Part 7

18.1K 1.1K 35
                                    

Dino menatap Farah bingung. Cewek itu, sedaritadi menahannya untuk pergi ke bangkunya. Saat, Dino bertanya gadis itu hanya diam dan memberikan tatapan tajamnya.

"Kenapa?" tanya Dino untuk kesekian kalinya.

Ia ingin cepat-cepat duduk di bangkunya. Ia sangat malas jika sudah berurusan dengan Dara atau pun teman-teman Dara. Terlebih, Farah. Gadis itu memiliki tingkat keingintahuan yang sangat tinggi.

"Jawab yang jujur. Lo suka kan sama Dara?" tanya Farah dengan wajah penuh selidik.

"Far, lo gila ya. Udah lepasin aja Dino. Kalo Dara tau, bakal abis lo," ucap Ratih memperingatkan.

"Ayo jawab," paksa Farah.

"Enggak," jawab Dino kemudian melepas tangan Farah. Ia berjalan menuju bangkunya.

"Lo kenapa nanya itu lagi sih sama Dino? Itu kan bukan urusan lo," ucap Ratih.

Ia tidak habis pikir dengan Farah. Untuk apa juga ia bertanya pada Dino?

"Jelas urusan gue dong. Dara kan sahabat gue. Siapa pun yang suka sama Dara, harus berhadapan sama gue."

"Serah lo deh. Gue gak mau ikut campur," pasrah Ratih.

Ia kadang bingung dengan sikap Farah. Gadis itu memang sedikit gila, menurutnya.

Dara duduk di samping Ratih dengan wajah kusut. Hal itu membuat Ratih dan Farah bingung.

"Lo kenapa?" tanya Farah dan Ratih kompak.

Dara menatap mereka sejenak, kemudian menghela napasnya. Baru saja ia ingin menjawab pertanyaan mereka, Farah sudah bertanya lagi.

"Eh, tangan lo kenapa?" tanya Farah seraya menunjuk tangan Dara yang luka seperti bekas cakaran.

"Kak Daren," jawab Dara singkat.

Farah membulatkan kedua matanya. Cukup terkejut, mendengar bahwa Daren adalah orang yang melukai tangan Dara.

"Beneran? Masa kak Daren cakar lo, sih. Kalo lo yang cakar kak Daren gue masih percaya," celetuk Farah.

Dara berdecak pelan. Bahkan, ia sama sekali tidak pernah mencakar Daren, karena ia tidak memiliki kuku yang panjang. Justru sebaliknya Daren yang memiliki kuku panjang. Hal itu, lebih memungkinkan kalau Daren yang mencakarnya.

"Lo belum liat aja kukunya yang panjang itu. Kalo lo liat, lo bakal takut," ucap Dara.

"Kok bisa Kak Daren cakar lo? Pasti ada alasannya, kan?" tanya Ratih.

"Iya."

Dara pun mulai menceritakan bagaimana ia bisa dicakar oleh Kakaknya sendiri.

"Pantesan aja kak Daren cakar lo, lagian lo ngapain sih pake potong kukunya kak Daren segala?" tanya Farah setelah mendengar cerita Dara.

Dara tertawa pelan. "Abisnya gue kesel liat kukunya panjang gitu. Kayak Mak Lampir di tv," celetuk Dara.

Dino menatap Dara yang tertawa. Wajahnya terlihat lebih cantik jika ia tertawa.

Dino memang jarang melihat Dara yang tertawa atau pun tersenyum. Karena selama ini, yang ia lihat dari Dara hanyalah tatapan tajam yang penuh amarah.

"Bro," panggil Deva menepuk pundak Dino.

Dino menatap Deva dengan tatapan datarnya.

"Apa? Tugas Fisika?" tanya Dino yang langsing tahu betul tujuan Deva.

Deva menyengir, kemudian mengangguk.

"Boleh, kan?" tanya Deva memastikan.

Dino mengambil buku tulisnya kemudian melemparnya ke arah Deva.

"Makasih Dino ganteng," puji Deva.

💮

Elsa menatap Dino dengan senyum yang mengembang penuh.

Dino sangat tahu kalau Elsa menyukainya. Ia merasa tidak nyaman didekati oleh Elsa secara terang-terangan.

"Kak Dino sama kak Liam sepupu-an?" tanya Elsa.

Dino hanya mengangguk pelan.

"Aku kenal sama Kak Liam dari sepupunya aku. Kak Liam itu temannya sepupu aku," jelas Elsa.

Deva menyenggol siku Dino pelan, membuat Dino melirik ke arahnya.

"Liam siapa?" tanya Deva pelan.

"Kak Liam itu sepupunya Kak Dino," sahut Elsa.

Deva dan Dafa hanya manggut-manggut mengerti.

Dino memang tidak pernah bercerita apa pun kepada mereka, apalagi soal kerabatnya. Maklum saja, Dino tidak akan pernah berbicara kalau tidak ditanya. Itulah prinsip Dino.

"Aku gak nyangka semalam bisa ketemu Kak Dino di acara ultahnya kak Liam. Mungkin kita emang ditakdirkan untuk selalu sama-sama," gumam Elsa.

"Ekhem," deham Deva.

"Kalo gitu aku duluan ke kelas ya, semuanya," pamit Elsa yang dibalas anggukan oleh ketiganya.

"Din, si Elsa suka tuh sama lo. Bahkan, dia udah kode lo," ucap Deva kemudian meminum es tehnya yang masih setengah.

"Iya Din. Lo gak mau sama Elsa? Dia cantik, loh. Kalo lo sama dia pacaran gue yakin kalian bakal jadi couple yang paling dibicarain satu sekolah," timpal Dafa.

"Gue gak suka sama dia," ucap Dino.

"Kenapa lo gak suka sama dia? Elsa itu cantik, baik, perhatian lagi. Kurang apalagi coba?"

Dino bangkit dari duduknya kemudian pergi dari kantin.
Ia sudah tidak mau mendengar tentang Elsa. Ia sama sekali tidak tertarik dengan gadis itu.

"Eh, Dino tungguin kita!"

💮

Dara melirik ke arah Dino dan Elsa yang berada di parkiran.

Dara bisa mendengar jelas, kalau Elsa tengah memohon pada Dino agar cowok itu mau mengantarnya pulang. Namun, Dino seperti tidak peduli.

Dino malah menaiki motornya dan pergi meninggalkan Elsa begitu saja.

Terlihat jelas wajah Elsa yang begitu kecewa karena diabaikan oleh Dino.

Dara tertawa dalam hati.

Entah kenapa, ia cukup senang melihat Elsa yang diabaikan oleh Dino.
Mungkin karena ia kesal dengan cewek itu.

DRRT...

Dara segera membuka ponselnya begitu tahu kalau ada sebuah pesan masuk.

Kak Daren Manusia Jadi-jadian

Ra

Sorry, gue gk bisa jemput lo.

Gue lagi di rumah temen gue. Lo naik ojol aja ya.

Dara berdecak pelan. Ini mungkin karma baginya, karena ia telah menertawai Elsa.

Dengan terpaksa, ia harus mengeluarkan uangnya untuk membayar ojek online.

****

Halo....

Semoga suka ya sama part ini. Maaf kalo kependekan.

Semoga makin banyak yang baca dan dukung cerita "Cowok Cuek dan Cewek Jutek"

Jangan lupa vomment yang banyak.

Lvyou♥️

Cowok cuek dan Cewek jutek (SELESAI) [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang