Suka

5.9K 260 0
                                    

"Udah sampe nih pak, reting kiri jalan" Ujarku memberitahu kalo kami sudah sampai.
"Ini rumah kamu?" tanya Aideen.
"Iya pak, ini rumah saya. Masuk gang kecil kesana dikit rumah tante saya, bapak parkir disini aja" ujarku lagi.
Jadi lokasi rumahku itu dipinggir jalan besar. Kebetulan orang tuaku punya usaha rumah makan didepan rumah.
"Yaudah, yuk pak" kataku sembari turun dari mobil, kemudian disusul Aideen.
Iya tak mengatakan apapun hanya mengikutiku dari belakang.
"Assalamualaikum, tante Inaa?" kataku memberi salam. Aku lupa harusnya aku menelpon terlebih dahulu.
"Walaikumsalam. Eh kak Aileen, mama kerumah kakak tadi sekalian nganter kolak pisang mama buat" ujar sepupuku.
"Astaga, yaudah deh. Makasih ya rin" jawabku lagi.
"Ayok pak" kataku berjalan pergi tak sadar aku menarik tangan Aideen karna ingin bergegas.
Dia hanya membiarkan, atau dia juga nggak sadar.
"Assalamualaikum" kataku lagi.
"Walaikumsalam" jawab orang rumahku. Iya tante Ina ada dirumahku.
"Wah, Aileen bawa calon mantu nih kak" ujar tante Ina pada mama sambil bercanda.
"Malam tante" Ujar Aideen tersenyum ramah pada tante Ina dan mama.
"Apaan si tante, ini tuh boss Aileen dikerjaan. Tolong tante urut ya bahu belakangnya soalnya abis kejatuhan besi takutnya uratnya terkilir atau apa biar nggak bengkak nanti" Jelasku pada tante ina.
"Ooo mau urut" jawab tante Ina sambil tertawa. Aideen pun ikut tersenyum saat itu. Manisnya..

"Yaudah tunggu sini ya, siapa namanya?" tanya tante Ina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah tunggu sini ya, siapa namanya?" tanya tante Ina.
"Aideen" jawabnya ramah.
"Iya, Aideen tunggu ya. Minyak urutnya dirumah belakang tante ambil dulu" jelas tante Ina berlalu pergi.
"Aideen, sudah makan?" tanya mama
"Oh udah Bu, tadi dijalan mau kesini" jawabnya ramah.
Wait wait, kenapa manggil tante Ina "tante" dan manggil mama "Ibu"? Baper nggak lama nih lama lama dekat Aideen:(
"Pak, bentar ya saya ganti baju dulu. Mah temanin dulu" kataku pamit kekamar.
Dijawab dengan anggukan kecil dari Aideen.
Aku mengganti bajuku dengan baju kaos biasa terserah Aideen akan menganggapku anak kecil. Karna pada dasarnya aku lebih muda darinya. Lol
Saat aku keluar dari kamar, kulihat mama menyuguhkan roti bakar yang mungkin ia pesan diluar berserta teh manis.
"Mah, tante Ina mana?" tanyaku lagi ke mama. "Tunggu aja, udah sana temanin dulu boss kamu" jawab mama cepat.
"Pak, dimakan rotinya" kataku seraya senyum.
"Bapak gak buru buru kan?" tanyaku lagi. "Nggak kok, santai aja" jawabnya sambil menyeruput teh manis buatan mama.
"Udah, ayuk urut" ujar tante Ina tiba tiba.
"Buka bajunya" perintah tante Ina.
Seketika Aideen melirik kearahku seperti bertanya ini serius dia harus buka baju?
"Tante, urutnya dikamar tamu aja didepan nggak enak diruang tamu gini" ujarku cepat
"Iyaiya, ayodah" jawab tante Ina cepat.
"Oh ini sarung pak, kalau bapak gamau keliatan badannya. Bersih kok sarungnya abis diloundry" kataku sambil memberi sarung pada Aideen.
"Oh iya, Thx" jawabnya singkat.
Tante Ina sudah masuk kekamar deluan.
"Ini saya beneran berduaan doang sama tante kamu?" bisik Aideen padaku pelan.
Aku tertawa mendengarnya, sepertiny a dia sama sekali belum pernah diurur pikirku.
"Iya pak, tenang aja pintu kamarnya nggak bakal dikunci. Saya tunggu diluar" kataku sambil tertawa menggodanya.

Ia pun tampak malas menuju kamar dengan wajah meminta pertolongan padaku, oooh manisnya wajah itu gumamku dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia pun tampak malas menuju kamar dengan wajah meminta pertolongan padaku, oooh manisnya wajah itu gumamku dalam hati.
Selama Aideen diurut aku hanya duduk diruang tamu sambil menonton tv, sesekali kudengar ia merintih kesakitan dan aku merasa ingin tertawa dan tidak fokus menonton tv karnanya.
Tak lama tante Ina keluar dari kamar.
"Gimana tan, udah?" tanyaku.
"Udah, untung diurut kalo nggak besok nggak bisa gerak itu. Uratnya melilit" Ujar tante Ina.
Tak lama Aideen keluar juga dari kamar.
"Gimana pak?" tanyaku cepat
"Ya mendingan, semoga besok nggak terlalu sakit lagi" ujarnya.
"Tante makasih ya" ujar Aideen sambil tersenyum.
"Diminum lagi tehnya, biar enakan badannya" ujar mama lagi.
"Iya bu, makasih" jawab Aideen kembali duduk.
Ia duduk tepat disebelahku.
Tak lama ia menghabiskan 2 cangkir teh dan tak terasa jam sudah pukul 21.30 malam. Aideen pun melirik kearahku seperti kode ingin pulang.
Aku seperti mengerti apa yang ia inginkan meski tak ia ucapkan. Cielah

"Pak, udah malam nih? mau pulang sekarang? biar bapak bisa istirahat" kataku cepat.
"Iya Aii, bu, tante.. Saya pamit pulang dulu, terimakasih buat teh, roti, dan urutnya" jelas Aideen ramah.
"Iya sama sama, kapan kapan kalo ada waktu main kesini lagi ya" kata tante Ina asal ceplos.
"Iya tante, mari semuanya" jawab Aideen.
Akupun mengantarnya sampai depan mobil.
"Yaudah pak, hati hati" ujarku cepat.
"Iyaa"jawabnya singkat
Akupun langsung membalikan badan untuk masuk kerumah.
"Aileen?" panggilnya lagi.
"Iya pak?" secepat kilat aku berbalik lagi padanya.
Dia tersenyum lagi.
"Makasih ya buat malam ini" katanya lalu diam.
"Maksudnya buat bawa saya kerumah kamu buat diurut" katanya menjelaskan.
"Iya pak sama sama" jawabku sambil senyum.
"Yaudah, saya balik dulu" katanya sambil menunjuk ke arah mobil.
"Iya, hati hati" kataku lagi.
Tak lama ia pergi, dan hilang dari pandanganku.
Aku masuk kerumah langsung menuju kamar. Kurebahkan diri dikasur tanpa sadar aku tersenyum senyum sendiri mengingat Aideen.
Oh tuhan.. Apa aku benar benar menyukainya?

Tak lama hapeku bergetar ada notif whatsapp.
Saat kubuka aku melihat 6 pesan dari Arya, serta panggilan tak terjawab sebanyak 12x.
Astaga aku lupa kalo terakhir aku chat dengannya dalam posisi "read" alias sudah terbaca namun tak sempat aku balas.
Hmm.

My Annoying Boss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang