"Selamat pagi anak-anak," salam Bu Ani.
"Pagi Bu."
"Ibu ada urusan jadi tidak bisa lama-lama di kelas kalian. Ibu akan berikan tugas kelompok membuat drama, dan pembagian kelompoknya menggunakan lotre," ucap Bu Ani.
Seisi kelas langsung riuh, karena mereka tidak suka memainkan drama.
"Bu, kasih tugas lain aja bisa gak, Bu?" sahut Deva.
"Iya Bu. Masa kita harus main drama sih, Bu. Kita gak mau, Bu," ucap salah seorang siswa.
"Sudah cukup. Tidak boleh ada yang protes. Sekarang kalian maju dan ambil nomor lotrenya," titah Bu Ani.
Tak ada yang berani protes. Satu per satu mulai maju dan mengambil nomor lotre.
"Semuanya sudah dapat nomor lotrenya, kan?" tanya Bu Ani.
"Sudah Bu," jawab mereka semua.
"Baik, kalau begitu Ibu pergi dulu. Tidak ada yang boleh tukar kelompok, kalau ketahuan kalian tidak akan saya kasih nilai. Ingat, minggu depan kalian sudah harus siap tampil."
Setelahnya, Bu Ani langsung keluar dari kelas mereka.
"Dar, Rat, kalian dapat nomer berapa?" tanya Farah.
"Dua," jawab mereka kompak.
Dara dan Ratih saling menatap kemudian tersenyum.
"Yeay, kita satu kelompok," ucap Ratih girang.
Raut wajah Farah langsung kecewa.
"Lo dapet nomer berapa?" tanya Ratih pada Farah.
"Tiga," jawab Farah lesu.
"Bagus deh kalo kita gak sekelompok sama lo," ucap Ratih seraya tersenyum.
"Gue juga gak mau sekelompok sama lo," desis Farah.
Gadis itu segera mencari teman satu kelompoknya.
"No, lo dapet nomer berapa?" tanya Deva.
"Dua," jawab Dino singkat.
"Yes! Kita satu kelompok dong," ucap Deva.
"Kita cari yang dapet nomer dua. Biar bisa buat naskah dramanya," ucap Dino.
"Guys, yang dapet nomer dua coba tunjuk tangan kalian," ucap Deva.
Dara dan Ratih langsung menunjuk tangan mereka.
"What? Seriusan gue satu kelompok sama Ratih? Ya ampun apakah ini yang dinamakan takdir?" heboh Deva.
Ratih mendengus sebal, begitu tahu kalau dirinya satu kelompok dengan Deva.
Deva segera berjalan mendekati Ratih dan Dara yang tampak kesal.
"Halo Ratih cantik. Gue seneng bisa satu kelompok sama lo," ucap Deva.
"Apaan sih lo. Gue gak mau satu kelompok sama lo," ketus Ratih.
"Sayangnya, lo gak bisa nolak takdir Ratih cantik. Kita emang udah ditakdirkan untuk bersama."
"Kurang satu orang. Sekarang lo cari yang satunya," suruh Dara pada Deva.
"Tenang aja kita gak perlu cari, orangnya ada di sana, kok." Deva menunjuk ke arah Dino yang sedang menulis sesuatu dibukunya.
"Hah? Kita satu kelompok sama Cowok Cuek kayak dia?" tanya Dara tak percaya.
"Iya. Emang kenapa?" tanya Deva.
"Bisa tukar aja gak? Satu kelompok sama lo aja udah buat gue kesel, apalagi sama dia."
Yang paling Dara hindari adalah, satu kelompok dengan Dino. Dan, sayangnya hal itu malah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok cuek dan Cewek jutek (SELESAI) [PROSES REVISI]
Novela Juvenil"Woi... lo kalo jalan tuh hati-hati dong main nginjak sepatu orang aja." ujar Dara kesal khas dengan wajah galaknya "Sorry. Gue nggak sengaja." ucap Dino dingin "Nggak sengaja lo bilang hah? Halah bilang aja lo sengaja nginjek sepatu gue kan ngaku a...