Nikah?

4.4K 219 11
                                    

Sejenak aku terdiam mendengar ucapan Arya, ada perasaan merasa bersalah dihatiku.
Aku menyukai Arya aku bisa tertawa lepas bersamanya, dan aku sama sekali tak pernah menangis dibuatnya.

Selalu bahagia...

Mungkin karna terlalu bahagia dibuatnya dan tak pernah menangis karnanya aku jadi sadar kalau aku memang nggak akan pernah bisa merubah perasaan yang aku miliki menjadi cinta untuk Arya.

Aku pernah menangis sejadi-jadinya, bahkan sampai kehujanan dan sakit karna menunggu Aideen yang dengan teganya tak menjemputku, aku pernah badmood seharian karna Aideen tak menerima kotak makan dariku, aku pernah merasa tertekan karna Aideen menegurku didepan banyak orang. Tapi anehnya aku tetap merasa ada yang bergejolak dihatiku saat aku bersama Aideen meskipun ia melukai hatiku.

Kadang kita harus menangis dan merasa tersakiti oleh seseorang untuk tahu kita cinta atau tidak dengan seseorang.

Ada sesuatu yang hanya bisa aku rasakan saat aku bersama Aideen, yang tak bisa kurasakan saat bersama Arya.

Dan sesuatu yang aku rasakan saat bersama Arya, sekarang sudah kurasakan bersama Aideen.

"Kok nggak ngejawab?" ujar Arya lagi.
"Ngejawab apa?" kataku tetap menatap langit.
"Ya ituu, tentang seseorang?!" lanjutnya.
"Arya.." kataku pelan.
"Hmm?" ujar Arya menoleh.
"Kamu cowok pertama yang bikin aku merasa seperti tuan putri setelah papaku" ucapku serius.

Arya hanya diam tak bergeming mendengarkanku.
"Aku suka, bahagiaaaa banget kalo dekat kamu" kataku melanjutkan.
"Aii.." panggilnya.
Aku menoleh padanya.
"Kamu bilang kamu suka, bahagiaaaaaa banget sama aku!!! Boleh nggak aku minta ke kamu buat nggak ngelanjutin kalimat kamu dengan kata 'Tapi Ar aku' bisa kan?" ujar Arya seolah tahu apa yang ingin aku katakan.

Aku terdiam..
Aku bingung harus bagaimana.

Benar kata Aideen harusnya aku tak membiarkan seseorang untuk berjuang disaat aku tahu perasaanku yang sebenarnya tidak akan pernah berubah sekeras apapun diperjuangkan.

"Aku butuh waktu Aii, untuk ikhlasin kamu suka sama orang lain" ujarnya tiba tiba.
"Maksudnya?" kataku bingung.
"Aku..." ucap Arya terhenti.

"Ayo, balik!!" ujar Aideen tiba tiba.
"Hufft! Nih bawa mobil" ujar Arya melempar kunci mobil pada Aideen.
"Gantian" lanjutnya.
"Cupu! Baru setengah jalan udah capek" gerutu Aideen.

Arya tak menanggapi, hanya langsung masuk kemobil.

"Aii, kamu tidur aja.. Ntar besok kecapek'an" ujar Aideen menoleh padaku.
"Iyaa" jawabku singkat

Perjalanan kami dari Bandung sampai Jakarta hening sekali..
Arya hanya diam, entah dia tidur atau apa. Sedangkan Aideen sibuk menyetir.
Aku tak habis pikir bagaimana bisa aku terjebak diantara pria baik seperti mereka..

...

"Aii... Bangun!" ucap seseorang pelan.
Aku mengedip-ngedipkan mataku mencoba untuk bangun.
"Hmmmm" kataku dengan suara parau.
Kulihat Aideen membuka pintu mobil untukku, dan Arya berada tepat dibelakang Aideen.

Aku masih bersandar dimobil seperti enggan untuk turun dan ingin tidur lagi. "Mau bangun sendiri, apa digendong?" ucap Aideen.
"Hmm.." kataku pelan.
"Mau digendong?" tanya Aideen.
"Nggak.. Nggak aku bisa jalan sendiri" kataku kaget langsung turun dari mobil.

Saat aku keluar tak sadar kepalaku terhantup dinding pintu mobil. "Aduh.." kataku.
Dengan sigap Arya langsung menyingkirkan Aideen yang berada didepannya dan mengelus pelan sisi kepalaku yang sakit.
"Sakit nggak?" ujar Arya
"Hmm" kataku pelan.
"Tangannya nggak usah modus" ujar Aideen menyingkirkan tangan Arya dari kepalaku.
"Apaan sih" kata Arya kesal.
"Udah ah, aku ngantuk" kataku langsung berlalu menuju lift hotel.

My Annoying Boss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang