70. Last

141 5 0
                                    

Raina menunggu kedatangan Lion dibelakang Adam.

Namun, Lion tak kunjung datang.

Devan menanyakan kondisi Lion pada pengawas pertandingan.

"Pak, Kok peserta 019 belum datang ya?" Tanya Devan.

"Mungkin masih dibelakang" Balas Pengawas.

Raina dan Rio turun dari Tribun menyusul Devan yang ada didekat Garis Start.

"Gimana Van?" Tanya Rio.

Devan menggelengkan kepalanya.

Tiba-tiba, Rombongan PMI datang dengan membawa tandu.

Namun, Mereka tak melihat siapa yang dibawa.

Mereka bertiga mendekat ke arah tandu tersebut.

Dilihatnya sekujur tubuh Lion yang penuh dengan darah diatas tandu itu dengan keadaan tidak sadar.

"Lionn!!!!" Ucap Raina sambil mencoba menahan air matanya.

Petugas PMI membawa Lion masuk kedalam ambulance.

"Lion!!" Ucap Raina.

"Siapa yang ingin menemani korban?" Tanya petugas PMI.

"Saya mau ikut" Ucap Raina tegas.

"Kami juga pak" Balas Devan dan Rio.

"Maaf, Hanya satu yang dapat ikut" Ucap PMI.

"Baik Pak, Kami mengikuti dari belakang" Ucap Devan.

Didalam ambulance, Raina sudah duduk didekat Lion yang terbaring diatas Tandu dengan tubuh mengalir darah yang bercucuran.

Raina menggenggam tangan Lion erat.

"Lion bangunn" Ucap Raina.

Raina tak henti-hentinya meneteskan air mata.

"Lion aku ada disini, Disamping kamu. Kamu bangun ya?" Sahut Raina.

Tak ada jawaban dari Lion, Usaha Raina sia-sia.

Lion masih terbaring lemas tanpa bicara.

Sampainya dirumah sakit,
Lion langsung dirujuk masuk dalam ruang ICU.

"Maaf, keluarga pasien hanya dapat menunggu diluar" Ucap Suster.

Raina masih dengan dirinya yang penuh dengan air mata.

Rasanya sudah tak bisa ia membendung air matanya.

Tak lama, Devan dan Rio datang bersama Tania yang sudah mereka hubungi sebelumnya.

"Lionn!!!" Teriak Tania saat anaknya sudah tergeletak lemas di ruang ICU.

Raina memeluk Tania erat.

Mereka sudah seperti sepasang Ibu dan anak.

"Maafin Mama Lion" Ucap Tania.

Raina mencoba menghubungi Orang tua dan kakaknya yang berada diluar negeri.

"Hallo,Ma? "

"Kenapa Nak?"

"Raina mohon mama pulang sekarang, Temui Raina di Rumah Sakit. Alamatnya Raina sms"

"Kamu kenapa nak?"

tutttt
Raina memutuskan sambungan teleponnya.

Selang beberapa menit kemudian, Dokter yang menangani Lion keluar dari ruangan ICU.

"Gimana dok keadaan anak saya?" Tanya Tania.

"Pasien mengalami koma, sekarang kami akan pindahkan ke kamar yang sudah disediakan" Ucap Dokter.

"Koma? Kira-kira kapan dok Lion bisa sadar?" Tanya Rio.

"Kami masih belum bisa memastikan, Kemungkinan sekitar 1-2 Bulan" Sahut Dokter.

Raina masih tidak bisa menerima apabila Lion harus terbaring lemas diatas tempat tidur dalam waktu selama itu.

***

Saat Lion dipindahkan kedalam kamar,
Raina masih saja menangis.
Seperti ada sesuatu yang mengganjal yang ingin terus membuatnya tak berhenti meneteskan air mata.

Tak lama kemudian, Orang tua Raina datang.

Melihat keadaan Lion,
Membuat Rizky dan Silvi selaku orang tua Raina, Memeluk erat anaknya yang sedang menangis itu.

"Ma, Lion Ma" Ucap Raina.

"Iya iya, Tenang ya sayang. Nanti Lion pasti bangun kok" Balas Silvi.

"Raina mau Lion bangun sekarang Ma" Ucap Raina kembali sambil terus menangis.

"Iya iya, Nanti Lion bangun ya?" Sahut Silvi sambil terus menenangkan anaknya.

Disisi lain,
Tania sebagai ibu dari Lion Perdana.
Hatinya seperti tertusuk panah.
Melihat anaknya terbujur lemas diatas kasur rumah sakit.

"Mama Minta maaf Lion, Mama terlalu egois. Seharusnya mama ga ninggalin kamu" Ucap Tania diatas tubuh anaknya.

Ia mengusap lembut rambut Lion.

Tak lama, Suster datang ke dalam kamar Lion.

"Maaf untuk keluarga pasien, Mohon segera melunasi administrasi" Ucap Suster.

"Baik Sus, Terima kasih" Balas Tania.

"Emm, Bu? Biar saya saja yang mengurusnya" Sahut Silvi, Ibu dari Raina.

"Maaf bu, Saya tidak mau merepotkan. biar saya saja"  Balas Tania.

Ia pun sejenak keluar meninggalkan Lion sebentar.

Raina mendekatkan dirinya ketubuh Lion.

"Lion? Bangunnn" Ucap Raina.

"Lo katanya pengen gue dateng ke sirkuit, Gue udah dateng didepan lo. Ayo bangun" Ucap Raina kembali.

Tak ada sahutan dari Lion yang membuat Raina semakin ingin terus meneteskan air matanya.

***

Sampai larut malam, Raina masih setia menunggu Lion.

"Emm, Tante tania, Kita berdua izin pulang dulu ya. Udah malem soalnya. Besok Devan balik lagi kesini" Ucap Devan.

"Iya tante, Rio juga, Pamit pulang tante. Besok Rio balik ke rumah sakit" Sahut Rio.

"Kalian hati-hati ya, Terima kasih" Ucap Tania.

Devan dan Rio menyalami tangan Tania, Rizky, dan Silvi.

Tak lupa juga mereka menemui Raina.

"Rai, Kita berdua balik ya" Ucap Devan.

Raina menganggukkan kepalanya.

"Lo yang sabar ya" Sahut Rio sembari mengusap bahu Raina.

"Thanks" Balas Raina.

"Emm, Rai? Kamu masih mau disini?" Tanya Silvi.

"Raina mau nemenin Lion, Ma" Balas Raina.

"Besok kan kamu sekolah, Kita pulang dulu. Besok habis pulang sekolah Mama anter kamu kesini ya?" Ucap Silvi.

"Raina mau disini, Ma. Besok Raina izin aja" Sahut Raina.

Tania berdiri dan mendekatkan dirinya dengan Raina.

"Tante hargai kamu mau disini nemenin anak tante. Tapi ini udah malem. Besok Raina harus sekolah kan ya? Raina pulang ya? Besok pulang dari sekolah, Raina boleh kesini lagi" Ucap Tania lembut sambil mengusap rambut Raina.

"Yaudah deh Raina pulang, Tapi Raina boleh ga izin sama Lion dulu,Tante?" Balas Raina.

"Boleh" Ucap Tania.

Ia mendekatkan dirinya dengan tubuh Lion.

"Lion, Gue pulang dulu ya. Gue harap besok waktu gue kesini, Lo udah sadar" Sahut Raina sambil memegang erat tangan Lion.

Ia mencium tangan Tania dan berpamitan untuk pulang.

StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang