57. Too Good At Goodbye

185 17 0
                                    

Jangan lupa putar lagu di mulmed yeorobun
Happy reading:)

Suasana kantin yang ramai menyambut Zeo bersama Nathan dan juga Devan. Ketiga cowok keren itu menjadi pusat perhatian dari setiap pengunjung kantin di masing-masing meja yang terisi. Beberapa dari mereka tak segan menggoda secara langsung ketika ketiganya melewati meja. Bukannya mendapat balasan, yang didapat justru sebuah acuhan yang membuat mereka mendesah kecewa.

Mereka bertiga menempati meja yang masih kosong di sisi tembok dekat dengan stan penjual makanan. Setelah Devan selesai memesan, ketiganya larut dengan ponsel masing-masing. Nathan lah yang pertama kali melontarkan sebuah celetukan yang memutus tali sunyi yang tadi sempat membentang.

“Di kantin fakultas kita tuh yang paling terkenal baksonya ini guys,” ujar Nathan sambil menunjuk mangkok yang baru saja tersaji. “Rasanya, beuhhh nampol abis.”

“Emang kapan lo pernah nyobain?” tanya Devan seraya menuang saus ke dalam mangkuk baksonya.

“Dulu, pas waktu OSPEK. Gue diajakin temen gue dari Fakultas Hukum mampir kesini.”

Zeo menatap nanar mangkuk bakso di depannya. Bahkan bakso ‘pun sekarang menjadi pengingat kebersamaannya dengan Allisya. Gadis itu pernah berkata bahwa bakso yang sekarang dipesan ini memiliki rasa enak. Sama seperti yang dibilang Nathan.

Tanpa sadar Zeo mendesah panjang. Membuat Nathan dan Devan menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya.

“Kenapa? Lo nggak suka bakso?”

“Bakso ini ngingetin gue sama seseorang.”

“Siapa?” sambar Devan cepat. “Dheyya ya...” tanyanya dengan seringai jahil.

“Bukan,” Zeo menjawab. Dengan lesu tangannya meraih kecap dan saus. Menuangkan dan mengaduknya hingga tercampur rata. “Sama cewek gue.”

Jawaban Zeo membuat kedua temannya tersedak bersamaan. Baik Nathan maupun Devan meraih es teh dan menenggaknya dengan rakus.

“Cewek lo?” Bola mata Nathan benar-benar terlihat akan keluar. “Lo udah punya cewek?”

“Gue kira lo lagi dalam masa PDKT sama Dheyya,” sambung Devan.

Pasalnya yang terlihat selama ini mereka sering memergoki keduanya bersama-sama. Dan absennya cewek Zeo semakin menguatkan praduga mereka.

“Enak aja. Lo emang gak mikir kalo cowok sekeren gue belum punya cewek? Ya gak mungkin lah. Emang gue sama kayak kalian?” kata Zeo setelah menelan satu bulat bakso.

“Jadi...” Nathan menyeruput kuah bakso sebelum kembali melanjutkan, “Siapa cewek lo?”

“Allisya...” jawab Zeo seolah sedang memanggil nama gadis itu. Berharap ada setitik kabar dari gadis pengisi ruang di hatinya.

“Anak apa? Gue inget-inget deh yang namanya Allisya di jurusan kita.”

No, she’s not. Dia baru mau masuk kuliah semester ini.”

“Oh adik tingkat dong...” Zeo mengangguk mengiyakan kalimat Devan.

“Kenalan SMA?”

Lagi, Zeo mengangguk.

“Ambil dimana?”

Kali ini Zeo tidak bisa mengangguk mengiyakan. Dia pun juga tidak tahu akan kemana gadis itu melanjutkan. Benarkah disini? Atau mungkin seperti yang dibicarakan terakhir kali?

I don’t know. Yang gue tahu dia bakal ambil kedokteran. Tapi untuk kampusnya, gue gak tahu.”

Nathan dan Devan saling lempar tatap. Kedua alis mereka menyatu dan timbul kernyitan di dahi.

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang