Play lagu di mulmed ya readers
Biar lebih kena di hati
Happy reading:)Allisya menutup wajahnya dengan telapak tangan. Kesekian kalinya ia telah melukai perasaan tulus milik Zeo. Ia benar-benar cewek jahat yang tidak pantas untuk mendapatkan Zeo. Zeo lebih pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada dirinya. Bukan seperti dia yang memiliki banyak kekuarangan.
"Maafin aku Kak," lirih Allisya di sela-sela isakannya.
Keesokan harinya, Allisya beraktivitas seperti biasa. Pagi tadi, Allisya kerepotan cara untuk menyembunyikan matanya yang membengkak karena kebanyakan menangis. Beruntung sekarang hal tersebut sudah tidak terlalu kentara karena telah Allisya siasati menggunakan sedikit polesan make up.
Seharian ini Allisya tidak melihat sosok Zeo di lingkungan sekolah. Salahnya juga karena telah membuat orang sebaik Zeo terluka.
Menyesal? Sudah pasti.
Tapi Allisya sadar bahwa sekarang adalah bukan saatnya untuk menyesali segala hal yang sudah terjadi. Tetapi dia harus bergerak maju dan fokus pada pendidikannya. Ia harus mulai menyiapkan portofolio untuk masuk ke universitas yang ia inginkan.
Memang masih ada banyak waktu mengingat ia masih duduk di bangku kelas sebelas. Tapi itu justru membuat Allisya semakin mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Dengan begitu, ia akan bisa masuk kampus yang diinginkan.
***
Bola berwarna orange tak berhenti memantul seiring gerakan dari seseorang yang selalu menjaga keseimbangan arah gerak bola. Terik panas matahari tak membuat Zeo menyurutkan cowok yang tengah bolos sekolah tersebut untuk berteduh dan menyelesaikan permainannya.
Nasehat dari wanita yang tak lain adalah ibu kandungnya tak diindahkan sama sekali oleh Zeo. Sampai-sampai sang ibu yang menyaksikan aksi anak lelakinya itu meringis.
Bagaimana tidak? Sejak dua jam yang lalu Zeo bermain basket tanpa jeda sedetikpun. Jika tempat bermainnya di lapangan indoor tentu saja tidak terlalu membuat Nathalie-ibunya, khawatir. Masalahnya Zeo bermain di bawah teriknya matahari yang sedang memancarkan sinar terangnya di siang hari itu.
"Sayang, udahan ya mainnya. Kamu udah main dari dua jam yang lalu lo," ucap Nathalie di samping Zeo yang masih sibuk men-drible bola.
Nathalie bingung melihat Zeo yang terlihat hampa. Seolah dengan bermain basket anaknya itu dapat menyalurkan segala beban yang sedang dipikulnya. Wanita itu berasumsi bahwa Zeo sedang mengalami masalah.
Ingin sekali Nathalie membantu Zeo. Menjadi tempat berkeluh kesah. Tempat mengadu dan bersandar disaat sedang mengalami kesulitan. Tapi kerasnya hati Zeo membuat Nathalie enggan untuk melangkah lebih jauh. Ia berniat berjalan perlahan untuk kembali bisa bersama anak semata wayangnya.
Bulir-bulir keringat mulai menetes di pelipis Nathalie. Wanita tersebut berniat menemani Zeo meskipun ia harus rela berpanas-panasan di bawah sengatan terik matahari.
"Minggir!" sentak Zeo kasar.
Tubuh Nathalie terhuyung ketika Zeo memutar tubuhnya dan sedikit mengenai tubuh Nathalie.Beruntung wanita itu tidak tersungkur di kerasnya semen lapangan karena ada seseorang yang menangkap tubuhnya sebelum sempat jatuh.
"Tante nggak pa-pa?" tanya Ridho yang baru saja datang. Ia berlari ketika melihat Nathalie akan jatuh dan segera menangkap tubuh wanita itu.
"Tante nggak pa-pa. Makasih ya Ridho."
Ridho tersenyum. Kemudian cowok itu mengalihkan tatapannya pada Zeo yang masih sibuk dengan aktivitasnya. Cowok yang sedang melakukan shooting kearah ring basket itu bahkan tidak menghiraukan kedatangan Ridho.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlZeo [Completed]
Teen Fiction"Cukup Kak, stop it" ~Allisya Clarence "Kenapa All? Gue salah apa sama lo?" ~Zeo Angkasatama "Aku capek Kak. Aku pengen kembali ke kehidupan aku yang sebelumnya. Kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kenyamanan." ~Allisya Clarence "Jadi lo ngga...