I know your feeling

3.4K 215 15
                                    

Setelah puas makan bakso bakar dan berjalan keliling mall aku langsung memutuskan untuk pulang.

Sebelumnya aku dan Nadine sholat magrib dulu dimall agar tak ketinggalan karna perjalananku dari mall kerumah sekitar 1 jam menggunakan angkutan umum.

Aku kesal sekali pada Aideen.
Aku memang bukan siapa-siapa bagianya tapikan..
Akhh sudahlah.

Saat melihat ponsel ada beberapa pesan dari Aideen disana tapi tak kubaca dan langsung kuhapus, ia juga meninggalkan beberapa kali panggilan. Jujur aku sedikit kecewa padanya, karna dia sendiri yang mengatakan akan memberi ketegasan pada Maureen tapi nyatanya apa?

Aku memang belum memberikan jawaban perihal lamarannya tapi apa harus secepat itu.
.
.
.

Saat angkutan yang aku naiki tiba didepan rumahku aku melihat pria menyebalkan itu sudah berdiri didepan mobilnya.
Mau apa dia?
Mau urut sama Tante Ina?

Aku jelas sekali memasang wajah masam ketika melihat dirinya.
Posisi kami sekarang berseberangan karna aku berada disisi kanan jalan dan Aideen disisi kiri jalan tepatnya didepan rumahku.

Jalanan normal saat itu, aku bisa saja menyeberang dengan cepat tapi aku hanya berdiri melihatnya dengan wajah yang sangat kesal. Aideen juga tak bergeming ia juga menatapku dari  seberang.
"Dasar, menyebalkan!!" gumamku dalam hati.

Lihat saja aku akan terus berdiri disini, sampai dia pulang. Aku tak mau berbicara apapun padanya!!

Tapi sesuatu terjadi..
Aideen dengan gagahnya menyeberang jalan lalu menggenggam tanganku erat dan mencoba memberi isyarat pada para pengemudi untuk berhenti sebentar karna kami sedang menyeberang.

Sial.
Aku terpesona olehnya.
Aku lagi lagi menatapnya saat kami menyeberang rasanya perasaan kesal tadi entah hilang kemana.

"Apaan sih!!" kataku melepaskan tangan Aideen.
"Kamu kenapa nggak nyeberang?" tanyanya sok polos.
"Males" jawabku cuek.
"Huffff, aku tadi.." ujar Aideen.
"Aku nggak mau dengar" ujarku memotong ucapannya.
"Dengerin!!!" kata Aideen.
"Enggak!!!" kataku memalingkan wajah.
"Yaudah kalau nggak mau!" ujar Aideen.
"Yaudah!" kataku dengan jutek.
.
.
.
"Dengerin aku!!!" ujar Aideen memegang kedua tanganku.

Aku masih saja memalingkan wajahku darinya dan masih berusaha melepaskan tangannya.

Tak lama Aideen melepas tanganku saat kudengar ponselnya berdering.
"Maureen" panggilan masuk Aideen.

"Cihh" kataku langsung ingin pergi.
Tapi Aideen menahanku, dan langsung mengangkat panggilan itu.
"Beb, kamu dimana?" ujar Maureen

Aku masih terus berusaha melepaskan genggaman erat Aideen dengan wajah yang benar-benar kesal.
Aku ingin menangis rasanya mendengar Maureen manggil beb😢

"Maureen?" ujar Aideen.
"Yaa?" jawab Maureen.
"Mulai sekarang kamu lupain buat ngajak aku balikan, dekatin aku, atau apalah, dan lebih baik kamu kembali ke Singapore. Tempatmu bukan disini" ujar Aideen menatap mataku.

Aku langsung menatapnya, aku kaget Aideen bisa mengatakan hal menyakitkan seperti itu pada Maureen.

"What? Are you ok?" ujar Maureen.
"Yess!!! I'm ok!!" jawab Aideen seadanya.

Mata Aideen masih menatapku dengan tajam.
"Tapi kenapa? Aku salah apa? Aku udah ninggalin karir aku beb!! demi kamu" ujar Maureen sedikit emosi.
"Kamu terlambat!" ujar Aideen.
"Wh..at??? Tunggu... Kamu cuma cinta sama aku ya!! Sampai tadi sore kita masih sama sama tapi.." ujar Maureen terbata.

Aku yakin saat ini Maureen sedang menahan tangis. Aku bisa merasakannya!
"I'm sorry!! Lebih baik kamu balik ke Singapore" ujar Aideen.
"Enggak!!! Aku nggak bisa" ujar Maureen terisak ditelpon.
"I still love you!!" ucap Maureen.
"But i'm not!" ujar Aideen terus melihatku.

Karna tak tahan mendengarnya aku langsung meraih ponsel Aideen dan mematikan panggilan Maureen.

"Kok dimatiin?" tanya Aideen.
"Kamu punya hati nggak?" tanyaku menatapnya.
"Buat dia? Nggak ada!" ujar Aideen dingin.
"Kamu gila ya" kataku menatapnya tak percaya.
"Kamu marah? Tadi liat aku sama Maureen kamu marah juga?!" ujar Aideen bingung.
"Aku cuma mau kamu tau aja, dan nggak mikir aneh-aneh" tambahnya.
"Tapi nggak gini caranya!!" kataku langsung bergegas masuk kerumah.

Kulihat Aideen hanya berdiri mematung melihatku.

Aku memang cemburu pada Maureen, tapi perkataan Aideen itu sangat keterlaluan untuk seorang wanita yang masih mencintai kekasihnya
.
.
.

Pesan dari Aideen..
"Maafin aku!"
"Maafin aku!"
"Maafin aku!"

Mungkin ada 150 dan terus bertambah pesan darinya berisi tulisan yang sama.

Entah kenapa aku merasa menjadi wanita yang jahat.. Tapi aku tak merebut siapapun!!

.
.
.

Baiklah selamat malam!!!
Lupakan kejadian hari ini..

"Aileen bangun!!!" ujar mama.
"Hmmm" kataku setengah bangun.
"Udah jam 8 ini, kamu nggak kerja?" tanya mama.
"Masih libur maaa" kataku masih memejamkan mata.
"Bangun, itu ada kiriman bunga!" ujar mama.

Bunga?
Dari siapa?
Pasti Arya!!

"Bunga apaan ma?" kataku masih memejamkan mata.
"Gatau tuh, tadi pagi boss kamu kesini katanya titipan perusahaan" ucap mama.
"Bos? Aideen?" gumamku dalam hati.

Aku langsung loncat dari tempat tidur mendengar ucapan mama.
"Maa mana bunganya?" kataku
"Dih langsung keluar, itu mama taro dimeja tamu" ujar mama.

Kulihat ada beberapa tangkai bunga mawar merah beserta surat didalamnya.
"Maaf!! Aku bakal selesaikan baik baik sama Maureen! And you know what i love you!" tulis Aideen dikertas itu.

Aku membacanya berulang-ulang kali...
Wait.
Mama baca nggak?!
Mampus..

"Maah?" kataku menghampiri mama.
"Apa?" jawabnya.
"Mama baca kertas dibunga ini?" tanyaku hati hati.
"Baca!" jawabnya santai.
"Hah??" ujarku kaget.

Ahhhh malunya.
Bagaimana ini.
"Hmm.. Ini..." kataku berusaha menjelaskan.
"Denger ya! Mama nggak larang kamu pacaran. Tapi ingat kamu harus tau batasannya. Dan kalau bisa nggak usah pacaran!!!" ujarnya.
"Ini ngijinin apa engga sih-_-" kataku bingung.
"Aileen.. Mama mau kamu bisa jaga diri untuk suamimu kelak, untuk laki-laki yang benar benar berhak mendapat cinta yang tulus dari kamu" ucap mama mencium keningku.
"Hmm iyaaa" kataku memeluk mama.

Setelah mandi, dan sholat zhuhur aku langsung latihan didepan cerimin untuk presentasiku besok.

Ya Tuhan..
Semoga besok lancar.

"Aileen buka pintu duluu ada orang kayaknya" teriak mama.
"Iya maaa" kataku langsung keluar.
.
.
"Bapak?!" kataku melihat Aideen berdiri didepan pintu.
"Nih..! Semangat!" ucap Aideen memberiku bunga 'lagi' , sekotak pizza, dan 1 cup ice Chatuchak.

"Hah?" kataku bingung.
"Aku balik!!" ucapnya langsung pamit.
"Kok balik?" tanyaku bingung.
"Iyaaa. Aku cuman mau nganterin itu.. Marah kan butuh tenaga!! Puasin deh marah hari ini.. Besok giliran aku dikantor😡!!!" ujar Aideen mengedipkan satu matanya.

Sial.
Bagaimana bisa manusia ini selalu membuatku terpesona setiap bertemu.







.
.

Nih buat para pembaca yang greget sama Aideen hehe.
Dia bisa manis juga kok, tapi caranya beda sama Arya.

Aideen punya caranya sendiri untuk membuat Aileen bahagia..

My Annoying Boss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang