38. Rumah Kaca

162 7 0
                                    

Setelah pesta itu usai,
Lion dan Raina duduk berdua di tepi kolam renang.

"Rai?" Tanya Lion.

Raina menoleh ke arah Lion yang sedang duduk disampingnya.

"Jalan yuk,Mau ga?" Ucap Lion kembali.

"Kemana?" Tanya Raina.

"Adadeh, Yuk!" Sahut Lion sembari menarik tangan Raina.

"Bi! Mang! Kita pacaran dulu ya, Bye" Ucap Lion memberi tanda pamit pada Bi Inah dan Mang Dimas yang sedang duduk menikmati kue pemberian Raina.

"Emang ya anak muda" Sahut Bi Inah.

"Kita juga bisa, Iya ga?" Balas Mang Dimas sembari melirik genit Bi Inah.

"Pacaran aja sana sama ikan" Sahut Bi Inah, Lalu meninggalkan Mang Dimas sendirian.

"Ikan? Mana ada? Kan ini kolam renang, Aduh Nah nah. Malu malu in 20 tahun hidup di kota masih aja kudet" Balas Mang Dimas.

Diluar, Lion sengaja membawa motor agar ia bisa merasakan hangatnya pelukan Raina.

Udara dingin membuat suasana romantis dua sejoli ini menjadi semakin terasa.

Lion menarik tangan Raina untuk memeluknya.

Duh Lion!! berani nya dia memperlakukan Raina seperti ini.
Jujur! Raina akui, Hanya Lion lah satu-satu nya lelaki yang berani memegang tangan nya.

Untukmu,
Tak ada Hujan yang berani menembus malam,
Sebab jiwamu berhasil kalahkan ribuan angin yang hendak menghampiri derasnya hujan di malam hari.

Selang 20 menit mereka berjalan,
Lion menghentikan motornya, Tanda mereka sudah sampai ditempat tujuannya.

Sebelum itu, Lion mengajak Raina untuk naik ke atas, Entah apa yang ada disana, Dibawah hanya terlihat bangunan bulat tebal berlapis semen yang terdapat banyak tangga disekelilingnya.
Lion dan Raina menaikki Satu persatu anak tangga hingga sampai diatasnya.
Tempat itu berupa Sebuah Rumah Kaca yang tentunya hanya berisi ratusan bahkan ribuan kaca disana.
Rumah Kaca itu terletak seperti diatas tebing.

Indah sekali, Sangat Indah.

"Ayo Masuk" Ucap Lion.

"Lewat mana?" Balas Raina seolah menunjukkan wajah bingung.

Darimana bisa lewat? Jika dimana-mana hanya berisi kaca, Hanya membuat semakin bingung saja.

Lion menarik tangan Raina untuk masuk kedalamnya.

Tak ada siapapun disana,Hanya ada mereka berdua.

Namun, Raina percaya. Lion tak mungkin berbuat macam-macam padanya. Raina tau betapa Lion sangat mencintainya, Walau selama ini Raina tak pernah memperlihatkan jikalau ia mengetahui seberapa besar cinta Lion untuknya.

Setelah mereka menyusuri masuk kedalamnya, Lion terus mengajak Raina berjalan, Berjalan, dan terus berjalan.

Raina hanya diam mengikuti langkah Lion.

Setapak demi setapak, sampai pada akhirnya mereka sampai dibagian tengah.

Di tengah, terdapat kursi sofa yang indah dan seperti sangat nyaman untuk di tempati.

Tapi tetap saja, sekeliling sofa itu hanya ada kaca di depan, Belakang, dan Samping.

Lion mengajak Raina duduk disana.

Mereka hanya terdiam dan duduk disana.

Sebenarnya Lion ini mau apa sih? Apa yang bisa ia temui disini? Ada apa sih di tempat ini? Filosofi apa yang bisa ia ambil dari tempat ini? Hanya kaca, kaca dan kaca. Hampir setiap kali Raina menengok, Wajahnya selalu terlihat disetiap kaca kaca itu.

"Rai?" Tanya Lion.

"Ya?" Balas Raina.

"Lo pasti bingung ya kenapa gue ngajakin lo kesini?" Sahut Lion.

Raina menganggukkan kepalanya sambil menatap Lion heran.

"Lihat keatas" Ucap Lion.

Wow! Marvelous!
Kala Raina melihat keatas bangunan itu, Ternyata ada sebuah kaca pencakar langit disana.
Hingga terlihat sangat begitu indah pemandangan dari bawah.

Raina melihat keatas sambil tersenyum bahagia.

Baru kali ini ia melihat pemandangan yang begitu indahnya.

"Tempat ini, Jarang banget dikunjungin orang, Bahkan hampir ga ada yang tau kalau ada tempat seindah ini"
"Lo adalah orang pertama yang gue ajak kesini" Sahut Lion.

Raina masih tersenyum menatap keatas.
Matanya berbinar-binar melihat indahnya pemandangan itu.
Seakan tak ingin ia lewatkan.

"Bagus kan? " Tanya Lion.

"Banget" Balas Raina.

"Kapan pun lo mau, gue bisa kok temenin lagi kesini" Sahut Lion.

Raina menatap Lion dengan senyumannya.

"Rai, Gue mau tanya sama lo boleh ga?" Tanya Lion.

"Iya" Balas Raina

"Kalau seandainya, gue ga bisa nemenin lo lagi kesini, Lo mau ajak siapa?" Tanya Lion.

Raina menggelengkan kepalanya.

"Loh kok gitu? Ajak siapa Rai? Masa cuma geleng-geleng doang sih?" Sahut Lion kembali.

"Bayangan lo" Ucap Raina.

Lion hanya menatap Raina sambil tersenyum geli.

Benar saja ia akan mengajak bayangannya, Memang bisa begitu?

"Emangnya bisa?" Tanya Lion.

"Bisa" Balas Raina.

"Seandainya gue ga bisa nganterin lo, Kan lo bisa kesini sama yang lain" Ucap Lion.

"Ga mau" Balas Raina kembali.

"Kenapa?" Tanya Lion heran.

"Mau nya sama lo" Sahut Raina.

duhhh dijawab begini saja sudah buat jantung Lion berdegup cepat seakan tak mau berhenti.

"Kalau gue ga mau?" Tanya Lion.

"Serius?" Balas Raina.

"Seriuss, Dua rius malah" Ucap Lion kembali.

"Bener?" Tanya Raina kembali meyakinkan.

"Gadenggg Hahahaha" Jawab Lion sambil berlari keluar.

Raina mengikuti kemana arah Lion pergi.

"Lion!!" Sahut Raina.

Raina terus berlari, Namun sial! Ia kehilangan jejak Lion.

Membuatnya semakin bingung, Kemana arah jalan pulang.

Alhasil, Raina berhenti sejenak Sambil melihat kanan, kiri, depan,belakang sama sekali tak ada siapa-siapa disana.

Raina jadi semakin takut jika ia tak bisa pulang.

"Lionn?" Sahut Raina.

Tiba-tiba...
Darrrrrr!

Lion mengangetkan Raina dari belakang.

"Cieee nyariin" Ucap Lion.

Raina sontak langsung memeluk erat Lion seperti orang yang benar-benar ketakutan.

"Udah Gapapa, Ga usah takut. Kan ada gue.Katanya tadi bagus banget tempatnya" Ucap Lion.

Raina tetap memeluk erat Lion, semakin erat dan semakin erat.

Lion membalas pelukan Raina sembari mengelus pelan rambut panjang Raina.

Kemudian, Lion menarik tangan Raina mengiringnya keluar dari Rumah Kaca itu.

StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang