13. Hurt

204 20 0
                                        

Play lagu di mulmed ya readers, biar lebih dapat feel nya
Happy reading:)

Allisya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke dalam retina. Ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri seperti habis dihantam oleh sesuatu yang begitu besar. Tubuhnya terasa remuk saat mencoba untuk duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

Semakin otaknya diajak untuk mengingat kembali kejadian sebelumnya, detik itu juga kepalanya kembali merasakan pening yang luar biasa.

Melihat ponsel yang berada di samping meja ranjangnya, Allisya mengambil dan membuka lockscreen.

9.00 p.m terpampang di bagian paling atas homescreen ponselnya. Perhatiannya teralih ketika pintu kamarnya terbuka. Muncul sosok Bik Resti disana dengan tangan yang menopang sebuah nampan.

"Non sudah bangun?" Wanita paruh baya tersebut berdiri di pinggir kasur dengan lutut sebagai tumpuan utamanya. "Kata Non Allisya, Non disuruh minum obat ini setelah makan."

"Allisya?" Dahi Allisya semakin berkerut. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. "Dimana Allisya sekarang?"

"Non Allisya sudah berangkat sekolah Non. Saya permisi keluar."

Allisya mencoba menghubungi seseorang, namun panggilan tersebut sia-sia. Tidak ada satu dari sekian panggilannya yang dijawab. Lantas ia meletakkan kembali ponselnya dan memutar kembali ingatannya tentang apa yang sudah dialaminya.

Mengabaikan segala rasa nyeri di kepalanya, ia benar-benar harus segera mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi. Kekacauan jenis apa yang sedang dihadapinya saat ini.

***

Seorang gadis berdiri di tengah-tengah lapangan yang biasa digunakan sebagai tempat untuk mengadakan upacara bendera setiap hari Senin. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

Anggukan kepala seolah menjadi bukti dari tekad bulat yang sudah diambilnya pagi ini. Gadis itu mulai melanjutkan langkah kakinya menyusuri lorong-lorong sekolah. Masih terlalu pagi sehingga belum banyak anak lain yang berada di sepanjang koridor.

Ia berhenti mengingat kebodohan yang sudah ia lakukan. Akhirnya, ia memilih untuk duduk di salah satu kursi yang terletak di sebuah ruangan dengan plakat bertuliskan X IPA 3.

Mengusir kebosanan yang mulai merayapi dirinya, ia mengambil ponsel. Seringaian kecil terbit di bibirnya ketika melihat ada beberapa panggilan tak terjawab di layar ponselnya. Tanpa berniat menghubungi balik, ia membuka aplikasi favoritnya.

Terdengar riuh suara siswa lain yang mulai berdatangan. Tidak mau mengambil pusing, ia mengabaikan dan kembali fokus pada ponsel di genggamannya.

"Pagi All." Gadis yang baru saja dipanggil tersebut sontak saja mendongak dan mendapati sosok berparas tampan dengan warna iris mata yang sangat indah.

"Pagi Kak Zeo," balasnya dengan senyuman yang seketika membius Zeo.

Zeo mengambil duduk di sebelah Allisya. "Pagi-pagi pamali loh All senyum semanis itu."

"Eh? Serius?" Raut terkejut tak bisa dielakkan dari ekspresi yang baru saja ditampilkan oleh Allisya, membuat Zeo terkekeh sendiri.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang