76. Pembunuh

131 6 0
                                    

Sial! Raina merasa bodoh sekarang!
Belum sempat semua ia baca penyesalan telah datang menghampirinya.
Sekarang tulisan Lion hanya akan menjadi kenangan.
Tanpa pernah bisa Raina realisasikan.

"Kak, Raina mau pulang" Ucap Raina.

Ia meninggalkan rumah Devan begitu saja.

"Emm Kalian semua makasih ya udah mau bantuin kita. Kakak sama Raina pamit dulu" Ucap Nathan.

"Iya sama-sama kak" Balas Devan.

Nathan pun menyusul adiknya yang sudah menunggunya dimobil.

**

Raina POV

Malam pun semakin larut,
Karena tempat tinggal Devan yang cukup jauh dari rumah Raina.
Mereka berdua memakan banyak waktu di perjalanan.

Raina melihat sekelilingnya.

"Lion, Seandainya aja lo masih disini. Pasti jam segini handphone gue udah berisik notif dari lo" Ucap Raina dalam hatinya.

Tanpa sengaja,
Angin yang semakin kencang,
Membuat udara semakin dingin dan mencekam.

Raina lagi-lagi melihat sosok seperti Lion di jalanan.
Namun, Anehnya para pejalan yang lewat seperti tak menyadari kehadirannya.

Lion memakai seragam SMA dan pria itu tersenyum ke arahnya.

Raina lupa bahwa Lion sudah lama tiada.

"Kak berhenti kak" Ucap Raina.

"Mau ngapain? Jajan? dirumah banyak" Balas Nathan.

"Bukan,Berhenti dulu kak. Raina mau turun" Ucap Raina.

"Yayaya, Kakak berhenti" Balas Nathan.

Ia pun berhenti didepan Cafe.

Raina turun mengejar bayang-bayang itu.

"Lion!Lionn" Ucap Raina.

Saat ia mendekatinya,
Bayang itu semakin pergi dan semakin menjauh.

Nathan mengejar adiknya itu.

"Rai! Raina! Kamu mau kemana sih!" Ucap Nathan.

Seusai ia tak berhasil mendapatkan bayangan itu, Ia pun berhenti.

Nafasnya terengah-engah tak beraturan.

"Kamu ngapain sih?" Tanya Nathan.

"Tadi Raina lihat Lion kak" Balas Raina.

"Kamu lama-lama ngaco ya Rai? Kakak bisa aduin kamu ke mama. Biar kamu dibawa ke Psikiater!" Ucap Nathan.

"Kak, Tapi Raina ga bohong kak. Raina serius. Kak Nathan tau kan kalau Raina ga pernah bohong? Apalagi sama kakak" Balas Raina.

Selama ini adiknya itu memang tidak pernah berbohong padanya, Tapi kali ini benar-benar kemungkinan yang tidak bisa Nathan percayai.

"Tapi untuk kali ini, Kakak ga percaya sama kamu. Ayo pulang" Ucap Nathan sembari menarik tangan adiknya itu.

**

Berhari-hari Raina tak pernah berhenti memikirkan Lion.

Disetiap lamunan nya, Bayangan Lion selalu datang menghampirinya.

Seperti nyata baginya, Namun apa daya? Raina tak mampu meraba.

Sampai Keesokan harinya disekolah,
Gadis itu masih melamun,
Matanya sembab,
Bibirnya pucat,
Tangan nya pun dingin bak es batu,

BRAK!!
Tiba-tiba Alissa datang sembari membanting meja Raina.

"Berdiri lo!" Ucap Alissa.

Raina memberanikan diri untuk berdiri namun, dalam keadaan yang lemas.

"Ikut gue!" Ucap Alissa.

Ia menarik tangan Raina kencang keluar.
Raina hanya mengikutinya sebab ia tak mampu lagi melawannya.

Kini, Lion sudah tidak lagi menjadi malaikat penolong bagi Raina.

"Perhatian semuanya, Merapat dong kesini, Nih ya gue mau tunjukkin ke kalian semua. Didepan gue ada pembunuh yang lagi bertopeng manis" Ucap Alissa.

"Kelihatan nya aja nih polos tapi diam-diam dia penyebab Lion meninggal" Ucap Alissa kembali.

"Ngaku lo! Lo pembunuh Kan?" Tanya Alissa pada Raina.

"Gue bukan pembunuh" Balas Raina.

"Halah ga usah ngelak deh, Udah jelas-jelas. Terakhir kali lo yang bawa Lion ke rumah sakit disaat dia udah ga sadar. Siapa lagi kalau bukan lo pembunuhnya?" Ucap Alissa.

Alissa ini Aneh,
Dia bilang dia cinta mati dengan Lion,
Tapi disaat Lion susah, dia malah hilang entah kemana,
Sementara Raina yang menolongnya malah dikira pembunuh.

"Gue bukan pembunuh" Tegas Raina.

"Mana ada maling ngaku" Ucap Putri.

Mirna melihat kejadian tersebut dengan Rio.

Mereka berdua sontak langsung mendatangi Alissa dan Putri yang sedang memojokkan Raina.

"Cewek saiko ya Lo!" Ucap Mirna sembari menampar keras pipi Alissa.

"Apa-apaan sih lo Mir! Dulu aja lo ngemis-ngemis minta gue terima jadi Anggota geng, Sekarang? Gini kelakuan lo sama gue?" Ucap Alissa.

"Sorry Al, Yang dulu ya dulu aja. Sekarang gue ga mau lagi jadi babu lo!" Balas Mirna.

Mirna menarik tangan Raina dan mengajaknya pergi dari kerumunan itu.

"Lo gapapa kan Rai?" Tanya Mirna.

Raina menggelengkan kepalanya.

"Kalau lo belum sehat seharusnya lo ga usah masuk dulu" Ucap Mirna.

"Gue gapapa Mir, Thanks ya" Balas Raina.

"Lain kali kalau mau kemana-mana jangan sendirian. Bareng gue aja atau lo minta temenin Devan sama Rio" Ucap Mirna.

"Iya Rai, Lo itu jangan sendirian. Bahaya,  Apalagi sama keadaan lo yang lagi kayak gini" Timpal Rio.

Tiba-tiba saat mereka sedang berbincang-bincang,
Aji datang menghampiri mereka.

"Rai, Lo jadi kan ikut Drama Teater itu? Besok acara nya dimulai loh Rai. Ini saatnya lo tunjukkin kemampuan lo sama bu kepsek" Ucap Aji.

"Lo ikut Drama Teater itu Rai?" Tanya Mirna.

"Naskahnya gue yang buat" Balas Raina.

"Besok lo bisa kan dateng? Acaranya dimulai jam 7 malem" Ucap Aji.

"Thanks ji" Balas Raina.

"Lo beneran mau berangkat Rai?" Tanya Mirna.

"Gatau juga" Balas Raina.

"Mendingan ga usah dulu deh Rai, Lihat aja keadaan lo sekarang. Ga memungkinkan kalau lo harus datang kesana" Ucap Mirna.

"Gue udah janji Mir" Balas Raina.

"Yaudah Rai, kalau lo masih ngotot. Gue sama Rio yang anter lo kesana. Dan lo ga boleh nolak. Ok?" Ucap Mirna.

Raina pun menganggukkan kepalanya.

StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang