3. AlBi

409 30 0
                                    

Play lagu yang di mulmed ya readers, biar dapat feelingnya waktu baca chapter ini

Happy reading:)

Bisma memarkirkan motornya di depan teras rumah Allisya. Cowok itu berniat mengajak Allisya untuk berkeliling sore. Sudah menjadi kebiasaan untuknya sekedar mengajak gadis itu untuk berjalan-jalan sekedar untuk mengisi waktu luang di sela kesibukan masing-masing.

Bisma menekan bel rumah yang sudah tersedia di samping pintu rumah dengan gaya minimalis tersebut. Beberapa kali ia menekannya tapi tidak kunjung mendapatkan respon dari sang tuan rumah. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil ponselnya di salah satu jaket yang ia kenakan dan mulai mencari kontak Allisya.

Belum sempat mendial nomor Allisya, terdengar suara decitan pintu terbuka. Bisma menoleh, mengecek siapa gerangan yang membuka pintu.

"Dimana Allisya?" tanyanya dengan ekspresi datar setelah mengetahui bahwa bukanlah Allisya yang membukakan pintu.

"Gak ada," balas orang yang telah membuka pintu tadi tak kalah datar dengan Bisma.

"Iya kemana All?"

"Ke supermarket."

Bisma mengernyitkan dahinya. Untuk apa gadis itu pergi ke supermarket sementara ada asisten rumah tangga yang siap diminta setiap membutuhkan sesuatu.

"Pasti lo kan yang nyuruh." Bisma mendelik menatap sosok dihadapannya dengan sorot mata tajam.

"Ya iyalah gue, siapa lagi emangnya?"

"Dia itu Kakak lo, respect dikit kenapa?"

Gadis yang ternyata adalah adik Allisya tersebut menyandarkan tubuhnya pada sisi pintu yang belum ia buka sepenuhnya. Bergelayutan manja di sisi pintu seolah tidak memberikan akses kepada Bisma untuk masuk ke dalam rumah.

"Dia aja nggak keberatan, kok lo yang repot?"

Bisma menghela napas berat. Tidak heran lagi dengan sifat gadis yang sialnya adalah saudara kandung sahabatnya.

"Gue nggak disuruh masuk?" tanyanya.

"Biasanya juga main nyelonong aja pake segala basa basi." Gadis itu berlalu masuk tanpa menutup pintu, meninggalkan Bisma yang mengekor di belakangnya.

Bisma mendaratkan tubuhnya di salah satu sofa berwarna mocca. Sesekali ia melirik gadis yang duduk bersebrangan dengannya, sibuk memainkan ponsel. Bisma merasa seperti sedang duduk seorang diri padahal ada makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang berada di ruang yang sama. Tapi gadis itu seolah tidak menganggap kehadirannya dan mengabaikannya begitu saja.

"Om Anton nggak di rumah?" tanya Bisma mencoba mencairkan suasanya.

"Enggak."

Lagi-lagi Bisma menghela napas, mencoba bersabar menghadapi gadis yang bertolak belakang sifatnya dengan Allisya.

"Lo kenapa sih sensi banget sama gue?"

"Ya lo pikir aja sendiri lah ya, punya otak kan?" jawab gadis itu yang tidak mengalihkan tatapan matanya dari layar ponsel.

"Ahhh gue salah nanya. Lo kan emang kayak gitu ke semua orang. Nggak cuma sama gue doang. Bahkan kakak lo aja lo sinisin."

"Hmmm," balas gadis itu acuh.

Beberapa saat keadaan kembali hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan kembali. Bisma juga sepertinya terlihat tidak tertarik berbincang dengan gadis yang tidak lain adalah saudara Allisya. Jawaban dari gadis itu juga hanya membuat kepalanya seolah mendidih.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang