikir untuk nikah" kataku tegas.

Aideen terdiam.
Ia mengangguk-anggukan kepalanya seperti sedang berpikir.
Entah apa yang ia pikirkan sekarang.
"2 tahun cukup nggak untuk karir kamu? Sekalian masuk kuliah? terus pas kita nikah kamu tetap lanjutin kuliah sampe lulus bahkan nerusin karir aku nggak bakal larang" ujar Aideen tiba tiba.

Aku kaget mendengar ucapannya yang tiba tiba, bagaimana bisa dia berpikir sejauh itu.

"Maksud bapak kita pacaran 2 tahun?" kataku bingung.
"Saya nggak ada bilang mau pacaran" jawabnya cuek.
"Terus?" kataku bingung.
"Selama 2 tahun kamu fokus sama karir yang kamu punya, terus jangan lupa tahun depan daftar kuliah" ujarnya lagi.

Aku menatapnya bingung.

"Aku nggak bakal ganggu kamu selama 2 tahun, aku ya bakal tetap jadi bos kamu. Kita profesional!" tambahnya.

"Bukan, maksudnya kita gimana?" tanyaku.
"Kita? Ya kita bakal bersikap biasa aja" ujar Aideen pasti.
"Apasih aku nggak ngerti" kataku bingung.

"Jadi gini.. Selama 2 tahun kamu kejar aja karirmu, daftar kuliah, intinya selama 2 tahun kamu bebas! Setelah itu kita nikah.." tambahnya.
"Ntar deh aku nggak ngerti, kita 2 tahun hubungannya apa?" kataku
"Ya nggak ada hubungan apa apa! Kan kamu nggak mau pacaran" ujar Aideen.
"Terus kamu balikan sama Maureen gitu selama aku fokus karir 2 tahun?" ujarku asal.
"Hahaaa nggak lah, yaudah gini. Aku lamar kamu didepan keluarga kamu dan keluarga aku buat ngikat aja, tapi selama dikantor kita profesional nggak pacar pacaran!" ujarnya tegas.

My Annoying Boss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang