59. The Truth Untold

236 23 0
                                    

Now play song on mulmed
BTS - The Truth Untold
Happy reading :)

Zeo sedang duduk di atas karpet dengan posisi menyandar di sofa ketika suara derap langkah kaki semakin terdengar. Kepalanya terangkat dan matanya sontak melebar mendapati Nathalie sudah berada di depannya dengan jarak kurang lebih satu meter. Kegiatannya yang masih berbalas pesan dengan Allisya sontak terjeda.

Sebuah senyum lantas terukir pada bibir Nathalie ketika mendapati dirinya tengah sibuk berkutat dengan ponsel. Sebelah tangan Nathalie membawa beberapa bungkus makanan dengan logo nama restoran terkenal.

“Ngapain lo kesini?” tanya Zeo ketus seperti biasa. Tapi jika Nathalie jeli maka ia pasti akan mendengar nada waspada pada kalimat tanya barusan.

Namun bukan sebuah nada penuh kewaspadaan yang menjadi fokus wanita itu. Nathalie lebih kepada mencerna kalimat yang terlontar dari bibir Zeo. Zeo bertanya seolah-olah sedang berbincang dengan temannya. Hati seorang ibu mana yang tidak sakit mendapatkan  sikap seperti itu.

“Mama bawain makan malam buat kamu sayang.”

Zeo berdecih sinis. “Ga—,”

“Nathalie?! There you are...”

Refleks Zeo yang tidak begitu bagus membuat ponselnya jatuh mengenaskan ke atas karpet. Kepalanya menengok ke belakang dan mendapati Papanya menatap tak berkedip pada Nathalie. Ini benar-benar buruk! Zeo tidak akan membiarkan Papanya disakiti lagi oleh wanita itu. Zeo akan melakukan segala cara supaya Papanya bisa melupakan wanita penghianat di depannya.

“Ro—Robert?” Tergesa, Nathalie meletakan bungkusan tadi di atas meja. “Jangan lupa dimakan sayang. Mama pulang dulu.”

“Nathalie! Don’t move anywhere! We need to talk.

Robert segera mendekat saat Nathalie menghentikan langkah. Secepatnya meraih tangan Nathalie dan menariknya agar duduk di sofa. Ringisan yang keluar dari bibir Nathalie pun tak dihiraukan sama sekali oleh Robert.

“Aku harus pergi.”

NO! I will not let you go for the second time. Never.”

“Lepasin...” Nathalie berujar dengan rintihan di ujung kata.

“Pa... Biarin dia pergi.”

“Nath, you know what? Dari dulu sampai sekarang aku tidak pernah bisa melupakanmu. Please, give us chance. We can fix everything be okay.”

“Kamu salah. Semua sudah terlambat.”

Look at me.” Robert menarik kepala Nathalie dan menghadapkan ke arahnya. “Kau tahu kan aku masih mencintaimu. Dulu, sekarang, begitu juga esok dan seterusnya. Jadi, jangan pergi lagi, please...”

Haih, perut Zeo mual mendengar kalimat Papanya yang terkesan memohon pada wanita itu. Padahal Papanya bisa saja dengan mudah mencari wanita lain yang sudah pasti lebih baik daripada wanita yang tangannya saat ini ia genggam. Zeo juga tidak akan keberatan jika Papanya memutuskan untuk menikah lagi. Asalkan tidak kembali pada Nathalie yang sudah menghancurkan segalanya.

“Pa, apaan sih. Biarin aja dia pergi. Dia gak pantas buat Papa.”

Shut up Zeo! You don’t know anything.”

Baik Zeo maupun Nathalie terkejut mendengar nada suara Robert yang meninggi. Lelaki itu bahkan menatap tajam pada Zeo.

What?!” pekik Zeo.

“Cukup Robert. Kamu jangan –,”

No way!” tukas Robert. “Zeo sudah seharusnya tahu hal yang sebenarnya. Kau mau terus dibenci oleh putramu sendiri? Cukup sudah selama empat tahun ini kamu tersakiti dengan sikap Zeo, Nath.”

AlZeo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang