"Mas, gimana bapak?" tanyaku pada Mas Agus yang baru saja kembali dari ruangan Aideen.
"Tadi sih aku liat punggungnya memar gitu, paling bengkak kalo nggak langsung diurut sama tukang urut" jelas mas Agus.
"Mas, aku boleh liat pak Aideen nggak? tanyaku pelan.
"Iya liat ajaa, kalo kamu berani si" jawab mas Agus sambil tertawa.
Akupun hanya diam mendengarkan.
"Udah sana, kalo mau liat. Mumpung yang lain pada sibuk"
"Nggak papa mas? kan ini belum selesai? tanyaku lagi
"Udah sana! tinggal aja" katanya menyuruhku pergi.
Akupun bergegas menuju ruangan Aideen. Kulihat dari kaca ia sedang mengancing kemejanya.
Tanpa basa basi langsung ku ketuk pintu ruangannya.
"Pak, ini saya Aileen. Boleh masuk?" kataku berhati hati.
"Mau ngapain?" tanyanya cepat.
"Bapak nggak papa?" tanyaku lagi.
"Kamu disitu sama siapa?" tanya Aideen.
"Sendiri pak, kenapa?" jawabku lagi.
"Yaudah masuk, saya mau minta tolong" perintahnya.
Akupun membuka pintu ruangannya perlahan. "Tolong apa pak?" tanyaku sambil melihatnya.
"Itu tolong bantu saya pasang blezer ini!" pintanya lagi sambil memberikankan blezer hitam miliknya.
Lalu aku segera mengambilnya sambil bertanya "Bapak, nggak bisa pasang sendiri?" tanyaku meliriknya.
"Huffff, kalo bisa saya nggak suruh kamu masuk keruangan saya!" jawabnya cepat.
"Iyaiya" jawabku seraya membantunya mengenakan blezer.
Sepertinya punggung dan tangannya sakit karna tangga besi yang jatuh tadi.
"Pak, maafin saya ya!" kataku cepat sambil memegang blezer yang sudah hampir terpakai ditubuhnya.
"Iya!" jawabnya singkat.
"Bapak harus diurut belakangnya, kalo nggak besok bisa bengkak" kataku lagi.
"Nggak usah, gak perlu!" jawabnya singkat.
"Pak Aideen, sekarang aja bapak nggak bisa make blezer sendiri, pasti besok nggak bakal bisa buka blezer dari badan bapak!" jelasku cepat
Perkataanku membuatnya menatapku dalam, posisi kami sekarang sangat dekat kedua tanganku berada tepat dibahu depan dekat dada bidang miliknya karna aku baru saja membantunya mengenakan blezer itu.
Mata kami bertatapan, tapi aku langsung menghindar secepat mungkin."Maaf pak" kataku cepat sambil menyingkirkan tanganku dari blezernya.
"Pokoknya bapak harus diurut, tante saya kebetulan bisa urut. Gimana kalo bapak ikut saya nanti pas pulang!" kataku lagi.
"Nggak usah, makasih" katanya lagi.
"Pak Aideen udah maafin saya apa belum si?" tanyaku lagi.
"Udahdeh, kamu balik kerja sana!" perintahnya lagi.
"Hmm, bapak mau diurut kan?" tanyaku lagi sebelum meninggalkan ruangannya.
"Bawel ya" katanya lagi menahan marah.
"Mau ya pak? kalo kita semua kelar sampe jam 8malam bapak harus mau ikut saya untuk diurut. Bapak kan tinggal sendiri kalo tangannya sakit siapa yang mau nolong?" jelasku lagi.
Aku sadar aku sudah melewati batasanku sebagai spg biasa.
Tapi apa boleh buat, aku merasa tidak enak padanya.
"Yaudah iya" jawabnya lagi sambil menatapku.
"Oke, saya naik angkot, bapak ikutin angkot saya ya?" jawabku lagi. "Tunggu saya diparkiran aja, saya antar kamu pulang sekalian, rumah tante kamu dimana?" tanyanya lagi.
"Deket dari rumah saya pak" jawabku cepat.
"Yaudah sana, kamu balik kerja!" perintanya lagi.
Akupun kembali menuju gudang, kulihat yang lain juga sudah hampir menyelesaikan pekerjaan mereka.
Kulihat mas Agus juga sudah menyelesaikannya dibantu oleh Nisaa dan Mas Tio.
Kami pun segera membereskan semua area, supaya besok bisa buka store seperti biasa.
Area store cukup besar, jadi kami berbagi tugas untuk menyusun, menyapu, mengepel, dll.
Tepat jam 8malam semua sudah rapi dan bersih.
Kami pun saling bercanda satu sama lain sambil menunggu para koordinator menginstruksikan untuk pulang.
" Oke, teman teman makasih buat kerja keras hari ini, semoga hasil SO tidak ada yang minus dan berjalan dengan baik" Jelas Mas Agus selaku spv kami.
"Sekarang boleh pulang ya, mba Seira? tanya Mas Agus memastikan pada koordinator kami.
"Iya mas, selamat istirahat semuanya semoga selamat sampai rumah" jelas mba Seira.
"Okee cukup ya hari ini, tepuk tangan untuk kita semua" sambung Mas Agus dengan disambut tepuk tangan kami semua.
Semua bergegas untuk pulang, aku segera mengambil tasku dan mataku tertuju pada Aideen yang juga melihatku.
"Mba/Mas pamit pulang ya!" kataku pada semua orang disana.
"Iya hati hati" jawab mereka.
Aku segera bergegas menuju parkiran mobil yang ada dilantai bawah mall.
"Aileen" panggil seseorang seperti aku kenal suaranya. Aku segera menoleh.
"Eh Arya!" kataku menyapa.
"Kok store tutup?" tanyanya cepat padaku.
"Oh iya, kami tadi ada stock opname. Ngitung barang gitu" jelasku.
"Oh, gituu. Sekarang mau pulang?" tanyanya lagi.
"Iya nihh, aku mau pulang" jawabku lagi.
"Yaudah yuk, bareng!" katanya lagi.
"Hmm, anu Ar.. belum selesai aku berbicara dengan Arya, seseorang mengejutkanku dari belakang. Ya Aideen."Aileen, saya tunggu dimobil" ujar seseorang sambil berlalu pergi.
"Oh iya pak" jawabku cepat
Kulihat Arya ikut memperhatikan Aideen yang segera berlalu menuju mobilnya.
"Siapa Aii? tanyanya cepat padaku.
"Oh, bos dikerjaan. Arya aku deluan ya masih ada urusan" jawabku cepat sambil berlari kecil kearah mobil Aideen.
"Aileen, tunggu!" kata Arya sambil berlari kearahku.
"Kenapa?" tanyaku lagi.
"Aku boleh tau contact kamu nggak?" tanyanya lagi.
"Oh, sini hape kamu!" kataku lagi. Aku takut Aideen kesal karna menunggu terlalu lama biar bagaimana dia adalah bos di kerjaan pikirku.
Saat Arya memberikan hapenya aku segera menuliskan nomer whatsappku.
"Udah ya, bye!" kataku sambil berlari menuju mobil Aideen tak lupa aku mengembalikan hape Arya terlebih dahulu.
"Iya, see you!" teriak Arya lagi.
Aku sadar aku meninggalkam Arya begitu saja, tapi mau bagaimana.
Semoga aku bisa bertemu Arya lagi diwaktu yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss (COMPLETED)
Roman d'amourAileen wanita umur 22th yang sangat mendambakan percintaan seperti drama korea. Suatu hari ia bekerja dimana terdapat boss yang membuatnya terpana namun semakin hari boss itu semakin membuatnya kesal. Berada didekat bossnya yang bernama Aideen seper...