Play song di mulmed ya readers, biar lebih dapat feelingnya
Happy reading:)
Entah berapa banyak jumlah eksemplar kertas bila disatukan menjadi sebuah buku. Rasanya sekarang tiada hari tanpa surat-surat ancaman dari seluruh cewek di Kartika Nusa.Allisya pun tidak dapat berbuat banyak. Setiap harinya ia harus rela menjadi pemungut sampah dari loker maupun laci mejanya.
Meskipun berbagai gunjingan dan cemoohan selalu menusuk di telinganya, nyatanya Allisya masih tetap berhubungan dengan Zeo. Bahkan bisa dibilang bahwa hubungan keduanya sekarang menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
Tak jarang Allisya mengingatkan jadwal makan Zeo yang bisa dibilang selalu diabaikan oleh cowok itu. Kebiasaan buruk memang, dan Allisya berusaha merubah kebiasaan tersebut.
Allisya melangkahkan kakinya menyusuri lorong sekolah. Jam pulang telah tiba sepuluh menit yang lalu, dan sekarang ia berniat untuk kembali mengecek kondisi Zeo, karena memang hari ini Zeo masih absen.
Langkah kaki yang semula berjalan normal, kini terlihat lebih tergesa. Entah hanya perasaan saja atau memang benar adanya, tapi Allisya merasa sedang diikuti oleh seseorang.
Secepat kilat Allisya membalikkan badan untuk melihat siapa gerangan yang telah mengikutinya, namun hanya lorong panjang yang kosong tak ada siapapun.
Allisya semakin mencengkeram kuat kedua sisi tali ranselnya. Ia pun mempercepat gerak kakinya. Detik selanjutnya, mulut Allisya terbekap dengan sempurna oleh sebuah kain yang entah dilakukan oleh siapa.
Tentu saja Allisya meronta agar bisa terlepas dari dekap erat tubuh sosok itu, namun postur tubuhnya yang memang benar-benar mungil sepertinya tidak membantu sama sekali. Diam dan menurutlah pilihan terakhir yang diambil Allisya.
Tubuhnya remuk redam saat terhantuk dengan dinding toilet. Ya, Allisya diseret dibawa ke dalam sebuah toilet yang sudah sepi. Bagaimana tidak, waktu pulang memang sudah berlalu cukup lama, jadi wajar saja jika sudah tidak ada anak yang memasuki bilik-bilik toilet.
Beberapa cewek yang sudah pasti salah sekian dari cewek yang selama mengirim surat ancaman, bergerombol di bilik toilet yang luasnya tidak terlalu lebar.
Salah satu dari mereka menarik rambut Allisya dengan kasar, membuat Allisya mendongak secara refleks dan merintih kesakitan. Jika rambut Allisya bukan rambut yang kuat, mungkin saja sudah banyak rontokan rambut akibat dari tarikan kuat tersebut.
"Cewek kecil kayak lo berani-beraninya berulah! Dan sekarang lihat hasil dari ulah lo sendiri!" Cewek tersebut menghempaskan tarikan dari rambut Allisya, membuat dagu Allisya berbenturan dengan bagian atas toilet duduk.
Puas dengan aksinya, cewek-cewek tadi beringsut pergi meninggalkan Allisya yang sudah lemah, tentu saja dengan mengunci pintu toilet itu dari luar.
Allisya sendiri sudah berteriak histeris. Meraung-raung kesakitan. Siapa saja yang mendengarnya sudah pasti merasa tersayat hatinya.
***
Bisma memarkirkan motornya di halaman rumah milik keluarga Clarence. Senyum manis tak beranjak dari bibirnya saat memikirkan rencana untuk mengajak Allisya mengunjungi sebuah toko buku baru yang baru saja grand opening.
Ketika selesai dengan motor kesayangannya, Bisma melangkah dengan ringan menuju pintu utama rumah tersebut.
Bisma mengerutkan dahi ketika melihat sosok yang persis dengan Allisya sedang berjalan mondar mandir dengan sesekali menggigit kuku jarinya. Lantas ia segera menghampiri titisan temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlZeo [Completed]
Ficção Adolescente"Cukup Kak, stop it" ~Allisya Clarence "Kenapa All? Gue salah apa sama lo?" ~Zeo Angkasatama "Aku capek Kak. Aku pengen kembali ke kehidupan aku yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kenyamanan." ~Allisya Clarence "Jadi lo ngga...