61. Best Friends

134 5 0
                                    

Malam pun semakin larut,
Sementara Devan dan Lion masih menunggu kedatangan Rio dirumah.

"Rio lama banget sih ah elah" Ucap Lion.

"Sabar, baru 4 jam" Balas Devan.

"What? 4 jam lo bilang? Dia pacaran atau gelar persepsi nikah?! Lama amat buset" Ucap Lion.

"Ya elah Ley, 4 jam itu udah standar kalau buat orang pacaran" Balas Devan.

"Perasaan gue sama Raina ga sampe tuh 4 jam, jangankan 4 jam palingan sejam juga gue udah cabut" Sahut Lion.

"Ya kan semua orang pacaran punya gaya masing-masing kali Ley" Ucap Devan.

"Rio sama Mirna gaya pacaran apaan tuh namanya?" Tanya Lion.

"Mereka namanya gaya pacaran Klasik, Kelamaan tapi asyik eaaa..." Balas Devan.

"Kalau gue sama Raina?" Tanya Lion kembali.

"Kalau lo sama Raina namanya yang kayak biasa-biasa pas kita renang tuh namanya apa gue lupa" Ucap Devan sambil mengingat-ingat.

"Gaya katak?" Sahut Lion.

"Bukan" Balas Devan.

"Gaya bebas? Gaya Laler? Gaya kupu-kupu?" Tanya Lion menebak-nebak.

"Kagakk" Balas Devan.

"Terus apa dong?" Tanya Lion.

"Nahh gue inget!" Ucap Devan.

"Apaan?" Sahut Lion.

"Gaya batu!" Balas Devan.

"Enak aja lo!" Ucap Lion sambil melempar guling dan bantal disampingnya pada Devan.

"Ishh santai dong ley! Woy! Sakit! Dengerin dulu nih penjelasan gue" Ucap Devan

"ah engga-engga! Lo ngerendahin gue disini namanya!" Sahut Lion.

"Lagian elu ngapain ngambek sih? Kan emang bener kalau kalian berdua tuh emang batu, Raina cuek nya minta ampun, Sedangkan lo? Care sih cuman ga peka" Ucap Devan.

"Maksud lo gue ga peka?" Tanya Lion.

"Lo ga sadar selama ini? Raina sebenernya ga secuek yang lo pikir" Ucap Devan.

"Maksudnya?" Tanya Lion heran.

"Jadi lo masih ga sadar? Ley, Lo kurang peka sama apa yang dia rasain. Raina sayang banget sama lo. Lo ga inget waktu rambut dia rusak?" Sahut Devan.

"Rambut dia rusak itu karena Raina dipaksa sama Alissa buat ngejauhin lo! Tapi apa dia mau lakuin itu? Engga! Dia rela rambutnya rusak hanya demi pertahanin lo!" Sambung Devan.

Lion terkejut, Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa Raina akan melakukan ini padanya.
Terlebih ia ketahui sendiri bahwa Raina adalah sosok perempuan yang dingin.

"Tapi kenapa waktu Rio nyuruh buat ngejauhin gue, kenapa bisa dia iyain?"Tanya Lion kembali.

"Ley, Ley. Yaiyalah! Lo tau kan Rio itu sahabat kita? Jelas lah Raina ngeiyain, Karena dia tau, Lo pasti lebih percaya sama Rio" Ucap Devan.

***

Beberapa jam kemudian,
Rio datang tanpa berdosa.

"Spada?? Udah pada sleep kah semua?" Sahut Rio yang baru saja membuka pintu rumah Devan.

Rio heran karena tidak biasanya lampu dirumah Devan mati, Pria itu kan selama ini selalu membayar tagihan listrik tepat waktu, tidak mungkin apabila saklar listriknya diputus mendadak.

Tiba-tiba saat Rio melangkah hendak menuju kamar...

Darrr..

Toett..toettt

Lion dan Devan muncul dengan membawa senter dan terompet entah darimana mereka mendapatkannya.

"Waaaaaa!!!" Teriak Rio sekeras-kerasnya.

Bagaimana ia bisa tak menjerit? Rio ini kan memang Penakut.
Devan dan Lion cepat-cepat menutup kedua telinga mereka akibat suara kencang yang ditimbulkan oleh Rio.

"Woyy! Rese banget sih lu pada!" Ucap Rio sambil memukuli badan Devan dan Lion dengan tangan nya.

"Hahahaha, Makanya jangan suka pulang telat lo! Dicolong wewe baru tau rasa lo!" Ucap Devan beserta Lion yang sambil tertawa.

"Apaan sih Lo Van! Bikin gue makin takut aja!" Sahut Rio.

"Terus ngapain nih tiba-tiba listrik lo mati?" Tanya Rio kembali.

"Hehe, engga mati sih sebenernya. Kita iseng aja mau ngerjain lo" Balas Devan sambil menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal.

"Dihh Bener-bener keterlaluan ya lo pada. Cepetan gih nyalain lampunya bikin merinding gue aja" Ucap Rio.

"Nyalain? Widihhh Ogah banget. Males! Nyalain aja noh sendiri! Cabut Ley!" Sahut Devan sambil mengajak Lion pergi meninggalkan Rio sendirian.

"Awas lo entar ada...." Ucap Lion sembari berlari meninggalkan Rio.

"Lion!!! Devan!! Lihat aja besok kalian berdua gue bully abis-abisan " Teriak Rio dari bawah.

Sementara Devan dan Lion sudah berlari menaiki tangga ke atas kamar.

"Coba aja kalau bisa" Teriak Lion dari atas kamar.

**
Setelah usai menyalakan lampu,
Rio bergegas menuju ke kamar Devan.

Lion sedang sibuk memainkan gitarnya sambil melafalkan lirik-lirik yang sudah ia tulis diatas kertas.

"Sst! Sst!" Ucap Rio memanggil Devan.

"Apaan?" Balas Devan.

"Tuh temen lo" Sahut Rio.

"Ley?" Tanya Devan.

"Hmm?" Sahut Lion.

"Lo ga nelfon Raina?" Tanya Devan kembali.

"Justru itu gue baru cari topik yang keren nih buat ngobrol sama dia" Ucap Lion.

"Yaelah Ley, Kalau mau telfon, Telfon aja kali ley. Entar juga topik itu dateng sendiri" Sahut Rio.

"Ga bisa gitu dong, Gue harus pakai cara yang spesial yang udah gue siapin matang-matang" Ucap Lion.

"Ya kalau bisa sih ya, Gausah lo telfon. Kan besok lo ketemu sama Raina. Nyanyiin aja didepan dia langsung"  Timpal Devan.

"Pinter juga lo kadang-kadang Van" Sahut Lion.

"Dih, Emang udah dari dulu kali ley" Balas Devan.

"Iya iya pinter dari 200 abad yang lalu, Bapaknya albert einstein dah" Sahut Lion.

Malam itu juga,
Mereka segera merebahkan diri diatas kasur.
Untuk menyambut hari esok yang lebih indah.

StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang