Setelah menghabiskan waktu selama sekitar 20 menit perjalanan, Akhirnya Lion telah sampai didepan rumahnya.
Ia segera masuk kedalam menemui Tania, Ibunya.
"Spada,Ma? Lion pulangg" Sahut Lion.
Lion mencium tangan ibunya lalu cepat-cepat menuju ke dalam kamarnya.
Tania yang melihat nya pun dibuat kebingungan, Ada apa anaknya ini?
Tidak biasanya ia dibuat tergesa-gesa.
Maklum saja, Lion ini kan anaknya tenang.Mau sepeda motornya hilang, Mobilnya di rampas, bahkan sampai rumahnya disita pun sepertinya Lion juga tak masalah.
Tak lama, Lion keluar sambil membawa Sticky Notes yang sudah bertuliskan 'Jangan lupa bahagia :) '
Ia tempelkan Sticky Notes itu dimana saja.
Di TV, Kulkas, Lemari Makan, Kamarnya, Bahkan kamar ibunya pun ikut ia tempel.
"Ini kenapa sih kamu Lion? Kenapa ditempelin tulisan semua? Nanti rumahnya jadi keliatan ga rapi" Ucap Tania.
"Ya maaf Ma, Tapi ini penting. Biar Mama ga lupa bahagia" Sahut Lion.
"Astaga, Kalau urusan itu. Mama ga pernah lupa Lion" Balas Tania.
"Kok Mama seyakin itu? Mama kan gatau kedepan nya gimana. Lagipula ini cuma pengingat aja kok buat sewaktu-waktu kalau Mama lupa" Ucap Lion.
"Lihat kamu setiap hari aja Mama udah bahagia Lion" Sahut Tania.
Lion tersenyum tulus ke arah Ibunya itu,
Lalu ia berjalan memeluknya."Makasih ya Ma, Udah mau jadi Mama yang baik buat Lion" Ucap Lion.
"Mama terima kasih juga ya sama Lion, Kamu udah jadi anak yang selalu ada buat Mama" Balas Tania.
Kedua pasang ibu dan anak itu pun saling berpelukan melepas rasa yang mereka pendam.
**
Raina POVSore pun sudah berganti Malam,
Dan Raina sedang menyiapkan beberapa peralatan yang akan ia persembahkan untuk menulis Drama Teater."Laptop, Bahan,.. " Ucap Raina sambil mengecek peralatan nya.
Setelah ia rasa cukup,
Gadis itu pun segera menyusun sedikit bagian awal dari naskah yang akan ia buat.Kesibukan nya itu membuat ia lupa segalanya,
Bahkan sampai panggilan telepon dari Lion yang sudah sedari tadi berbunyi tak dihiraukan nya.Lion POV
Malam yang dingin tetap tak membuat semangat Lion luntur,
Ia sudah berada di Sirkuit BALADA menanti gilirannya."Duh kok dari tadi telfon gue direject sih" Ucap Lion kesal.
Sudah sedari tadi ia mengubungi Raina, Namun sama sekali tak ada sahutan.
Padahal, Ia ingin sekali Raina ada di Sirkuit sekarang. Menyaksikannya bertanding.
Devan dan Rio menghampiri Lion yang tampak gelisah.
"Woy! Kenapa Lo? Daritadi mondar mandir kek setrikaan" Ucap Devan.
"Kok nomor Raina ga bisa ditelfon ya?" Balas Lion.
"Hah? Coba lo telfon lagi" Sahut Rio.
"Udah lebih dari seratus kali gue telfon dia, Tapi ga ada jawaban. Direject terus" Ucap Lion.
"Apa gue kerumahnya aja? Kan rumah gue lumayan deket tuh sama rumah dia" Sahut Rio.
" Apa dia ngurusin Drama Teater itu ya?" Ucap Lion.
"Hah? Drama? Raina jadi bawang merah?" Tanya Devan.
"Ishh Bukan, Dia itu dikasih kesempatan sama Bu kepsek buat jadi wakil ketos lagi kalau dia berhasil bikin karya tulis Drama Teater bulan depan" Balas Lion.
"Whatt? Demi es teh gelas? Serius lo?" Tanya Devan.
Lion mengangukkan kepalanya.
"Doyan amat sih jadi Osis, Setiap hari pemandangan cuma kertas sama sampul buku. Lama-lama bisa pecah otak gue" Ucap Rio.
"Yee itu kan lo! Kalau Raina mah Osis tu bagi dia udah kayak Permadani nya Aladin noh, Menggodaaaa" Sambung Devan.
Lion menatap lurus kedepan.
Lagi-lagi Lion harus melamun memikirkan Raina."Ley, Sabar ya. Gue yakin kok suatu saat nanti, Dia pasti datang dan dukung lo di tribun " Ucap Rio.
"Iya Ley, Sekarang mending lo siap-siap soalnya bentar lagi giliran lo" Sambung Devan.
Lion mencoba menenangkan dirinya sejenak, Lalu ia melangkahkan kakinya menuju ruang ganti.
**
Setelah Lion usai bertanding,
Ia bermaksud untuk menemui Raina.Baginya, pertemuan dengan Raina adalah sebuah candu.
Rasanya hanya ingin terus bertemu, bertemu dan bertemu.Sesampainya dirumah Raina.
"Den singa? Masuk den" Ucap Mang Dimas.
"Makasih Mang Dimas" Balas Lion.
"Non Raina didalam den, Masuk aja. Ada Bi Inah juga" Sahut Mang Dimas.
"Oh iya Mang" Ucap Lion.
Lion membuka pintu rumah Raina.
"Permisi" Ucap Lion.
"Eh Den Lion, Non Raina ada diatas. Ayo Bi Inah anter" Ucap Bi Inah.
"Oh iya, Boleh Bi" Sahut Lion.
Bi Inah berjalan lebih dulu mengantarkan Lion ke atas menuju kamar Raina.
Saat sampai diatas,
Pintu kamar Raina rupanya terbuka lebar.Lion melangkahkan kakinya lebih dekat, Dilihatnya Raina.
Gadis itu sudah tertidur pulas diatas keyboard dan laptop yang masih menyala.Ia tertidur diatas meja belajar.
Lalu, Lion berinisiatif menggendong Raina dan memindahkan nya diatas kasur.
Bi Inah pun ikut merapikan meja belajar Raina yang penuh dengan peralatan nya seusai menulis naskah Drama.
Lion menutupi tubuh Raina dengan selimut.
Ia menatap dalam Raina yang sudah tertidur pulas diatas kasur.
Dunia ini terlalu sempit
Jarak itu juga sangat pelit
Pertemuan itu selalu sulit
Lalu dengan cara apalagi aku merindukanmu?
Hanya dengan hati dan perasaan yang menyatu
Tapi apakah kau mau berbagi denganku?
Aku rasa tidak
Tidak salah lagi kau pasti akan merindukanku :)Peace for me
-Lion~Bi Inah yang melihat Lion hanya berdiri menatap Raina pun akhirnya membuka suara.
"Emm, Den Lion masih mau disini?" Tanya Bi Inah.
"Ah engga bi, Ini saya juga mau pulang. Udah malam juga, Emm besok jangan lupa bangunin Raina sekolah ya bi? Biar ga kesiangan soalnya jam tidurnya udah lewat" Ucap Lion pada Bi Inah.
"Iya Den Lion tenang aja, Bi Inah pasti bangunin Non Raina tepat waktu" Balas Bi Inah.
"Mari Den saya antar sampai depan" Ucap Bi Inah.
Setelah ia usai melepas rindunya,
Lion pun menyalakan sepeda motornya dan kembali pulang.