75. Tears

137 6 0
                                    

Raina sudah benar-benar terlarut dengan kesedihan yang menimpanya.

"Non,Non Raina? Makan dulu ya Non? Dari kemarin Non Raina kan belum makan" Ucap Bi Inah.

Tak ada sahutan dari dalam kamar Raina yang terkunci rapat.

Bi Inah bertemu Nathan yang melewati depan kamar Raina.

"Kenapa Bi?" Tanya Nathan.

"Ini Non Raina dari kemarin ga mau makan den" Ucap Bi Inah.

"Biar saya aja bi yang urus" Balas Nathan.

Bi Inah memberikan makan&minum Raina yang sudah dibawanya pada Nathan.

"Raina, Ini kak Nathan. Kakak boleh masuk?" Ucap Nathan pelan.

Raina membukakan pintunya.

Nathan meletakkan makan&minum itu dimeja.

"Makan ya? Kakak suapin" Ucap Nathan.

Raina menggelengkan kepalanya.

Nathan menatap heran melihat Raina diam sambil memeluk boneka teddy bear besar.
Selama ini Nathan belum pernah melihat boneka milik Raina ini..
Seperti asing baginya.

"Ini boneka siapa?" Tanya Nathan.

"Raina" Balasnya.

"Masa sih? Kok kakak ga pernah lihat?" Tanya Nathan.

"Ini dari Lion" Ucapnya.

"Bonekanya siapa namanya?" Tanya Nathan.

"Rayon" Ucap Raina.

"Emm, Rayon mau makan ga? Mauu" Balas Nathan sembari memainkan boneka yang berada dipelukan Raina.

"Tuh boneka nya aja mau, Masa pemiliknya ga mau? Makan ya Adek cantikku?" Ucap Nathan.

Ia mengambil sesuap nasi dan menyodorkan nya pada mulut Raina.

Raina tetap menggelengkan kepala.

"Gini deh, Kakak janji nanti kalau makanan nya habis, Kakak anterin kamu ke makam Lion" Ucap Nathan.

"Beneran?" Tanya Raina.

"Iyalah, Kapan sih kakak bohong sama kamu?" Ucap Nathan.

Akhirnya, Nathan berhasil membangkitkan mood Raina.

Raina pun menyantap makanan nya sampai habis.

***

Sore harinya,
Nathan sudah bersiap-siap untuk mengantarkan Raina.

Didalam kamar Raina,
Gadis itu mencari pakaian yang pantas.
Namun, Tiba-tiba kakinya menendang salah satu kotak yang ia letakkan dibawah.

Ia ambil dan buka isi kotak itu.
oh iya! ia baru ingat!
Kotak itu berisi pemberian-pemberian Lion pada Raina.

Raina buka satu-satu isinya,
Tanpa sengaja ia membuka satu lembaran kertas dari beribu-ribu kertas didalamnya.

Dulu diam mu adalah canduku
Dulu senyum mu adalah kiasan indah jiwaku
Sekarang semua tidak lagi seperti yang kubilang dulu
Sekarang segalanya yang ada didalam dirimu adalah kebahagiaanku

Peace for me
Lion~

Raina terus membuka lembaran-lembaran selanjutnya walau kini dirinya sudah berlinang air mata.

Kamu ingat waktu pertama kali
kita bertemu?
Kamu memang terlihat kaku dan lugu
Tapi kamu tau hal yang membuatku akhirnya menjatuhkan pilihanku padamu?
Karena tatapan matamu saat itu

Tatapan matamu
Seperti tidak ingin lepas dariku
Kamu memang pergi
Tapi tidak untuk pergi dan hilang dari muka bumi
Tapi pergi untuk kembali
dan kembali untuk kumiliki

Peace for me
Lion~

Banyak teka-teki yang sangat sulit sampai belum bisa Raina pecahkan.

Akhirnya, Ia memutuskan untuk pergi ke rumah Devan.

"Rai? Kakak tunggu dibawah ya?" Ucap Nathan.

Tiba-tiba Raina langsung keluar dari kamarnya.

"Kak, Ayo anter Raina" Ucap Raina.

Ia menarik tangan Nathan sampai kedalam mobil.

Didalam mobil,
Nathan bertanya-tanya, Sebegitu semangatkan Raina?
Padahal mereka akan mengunjungi makam.
Bukan nya orang pada umumnya, Akan memasang muka kesedihan jika berkunjung ke tempat sakral itu?

"Kita mau ke makam kan? " Tanya Nathan.

"Engga, Kita kerumah Devan, Temen aku" Ucap Raina.

"Devan?" Tanya Nathan.

"Udah kakak jalan aja, Nanti Raina tunjukkin" Balas Raina.

Raina sudah membawa kotak berisi seluruh pemberian Lion semasa hidupnya.

***

Singkat cerita,
Mereka berdua sudah sampai didalam rumah Devan.

"Rai, jadi apa nih tujuan lo kesini?" Tanya Devan.

Raina meletakkan kotak itu diatas meja.

"Ini apa?" Tanya Devan kembali.

Devan membukanya dan dilihatlah bermacam-macam barang disana.

"Lion yang ngasih ini semua ke lo?"Ucap Devan.

Raina menganggukkan kepalanya.

Devan melihat semua isinya.

"Emm, Rai kalau boleh gue tau nih ya. Selain ini dia pernah ngasih apa aja ke lo?" Tanya Rio.

"Coklat, mawar, topi, jaket, bunga mawar layu terakhir, Ada beberapa kertas sama kotak juga disana tapi sebagian belum gue buka" Ucap Raina.

"Ada coklat,Mawar mekar, mawar layu, topi,jaket, kotak satu, kotak dua, kertas,kertas. Kalau kertas sih hampir seluruh setiap pemberian dia pasti ada kertasnya" Ucap Devan sambil menghitung.

"Satu, dua, tiga,empat, lima,enam,tujuh,delapan,sembilan" Sahut Rio.

"Tunggu bentar deh, Sembilan?" Balas Devan.

"Iya, Sembilan. emang kenapa?" Tanya Rio.

"Lion meninggal tanggal berapa?" Ucap Devan.

"9 Desember 2018" Balas Raina.

"Mungkin ga sih setiap pemberian Lion itu seolah dia nunjukkin tanda-tanda kematian nya sama lo?" Ucap Devan.

"Tapi yang gue heranin, Disetiap kertas dia pasti ada angka nya. dan angka nya ga jelas gitu. Coba deh lo lihat" Balas Raina.

Benar saja, Di balik kertas Lion terdapat angka 6004 13253

"Ishhh gue bingung, Sejak kapan sih tu anak pinter matematika?" Ucap Rio.

"Ssst! Dia dateng baru tau rasa lo!" Balas Devan.

"Iye iye ah elah" Ucap Rio.

"Emm kalian ada kertas kosong?" Tanya Nathan.

"Kertas kosong? Gue ada bentar"
"Nih" Ucap Devan.

Nathan menulis semua angka tersebut diatas kertas.

Ia mencoba menelaah apa maksud dibaliknya.

"Eh tunggu deh, Lo semua udah pernah alay belum?" Tanya Rio.

"Apaan sih yo! Suasana genting begini masih bisa-bisanya sih becanda!" Balas Devan.

"Bukan Van, Lihat deh angkanya. Kalau di kamus alay nih ya. 6 itu sama dengan huruf G. 0 sama dengan huruf O, Eh tapi masa GOOA sih bacanya?" Ucap Rio.

"Tuh kan makanya jangan sok tau!" Balas Devan.

"Eh kayaknya bener deh kata dia"
"Empat itu bukan huruf A tapi abjad ke empat yaitu D" Ucap Nathan.

"Berarti bacanya, GOOD BYE" Ucap Rio.

"Goodbye?" Ucap Raina.

"Rai, Selama ini Lion udah nunjukkin tanda-tanda kematian nya sama lo. cuman lo ga nyadar" Balas Devan.

StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang