Kesal

3.6K 197 15
                                    

"Aku mau kamu berhenti suka sama aku" ucapku dengan jelas.

Aku tahu Arya pasti sangat terluka atas permintaanku padanya, ini semua salahku karna sudah membiarkan perasaan Arya semakin dalam padaku. Jujur aku juga merasa bersalah pada Tante Zahra beliau sudah sangat baik padaku tapi aku malah tidak bisa menghargai perasaan tulus anaknya padaku.

"Aku udah tahu kalau kamu mau bilang ini semua" kata Arya.

Mata kami sekarang saling menatap.
Aku menatapnya dengan perasaan bersalah, sedangkan Arya menatapku dengan tatapan kecewa.

"Kenapa? Perasaanku ke kamu jadi beban ya?" ucapnya lagi.

Aku terdiam dan tak tahu harus berkata apalagi pada Arya, aku tak menyangka jika kedekatanku selama ini akan berakhir seperti ini.
"Hmm.. Arya?!" kataku pelan.
"Aku pikir dengan berjalannya waktu perasaanmu ke aku bakal berubah" ucapnya.
"Huft, aku udah coba Ar tapi.." kataku terhenti.
"Tapi.. Aku datang terlambat ke Jakarta? Kamu udah deluan jatuh hati sama Aideen?" ujar Arya menatapku.
"Nggak kayak gitu Arr" kataku.
"Hmm aku boleh nanya sesuatu?" kata Arya.
"Apa?" tanyaku serius.
"Pernah nggak sih.. Sekali aja aku bikin kamu senyum-senyum kepikiran aku? Sekali aja pernah nggak sih kamu bahagia pas lagi sama aku?" ujar Arya menatap mataku.

Aku menundukan kepalaku, aku benar-benar bingung. Jujur saat aku pergi ke Jakarta aku berniat untuk mulai membalas perasaan Arya aku cuma ingin dia menunggu sebentar lagi.

Tapi..
Secara tiba tiba Aideen membuatku..
Entahlah.

"Bukan sekali Ar, tapi berkali-kali kamu buat aku senyum-senyum nggak jelas karna baca chat dari kamu. Berkali-kali kamu buat pipiku merah karna ditatap sama kamu, hatiku terus-terusan melted kalo ketemu kamu, berkali-kali juga aku coba buat ngerubah perasaanku tapi aku sadar semakin lama aku nahan kamu dihidupku itu cuman buat kamu makin sakit nantinya" ujarku

Arya tersenyum sebentar mendengarku pernah merasakan apa yang ia tanyakan.
"Makasih Aii karna udah usaha" ujarnya tersenyum tipis
"Aku minta maaf" kataku menyesal.
"Perasaan ini punyaku Aii, aku yang tahu sakit atau nggak. Dan aku ngerasa baik-baik aja meskipun aku tahu kamu nggak bisa ngerubah perasaanmu" ujar Arya lagi.
"Jadi?" kataku bingung.
"Jadi apanya? Mau kamu apa? Aku ngejauh?" tanya Arya.
"Hah? Nggak. Nggak mau!" kataku.
"Yaudah.. " jawab Arya.
"Yaudah?" kataku.
"Aku tahu Aii, seandainya aku datang sehari lebih cepat.. Eh sejam lebih cepat dari pada Om-om itu dihidupmu. Pasti aku orangnya yang buat kamu jatuh cinta" ujar Arya terenyum.

Aku hanya terdiam melihatnya.
Seandainya Arya tahu, kalau aku juga berharap hal yang sama.

Seandainya..

"Kamu udah pacaran sama Om-om itu?" tanya Arya tiba tiba.
"Hah? Nggak!!!" kataku tegas.
"Kok nggak?" tanya Arya bingung.
"Iya.. Aku mau fokus sama karirku dulu aku juga mau daftar kuliah tahun ini" ujarku.
"Aku nggak mau fokusku terbagi sama hal-hal yang seharusnya masih bisa aku skip dulu" sambungku.
"Aku nggak salah suka, bahkan cinta sama kamu" kata Arya tiba tiba.
"Maksudnya?" tanyaku bingung.
"Kamu cantik Aii, baik, pintar, pekerja keras, lucu, paket lengkap" ujarnya mengusap rambutku.
"Apaan sih" kataku menyingkirkan tangan Arya.
"Yaudah deh, karna kamu bukan pacar siapa siapa. Aku boleh kan jadi sahabat yang nemanin kamu sampai semua mimpi kamu tercapai?" tanya Arya menatapku.

Aku menatapnya dengan sangat jelas.
"Iya boleh" kataku tersenyum padanya.
"Yaudah aku pulang ya, kamu istirahat sana kan capek baru pulang dari Jakarta tapi udah ribet soal beginian" ujarnya pamit.
"Iya, kamu hati-hati" kataku.

.
.
.
.
Aku segera menuju kamar untuk beristirahat, dan besok aku akan mulai melanjutkan pembuatan presentasi untuk besok lusa.
Semangat!!!

My Annoying Boss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang